Menpora Tolak Adanya Kongres Tandingan

- Menpora Andi Mallarangeng menolak dengan tegas jika ada kelompok manapun yang akan menggelar kongres PSSI tandingan di luar yang telah diinstruksikan oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

"Komite Normalisasi telah ditunjuk melakukan tahapan kongres. Jadi keputusan itu harus bisa diterima oleh semua pihak. Yang jelas kami tidak akan mendukung kongres tandingan," kata Andi Mallarangeng di Kemenpora, Jakarta, Jumat(22/4).

Menurut dia, salah satu alasan larangan terhadap kongres tandingan adalah agar kongres ini berjalan sesuai dengan peraturan yang ada baik dari statuta FIFA, statuta PSSI maupun aturan pendukung lainnya.

Andi mengaku pihaknya telah mendapatkan laporan langsung dari Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar setelah bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter di Zurich Swiss, Selasa (19/4).

Hasil keputusan FIFA, kata dia, telah jelas yaitu menunjuk Komite Normalisasi sebagai Komite Pemilihan dan menerima Komite Banding yang telah dibentuk Kamis (14/4). Selain itu FIFA tetap menolak empat nama kandidat untuk maju pada Kongres PSSI 20 Mei nanti.

"Kami cukup menyesalkan keputusan FIFA yang menolak empat nama itu maju. Tapi mau gimana lagi, itu telah diputuskan," katanya menambahkan.

Empat nama yang dilarang maju baik sebagai calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan anggota Komite Eksekutif (EXCO) PSSI periode 2011-2015 adalah Nurdin Halid, Nirwan D Bakrie, Arifin Panigoro dan George Toisutta.

Kongres tandingan selama ini dihembuskan oleh pemilik suara yang tetap menginginkan Arifin Panigoro dan George Toisutta tetap maju dalam pemilihan nanti. Bahkan kelompok itu mengklaim telah mendapatkan dukungan 92 suara.

"Jika mereka merasa dirugikan silahkan menempuh jalur yang sah untuk mengadu. Saya rasa itu salah satu jalan terbaiknya," kata pria kelahiran Makassar itu.

Tahapan kongres PSSI hingga saat ini telah berjalan sesuai dengan jadwal. Sejak 12-23 April merupakan masa untuk mendaftar bagi calon yang akan maju. Salah satu calon muda yang akan bersaing diantaranya Erwin Aksa, GH Sutedjo dan Diza Rasyid Ali. (ant/mac)