Dari Lapangan Tanah ke BayArena: Kisah Magis 'Si Kupu-Kupu' Christian Kofane

Dari Lapangan Tanah ke BayArena: Kisah Magis 'Si Kupu-Kupu' Christian Kofane
Penyerang Bayer Leverkusen, Christian Kofane. (c) dok. Bayer04

Bola.net - Kisah perjalanan Christian Kofane menuju panggung megah Bundesliga terdengar seperti dongeng sepak bola modern. Baru empat bulan di Jerman, ia sudah merasa seperti di rumah sendiri.

Pemain yang akrab disapa "Kofi" ini datang dengan latar belakang yang unik. Ia melompat drastis dari divisi dua Spanyol menuju level elit Eropa.

Adaptasinya terbilang kilat meski baru menginjakkan kaki di Benua Biru kurang dari dua tahun lalu. Gol-gol indahnya mulai menjadi buah bibir di Jerman.

Di balik senyum ramahnya, tersimpan cerita menarik tentang takdir dan kerja keras. Salah satunya adalah fakta kocak tentang logo klub masa kecilnya.

1 dari 5 halaman

Gabung Leverkusen itu Takdir

Gabung Leverkusen itu Takdir

Selebrasi pemain Bayer Leverkusen, Christian Kofane. (c) dok. Bayer04

Ada satu kebetulan aneh yang mungkin tak banyak orang tahu. Klub terakhir Kofane di kampung halamannya bernama AS Nylon.

Uniknya, logo klub tersebut ternyata sangat mirip dengan logo Bayer Leverkusen saat ini. Kofane sendiri awalnya tidak menyadari kemiripan tersebut.

Namun seiring waktu, ia sadar bahwa ini mungkin adalah pertanda dari takdir. Simbol singa pada logo tersebut dimaknainya sebagai kekuatan.

"Sangat lucu. Awalnya saya tidak sadar, tapi lama-kelamaan saya sadar, logonya sama. Itu takdir," ujar Christian Kofane sambil tersenyum.

Pertandingan Selanjutnya
Bundesliga Bundesliga | 22 November 2025
VfL Wolfsburg VfL Wolfsburg
21:30 WIB
Bayer Leverkusen Bayer Leverkusen
2 dari 5 halaman

Misteri Julukan Falcao

Selain nama panggilan Kofi, ia ternyata punya julukan mentereng saat masih kecil. Orang-orang di lingkungannya sering memanggilnya dengan nama "Falcao".

Banyak yang mengira julukan itu karena ia mengidolakan striker legendaris Kolombia tersebut. Namun, faktanya ternyata jauh lebih sederhana.

Nama itu diberikan sembarangan oleh anak-anak yang lebih tua di lingkungannya. Kofane kecil hanya bisa pasrah menerima panggilan tersebut.

"Tidak, orang-orang yang lebih tua di lingkungan itu yang memberi saya julukan itu. Saya menerimanya saja," kenangnya.

3 dari 5 halaman

Filosofi Nomor Punggung 35

Kofane identik dengan nomor punggung 35 di lapangan hijau. Nomor ini ternyata memiliki sejarah magis bagi perjalanan kariernya.

Saat pertama kali tiba di Eropa dan bergabung dengan Albacete, ia langsung diberi nomor tersebut. Siapa sangka, nomor itu membawa keberuntungan besar.

Ia memutuskan untuk terus memakainya sebagai jimat keberuntungan hingga kini. Bahkan selebrasi golnya pun membentuk angka 35 dengan jari, bukan kupu-kupu seperti dugaan banyak orang.

"Ketika saya tiba di Albacete mereka memberi saya nomor 35, dan itu memberi saya keberuntungan. Jadi saya memutuskan untuk menyimpannya," jelasnya.

4 dari 5 halaman

Mimpi dari Lapangan Abu

Jauh sebelum menginjak rumput mulus BayArena, Kofane ditempa di lapangan yang keras. Ia pernah bermain untuk klub bernama unik, AS Vatican Sport Etoile.

Kondisi lapangannya sangat kontras dengan fasilitas mewah di Jerman saat ini. Ia terbiasa bermain di atas lapangan abu di mana bola sulit bergulir.

Namun, kesulitan itulah yang membentuk mental bajanya. Ia tumbuh dengan mimpi sederhana yang kini menjadi kenyataan besar.

"Sangat berbeda. Lapangannya tidak seperti di sini, bolanya tidak menggelinding mulus, permukaannya tidak bagus. Tapi kami tumbuh besar dengan bermain di sana," tutur pengagum Samuel Eto'o ini.

5 dari 5 halaman

Target Tinggi Sang Singa Muda

Kini, Kofane tidak ingin hanya sekadar numpang lewat di Bundesliga. Ia punya ambisi besar untuk menjadi figur penting di ruang ganti Leverkusen.

Adaptasi taktik dan pengambilan keputusan menjadi fokus utamanya setiap hari. Ia ingin membantu klub meraih trofi bergengsi di masa depan.

Bermain melawan tim sekelas Bayern Munchen memberinya pelajaran berharga tentang intensitas tinggi. Ia siap terus belajar demi mengejar level sang idola, Erling Haaland.

"Untuk masa depan: menjadi lebih penting di ruang ganti, membantu klub memenangkan gelar, baik di Liga Champions, Piala, atau Bundesliga," tegasnya penuh percaya diri.