Perjalanan Joao Pedro ke Stamford Bridge: Pengorbanan Sejak Usia 11 Tahun dan Mimpi yang Jadi Nyata
Editor Bolanet | 3 Juli 2025 10:02
Bola.net - Di balik transfer mahalnya ke Chelsea, tersimpan sebuah kisah yang sangat kuat tentang kekuatan keluarga, ketangguhan, dan pengorbanan. Perjalanan karier rekrutan baru The Blues, Joao Pedro, adalah pengingat tentang apa yang bisa dicapai berkat dukungan orang-orang terkasih.
Pemain internasional Brasil berusia 23 tahun ini telah resmi bergabung dengan Chelsea. Ia datang dengan membawa sebuah cerita inspiratif tentang bagaimana keluarga menjadi kompas dalam setiap langkah kariernya.
Bagi Joao Pedro, semua yang ia lakukan di atas lapangan sepak bola selalu didedikasikan untuk keluarganya. Terutama untuk sang ibu, Flavia, dan neneknya, Dalva, yang namanya ia abadikan dalam sebuah tato di lengannya.
Dari jalanan Sao Paulo hingga panggung megah Stamford Bridge, ini adalah kisah tentang sebuah mimpi yang diwujudkan melalui cinta dan pengorbanan. Sebuah perjalanan yang kini telah menemukan pelabuhan barunya di London Biru.
Kekuatan dari Ibu dan Nenek

Saat ditanya mengenai arti penting orang-orang terdekatnya, Joao Pedro memberikan jawaban yang singkat namun sangat mendalam. Baginya, keluarga bukanlah sekadar kata, melainkan adalah segalanya.
Kekuatan dari orang-orang terkasih inilah yang menjadi sumber motivasi terbesarnya di atas lapangan. Ia bahkan mengabadikan nama ibu dan neneknya dalam rajah di lengannya sebagai pengingat abadi akan perjuangan mereka.
"Keluarga adalah segalanya bagi saya," ujar Joao Pedro dalam wawancara perdananya bersama Chelsea.
"Sebelum saya melangkah ke lapangan, saya selalu mencium tato saya. Saya ingin memberi mereka kehidupan terbaik karena apa yang telah mereka lakukan untuk saya," sambungnya.
Mewujudkan Mimpi Sang Ibu

Perjalanan Joao Pedro di dunia sepak bola ternyata berawal dari sebuah mimpi yang ditanamkan oleh ibunya. Sebelum sepak bola menjadi mimpinya sendiri, itu adalah harapan terbesar sang ibu untuknya.
Ia melewati masa kecil yang normal di Sao Paulo, sama seperti anak-anak lainnya. Namun, semua mulai berubah ketika sepak bola menjadi lebih dari sekadar permainan dan menuntut sebuah keputusan besar.
"Sebelum sepak bola menjadi mimpi saya, itu adalah mimpi ibu saya untuk saya," kenangnya.
"Dia selalu menanamkan itu di benak saya – untuk mengikuti sepak bola dan bermimpi bermain sepak bola suatu hari nanti," lanjutnya.
Pengorbanan Besar di Usia Belia

