Prestasi Langka, 5 Pembalap MotoGP yang Pernah Juara dengan 2 Motor Berbeda
Anindhya Danartikanya | 7 Desember 2022 12:18
Bola.net - Ajang balap Grand Prix motor pertama kali digelar pada 1949, dan pada 2023 nanti, kejuaraan balap motor terakbar dunia ini akan memperingati ulang tahunnya yang ke-74. Uniknya, dalam sejarah kelas tertinggi alias GP500/MotoGP, baru ada 29 pembalap yang pernah jadi juara dunia.
Dari 29 rider ini, 16 di antaranya pernah meraih dua gelar atau lebih. Sementara itu, 13 sisanya hanya pernah meraih satu gelar. Yang teranyar tentunya Pecco Bagnaia, yang menjuarai MotoGP 2022 bersama Ducati. Tentu jumlah gelar Bagnaia masih bisa bertambah selama ia aktif berkompetisi.
Meski begitu, dari 16 pembalap yang mengoleksi dua gelar atau lebih ini, hanya ada lima rider yang pernah jadi juara dunia dengan dua pabrikan berbeda. Prestasi ini cukup langka, karena proses adaptasi dari satu motor ke motor lainnya tidaklah mudah akibat perbedaan karakter mesin.
Nah, siapa saja sih mereka? Berikut ulasannya. Simak yuk, Bolaneters!
Giacomo Agostini
Total gelar: 8
MV Agusta: 7
Yamaha: 1
Giacomo Agostini mengawali kariernya di GP500 pada 1965 bersama MV Agusta. Setahun kemudian, ia pun menjadi juara dunia. Ia bahkan mempertahankan status juaranya bersama MV Agusta selama enam tahun berikutnya.
Usai sekadar mengakhiri musim 1973 di peringkat ketiga, 'Ago' kemudian memutuskan pindah ke Yamaha pada 1974. Ia lalu menjadi juara dunia lagi pada 1975. Ia pun jadi juara Yamaha pertama dalam sejarah kelas para raja.
Berkat prestasi ini, Agostini sampai sekarang dikenal sebagai ikon baik MV Agusta maupun Yamaha. Ia pun sampai saat ini masih kerap mengunjungi paddock MotoGP untuk memenuhi undangan dari kedua pabrikan.
Valentino Rossi
Total gelar: 7
Honda: 3
Yamaha: 4
Valentino Rossi menjalani debutnya di GP500 pada 2000, usai menjuarai GP125 2007 dan GP250 1999 bersama Aprilia. Ia tak langsung membela tim pabrikan Honda, justru diletakkan di tim satelit bernama Nastro Azzurro Honda. Bersama-sama, mereka jadi juara pada 2001.
Saat MotoGP pertama kali digulirkan pada 2002, barulah Rossi dipindahkan ke Repsol Honda, dan ia langsung menjadi juara dunia pada musim itu juga, serta mempertahankannya pada 2003.
Namun, Rossi memilih pindah ke Yamaha pada 2004. Sempat diremehkan, ia malah langsung jadi juara dunia, begitu juga pada 2005, 2008, dan 2009. Rossi pun kini menjadi ikon terbesar Yamaha dalam sejarah.
Geoff Duke
Total gelar: 4
Norton: 1
Gilera: 3
Geoff Duke yang juga enam kali memenangi Isle of Man TT, menjalani debut Grand Prix pada 1950 dan membela Norton di kelas GP500. Ia pun mengakhiri musim sebagai runner up. Namun, setahun kemudian ia menjadi juara dunia.
Pada 1952, Duke hanya menjalani empat balapan dan mengakhiri musim di peringkat ketujuh. Setahun setelahnya, ia memilih pindah ke Gilera, dan langsung meraih tiga gelar dunia beruntun.
Pada 1958, ia membela BMW pada empat balapan pertama, dan kemudian membela Norton lagi pada tiga balapan terakhir. Namun, ia 'hanya' duduk di peringkat ketiga dan tak pernah lagi meraih gelar dunia.
Eddie Lawson
Total gelar: 4
Yamaha: 3
Honda: 1
Setelah menjuarai AMA Superbike pada 1981 dan 1982, Lawson menerima tawaran Yamaha untuk menjalani debut di GP500 pada 1983. Sebagai debutan, ia mengakhiri musim di peringkat keempat. Setahun kemudian, ia pun jadi juara dunia.
