
Bola.net - Jeda kompetisi dan libur latihan dimanfaatkan suporter PSM Makassar untuk mencari hiburan. Kebetulan, saat ini tengah diputar film bertema sepakbola berjudul "Cahaya dari Timur: Beta Maluku".
Suporter pun ramai-ramai menyaksikan film yang mengangkat tentang perjuangan anak Maluku menyatukan perbedaan dengan bermain sepakbola. Seperti yang dilakukan suporter bersama Media Officer PSM, Andi Widya Syadzwina, di Studio 21 Mal Panakukang Makassar, Rabu (25/6/2014) malam.
Pentolan kelompok suporter Komunitas VIP Selatan (KVS), Erwinsyah, mengatakan bahwa film ini sangat bagus dan menginspirasi. Makanya, sangat direkomendasikan bagi pecinta sepakbola, termasuk pemain PSM.
"Saya suka film ini. Bahkan, ini sudah ketiga kalinya saya nonton dan belum bosan," kata Erwin usai nobar.
"Maka saya tidak segan mengatakan bahwa film ini layak nonton. Pemain dan tim kepelatihan PSM seharusnya nonton film ini. Agar mereka bisa memiliki semangat Ewako untuk membawa PSM lebih baik," katanya.
Menurut Ewin, banyak nilai yang bisa dipetik dari film tersebut. Ia mencontohkan salah satu adegan dimana pemeran Salim yang menjadi pemain klub Tulehu Putra mengatakan bahwa dalam sepakbola tidak ada perbedaan, baik keyakinan maupun asal daerah.
"Juga saat mereka sudah tampil di Jakarta. Kata-kata Salemo (Salim) sungguh menggugah. Ia katakan,'Jangan pedulikan wasit yang berpihak pada lawan. Ketika dijatuhkan harus bangun lagi, ketika disikut harus bangkit lagi'. Saya harap semangat seperti itu bisa ada dalam jiwa pemain PSM," ujar Erwin.
Film ini berlatar belakang kerusuhan atau konflik antar agama yang terjadi di Ambon, Maluku, beberapa tahun silam. Film ini fokus pada sosok Sani (Chicco Jerikho) yang berprofesi sebagai tukang ojek. Ia berasal dari Tulehu yang mayoritas beragama Islam. Ia pernah berlatih sebagai pemain sepak bola nasional di Jakarta saat remaja.
Saat konflik, ia melihat anak-anak kecil di Maluku suka menonton kerusuhan dan pertikaian antar kelompok dari dekat sehingga membahayakan keselamatan mereka. Sani memikirkan sebuah cara supaya anak-anak itu memiliki aktivitas lain sehingga tidak lagi pergi menonton kerusuhan.
Akhirnya tanpa sengaja dia memutuskan memberikan pelatihan sepak bola pada anak-anak di desa Tulehu, tempatnya tinggal bersama sahabat masa kecil yang juga pernah berlatih sepak bola. (nda/dzi)
Suporter pun ramai-ramai menyaksikan film yang mengangkat tentang perjuangan anak Maluku menyatukan perbedaan dengan bermain sepakbola. Seperti yang dilakukan suporter bersama Media Officer PSM, Andi Widya Syadzwina, di Studio 21 Mal Panakukang Makassar, Rabu (25/6/2014) malam.
Pentolan kelompok suporter Komunitas VIP Selatan (KVS), Erwinsyah, mengatakan bahwa film ini sangat bagus dan menginspirasi. Makanya, sangat direkomendasikan bagi pecinta sepakbola, termasuk pemain PSM.
"Saya suka film ini. Bahkan, ini sudah ketiga kalinya saya nonton dan belum bosan," kata Erwin usai nobar.
"Maka saya tidak segan mengatakan bahwa film ini layak nonton. Pemain dan tim kepelatihan PSM seharusnya nonton film ini. Agar mereka bisa memiliki semangat Ewako untuk membawa PSM lebih baik," katanya.
Menurut Ewin, banyak nilai yang bisa dipetik dari film tersebut. Ia mencontohkan salah satu adegan dimana pemeran Salim yang menjadi pemain klub Tulehu Putra mengatakan bahwa dalam sepakbola tidak ada perbedaan, baik keyakinan maupun asal daerah.
"Juga saat mereka sudah tampil di Jakarta. Kata-kata Salemo (Salim) sungguh menggugah. Ia katakan,'Jangan pedulikan wasit yang berpihak pada lawan. Ketika dijatuhkan harus bangun lagi, ketika disikut harus bangkit lagi'. Saya harap semangat seperti itu bisa ada dalam jiwa pemain PSM," ujar Erwin.
Film ini berlatar belakang kerusuhan atau konflik antar agama yang terjadi di Ambon, Maluku, beberapa tahun silam. Film ini fokus pada sosok Sani (Chicco Jerikho) yang berprofesi sebagai tukang ojek. Ia berasal dari Tulehu yang mayoritas beragama Islam. Ia pernah berlatih sebagai pemain sepak bola nasional di Jakarta saat remaja.
Saat konflik, ia melihat anak-anak kecil di Maluku suka menonton kerusuhan dan pertikaian antar kelompok dari dekat sehingga membahayakan keselamatan mereka. Sani memikirkan sebuah cara supaya anak-anak itu memiliki aktivitas lain sehingga tidak lagi pergi menonton kerusuhan.
Akhirnya tanpa sengaja dia memutuskan memberikan pelatihan sepak bola pada anak-anak di desa Tulehu, tempatnya tinggal bersama sahabat masa kecil yang juga pernah berlatih sepak bola. (nda/dzi)
Advertisement
Berita Terkait
-
Bola Indonesia 31 Agustus 2025 11:44
BRI Super League: Situasi Kemananan Belum Kondusif, PSM vs Persebaya Ditunda
LATEST UPDATE
-
Otomotif 6 September 2025 19:30
-
Tim Nasional 6 September 2025 19:21
-
Piala Dunia 6 September 2025 19:11
-
Otomotif 6 September 2025 18:37
-
Otomotif 6 September 2025 18:32
-
Otomotif 6 September 2025 18:26
BERITA LAINNYA
-
bolatainment 28 Agustus 2025 15:21
-
bolatainment 27 Agustus 2025 15:47
-
bolatainment 25 Agustus 2025 12:21
-
bolatainment 22 Agustus 2025 14:22
-
bolatainment 21 Agustus 2025 11:59
-
bolatainment 17 Agustus 2025 21:36
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- Termasuk Kekalahan MU, 5 Momen Menggemparkan di Pi...
- Ruben Amorim Terancam, Ini 6 Kandidat Penggantinya...
- 5 Pemain yang Bisa Jadi Penyelamat Ruben Amorim di...
- 5 Pemain yang Harus Segera Angkat Kaki dari MU Usa...
- Manchester United: 5 Pelatih Pilihan Dan Ashworth ...
- 6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenh...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...