Keputusan besar itu akhirnya datang saat ia baru berusia 10 atau 11 tahun. Ia dan ibunya harus meninggalkan semua yang mereka kenal di Sao Paulo untuk pindah sejauh 270 mil ke Rio de Janeiro.
Kepindahan itu bertujuan agar ia bisa bergabung dengan akademi Fluminense, sebuah langkah yang sangat berat bagi seorang anak kecil. Ia harus meninggalkan teman, keluarga, dan memulai semuanya dari awal di kota yang asing.
"Bayangkan, saya berusia 10 atau 11 tahun. Anda masih anak-anak. Tapi kemudian Anda pergi dari semua yang Anda kenal dan memulai lagi dari awal," katanya.
"Itu sulit. Hanya ibu saya dan saya yang pindah ke Rio. Itulah mengapa dia sangat penting bagi saya," tegas Pedro.
Pendidikan Sepak Bola di Fluminense
Di akademi Fluminense, Joao Pedro menerima pendidikan sepak bola yang sangat beragam dan komplet. Ia tidak langsung ditempatkan sebagai seorang penyerang sejak awal.
Para pelatih di sana lebih fokus untuk membangun pemahaman taktik dan mengasah tekniknya. Ia bahkan sempat bermain di berbagai posisi berbeda, mulai dari gelandang bertahan, gelandang tengah, nomor 10, hingga pemain sayap.
"Saya bermain di banyak posisi berbeda ketika saya berada di akademi," jelasnya.
"Baru ketika saya masuk ke tim U-17 saya pindah ke posisi striker. Itulah mengapa terkadang saya merasa bebas untuk turun lebih dalam dan memainkan bola. Saya merasa kesadaran saya akan permainan menjadi jauh lebih baik karena waktu itu," tuturnya.
Menaklukkan Tantangan di Inggris
Setelah berhasil menancapkan kakinya di Rio, tantangan berikutnya yang jauh lebih besar datang. Kali ini, ia tidak hanya pindah kota, tetapi harus melintasi benua, zona waktu, dan menghadapi kendala bahasa saat pindah ke Watford.
Sekali lagi, ia harus memulai dari nol di lingkungan yang sama sekali baru. Namun, ketangguhan mental yang telah ia bangun sejak kecil di Brasil terbukti menjadi bekal yang sangat penting.
"Itu terjadi lagi ketika saya pindah ke Watford. Saya harus memulai dari awal lagi. Tempat baru, kehidupan baru," kenangnya.
"Itu sulit, tetapi jika Anda ingin sukses dalam hidup, maka Anda akan melalui saat-saat sulit. Saya melewati momen-momen itu dan sekarang saya sangat senang berada di sini," ucapnya.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Ketika Chelsea dan Liverpool Jadi Korban Gol Skema Pratama Arhan
Liga Inggris 27 Oktober 2025, 17:10
-
5 Laga Berikutnya Liverpool Setelah Kekalahan dari Brentford
Liga Inggris 27 Oktober 2025, 16:50
-
Juventus Krisis Kemenangan, Igor Tudor Bisa Lengser Pekan Ini
Liga Italia 27 Oktober 2025, 16:26
LATEST UPDATE
-
Jadwal Carabao Cup Pekan Ini Live di Vidio, 29-30 Oktober 2025
Liga Inggris 28 Oktober 2025, 06:01
-
Catatan Bersih Persib Bandung: 360 Menit Tanpa Kebobolan
Bola Indonesia 28 Oktober 2025, 04:15
-
Barcelona Kalah dari Real Madrid di El Clasico Karena Kesalahan Sendiri
Liga Spanyol 27 Oktober 2025, 23:32
-
Lomba Lari Fun Run Digelar di 4 Kota, Diikuti 1.000 Peserta
Olahraga Lain-Lain 27 Oktober 2025, 21:17
-
Bungkam Barcelona di El Clasico, Real Madrid 'Kunci' Gelar La Liga Musim Ini?
Liga Spanyol 27 Oktober 2025, 20:49
-
RESMI: Juventus Pecat Igor Tudor Setelah 8 Laga Tanpa Kemenangan
Liga Italia 27 Oktober 2025, 19:01
LATEST EDITORIAL
-
5 Pemain Manchester United yang Berubah Drastis di Bawah Asuhan Ruben Amorim
Editorial 27 Oktober 2025, 15:36
-
4 Striker Terbaik Versi Harry Kane, Nama Thierry Henry Tak Masuk Daftar
Editorial 24 Oktober 2025, 22:47
-
3 Manajer Premier League yang Kontraknya Habis pada Musim Panas 2026
Editorial 23 Oktober 2025, 21:39