Lawson kemudian menjuarai musim 1986 dan 1988, juga bersama Yamaha. Namun, pada akhir 1988, Lawson secara mengejutkan mengumumkan kepindahannya ke Honda, rival bebuyutan Yamaha, pada musim 1989. Uniknya, ia juga bertandem dengan rival bebuyutannya sendiri, Wayne Gardner.
Namun, Gardner yang merupakan juara dunia 1987, jatuh di Laguna Seca dan patah kaki. Ini memuluskan jalan Lawson jadi juara dunia. Lawson pun tercatat sebagai rider pertama yang mampu meraih dua gelar beruntun dengan dua pabrikan berbeda. Rekor ini kemudian disamai oleh Valentino Rossi pada 2003 dan 2004.
Casey Stoner
Total gelar: 2
Ducati: 1
Honda: 1
Casey Stoner menjalani debutnya di MotoGP pada 2006 bersama LCR Honda. Namun, ia menerima tawaran untuk membela Ducati pada 2007. Ajaibnya, ia langsung tampil dominan dan merebut gelar dunia.
Sayangnya, Stoner tak bisa mempertahankan gelar ini pada tiga tahun beruntun setelahnya. Ia kemudian memilih hengkang ke Repsol Honda pada 2011. Ia pun langsung jadi juara dunia.
Namun, pada 2012, Stoner memutuskan pensiun pada akhir musim dalam usia 27 tahun. Setelah gantung helm, pria Australia ini menjabat sebagai test rider Honda pada 2013-2015 dan Ducati pada 2016-2018.
Baca juga:
- Jorge Lorenzo: Mir, Quartararo, dan Bagnaia Gampang Jadi Juara Karena Marquez Cedera
- Jadi 'Pabrikan Baru' di MotoGP 2023, Mengapa GASGAS Tak Dapat Hak Konsesi?
- 8 Fakta Unik di Balik Skuad Baru Repsol Honda MotoGP 2023: Kawinkan 10 Gelar Dunia
- Repotnya Alex Marquez Yakinkan Sang Kakak untuk Tak Kepikiran Pensiun Dini
- Makin Berkurang: Anggota VR46 Riders Academy Tinggal 6 Pembalap, Siapa Saja?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Jadwal Live Streaming Formula 1 Meksiko 2025 di Vidio, 25-27 Oktober 2025
Otomotif 21 Oktober 2025, 09:37 -
Link Live Streaming Formula 1 2025, Jangan Lewatkan Aksi Pembalap Favoritmu!
Otomotif 21 Oktober 2025, 09:37 -
Jadwal Lengkap Balapan Formula 1 2025
Otomotif 21 Oktober 2025, 09:37
LATEST UPDATE
-
Tradisi Apik Monaco, Tren Positif Tottenham
Liga Champions 22 Oktober 2025, 17:21 -
Karya Jurnalistik Akan Masuk Revisi UU Hak Cipta, Menteri Hukum: Harus Dilindungi
News 22 Oktober 2025, 17:17 -
Luka Modric Akui Eks Real Madrid Ini Jadi Alasan Utamanya Pindah ke AC Milan
Liga Italia 22 Oktober 2025, 16:56 -
Cek Jadwal Aksi Pemain Indonesia di Liga Europa 2025/26: Tayang di Vidio
Liga Eropa UEFA 22 Oktober 2025, 16:12 -
Harry Maguire Siap Berkorban Banyak Demi Bertahan di Manchester United
Liga Inggris 22 Oktober 2025, 15:28 -
Ousmane Dembele Dukung Mbappe Raih Ballon dOr: Dia Layak Dapat!
Liga Champions 22 Oktober 2025, 14:37
LATEST EDITORIAL
-
6 Kandidat Pengganti Igor Tudor di Juventus: Ada Eks Inter Milan
Editorial 21 Oktober 2025, 22:27 -
4 Pemain Baru Manchester United yang Bantu Ruben Amorim Taklukkan Liverpool di Anfield
Editorial 21 Oktober 2025, 22:04