MotoGP Gelar Grand Prix Ke-1000 dalam Sejarah di Le Mans, Begini Kisah Tapak Tilasnya

Anindhya Danartikanya | 9 Mei 2023 16:11
MotoGP Gelar Grand Prix Ke-1000 dalam Sejarah di Le Mans, Begini Kisah Tapak Tilasnya
MotoGP Portugal 2023 di Sirkuit Algarve, Portimao (c) Honda Racing Corporation

Bola.net - MotoGP Prancis 2023 di Sirkuit Le Mans pada 12-14 Mei 2023 akan menjadi gelaran istimewa. Pasalnya, ajang balap motor terakbar di dunia ini akan menyelenggarakan Grand Prix yang ke-1000 dalam sejarah. Ini tentu jadi momen yang sangat spesial bagi para penghuni paddock.

Grand Prix balap motor dunia digelar pertama kali pada 1949, bahkan setahun sebelum Formula 1 lahir. Ajang ini pun dimulai dengan kelas 125cc, 250cc, 350cc, dan 500cc untuk kelas solo, serta 600cc untuk kelas sidecar.

Advertisement

Grand Prix pertama digelar dengan tajuk Grand Prix Isle of Man TT di Snaefell Mountain pada 17 Juni 1949. Kala itu, Harold Daniell menang di kelas GP500, Freddie Frith menang di kelas GP350, dan Manliff Barrington menang di kelas GP250.

1 dari 5 halaman

Dominasi Pabrikan Italia dan Jepang

Dominasi Pabrikan Italia dan Jepang

Legenda MotoGP sekaligus 15 kali juara dunia Grand Prix balap motor dunia, Giacomo Agostini. (c) MotoGP.com

Pada 1949 pula, pembalap Inggris, Leslie Graham, menjadi juara dunia GP500 pertama dalam sejarah. Mengendarai motor AJS, ia mengalahkan Nello Pagani (Gilera). Freddie Frith pun menjuarai kelas GP350, sementara Bruno Ruffo menjuarai kelas GP250, dan Nello Pagani menjuarai kelas GP125.

Pada periode awal Grand Prix, dua pabrikan Italia, yakni MV Agusta dan Gilera mendominasi kelas GP500. Para pembalap seperti Geoff Duke, John Surtees, Giacomo Agostini, Phil Read, dan Mike Hailwood membantu MV Agusta mendominasi, sebelum Agostini pindah ke Yamaha dan merebut gelar dunia yang kedelapan pada 1975.

Sejak itu, pabrikan-pabrikan Jepang seperti Yamaha, Honda, dan Suzuki ganti mengambil alih dominasi di kelas GP500. Mereka melahirkan juara-juara seperti Barry Sheene, Kenny Roberts sr, Eddie Lawson, Wayne Gardner, Wayne Rainey, Kevin Schwantz, dan Mick Doohan.

2 dari 5 halaman

Kejayaan Para Rider Non-Eropa

Kenny Roberts sr (c) Dorna Sports/MotoGP.com

Ketika para rider Eropa, khususnya Inggris dan Italia, menguasai era 1950-an, 1960-an, dan 1970-an, giliran para rider non-Eropa mendominasi era-era selanjutnya. Para pembalap Amerika Serikat pun bermunculan dan kerap merebut gelar dunia.

Dominasi Amerika Serikat diawali oleh Kenny Roberts sr yang meraih tiga gelar beruntun pada 1978, 1979, dan 1980. Pada 1987, Australia giliran unjuk gigi lewat Wayne Gardner. Pada awal 1990-an, sang kompatriot, Mick Doohan, pun muncul dan berkuasa di GP500.

Pada era ini pula, ada begitu banyak pembalap Jepang yang tampil tangguh di berbagai kelas Grand Prix. Sayangnya, meski meraih banyak gelar di kelas-kelas ringan, sampai sekarang belum satu pun rider Jepang berhasil jadi juara di kelas para raja.

3 dari 5 halaman

'Demam' Spanyol di Grand Prix

'Demam' Spanyol di Grand Prix

Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez (c) Honda Racing Corporation

Pada era 1970-an dan 1980-an, Spanyol memiliki dua rider tangguh, yakni 13 kali juara dunia, Angel Nieto, dan 4 kali juara dunia, Jorge Martinez 'Aspar'. Namun, mereka tak pernah juara di kelas tertinggi. Spanyol baru memiliki juara kelas GP500 pada 1999, yakni lewat Alex Criville.

Sejak Criville jadi juara di kelas para raja, masyarakat Spanyol semakin gandrung pada balap motor. Anak-anak muda di Negeri Matador makin banyak yang bergabung dalam program-program junior balap motor yang sistemnya sangat baik dan didukung oleh pemerintah.

Kini, Spanyol pun memiliki banyak juara dunia di berbagai kelas Grand Prix, bahkan telah memiliki empat juara dunia kelas para raja, yakni Criville, Jorge Lorenzo, Marc Marquez, dan Joan Mir. Para pembalapnya pun memiliki jumlah terbanyak di kelas-kelas Grand Prix.

4 dari 5 halaman

Era MotoGP, Moto2, dan Moto3

Era MotoGP, Moto2, dan Moto3

MotoGP Argentina 2023 di Sirkuit Termas de Rio Hondo (c) AP Photo/Natacha Pisarenko

Pada 2002, Grand Prix balap motor pun memasuki era baru. Kelas GP500 digantikan oleh MotoGP yang mempertandingkan motor-motor 4-tak. Pada awal musim 2003, beberapa tim dan pembalap masih diizinkan mengendarai motor 500cc 2-tak. Namun, sejak Seri Ceko 2003, era 2-tak resmi berakhir.

Pada 2010, giliran GP250 2-tak digantikan oleh Moto2, di mana tiap tim dibebaskan memilih pabrikan sasis. Honda menjadi pabrikan tunggal dengan mesin 4-tak berkapasitas 600cc. Pada 2019, Triumph menggantikan Honda sebagai suplier tunggal mesin Moto2 dengan mesin berkapasitas 765cc.

Pada 2012, giliran kelas GP125 yang dicoret dari Grand Prix. Kelas bermesin 125cc 2-tak tersebut digantikan oleh kelas Moto3, yang mesinnya berkapasitas 250cc 4-tak. Berbeda dari Moto2, kompetisi mesin di Moto3 lebih mirip dengan MotoGP karena terbuka untuk semua pabrikan motor.

5 dari 5 halaman

Para Juara dan Pemenang Grand Prix

Para Juara dan Pemenang Grand Prix

Para pembalap MotoGP 2023. (c) Dorna Sports/MotoGP

Sampai musim 2022, Grand Prix balap motor dunia sudah melahirkan 165 juara dunia, yang terdiri dari 28 juara GP500/MotoGP, 34 juara GP350, 50 juara GP250/Moto2, dan 53 juara GP125/Moto3.

Giacomo Agostini pun masih menjadi pembalap dengan gelar dunia terbanyak di Grand Prix, yakni dengan 15 gelar, yang terdiri dari 7 gelar GP350 dan 8 gelar GP500.

Terhitung sampai Seri Spanyol 2023, yakni Grand Prix ke-999 dalam sejarah, terdapat 400 pembalap yang pernah mengecap kemenangan di berbagai kelas. Agostini lagi-lagi masih menjadi rider dengan kemenangan terbanyak, yakni dengan 122 kemenangan.

LATEST UPDATE