Metamorfosis PSG: Dari Klub OKB, Klub Para Calon Pensiunan hingga Jadi Tim Muda yang Lapar Gelar dan Punya Kans Juara Liga Champions

Metamorfosis PSG: Dari Klub OKB, Klub Para Calon Pensiunan hingga Jadi Tim Muda yang Lapar Gelar dan Punya Kans Juara Liga Champions
Selebrasi pemain PSG setelah menang 1-0 atas Arsenal di Emirates pada leg 1 semifinal Liga Champions 2024-2025. (c) AP Photo/Kin Cheung

Bola.net - PSG kerap jadi bahan lelucon di dunia sepak bola Eropa—tim super dari 'liga petani' yang lebih sering jadi sorotan karena drama internal daripada prestasi nyata di panggung Liga Champions.

Namun, semua itu mulai berubah. Kepergian Kylian Mbappe ke Real Madrid pada musim panas 2024 justru menjadi titik balik mengejutkan yang membawa angin segar bagi klub asal ibu kota Prancis ini.

PSG berpeluang besar lolos ke partai final Liga Champions musim ini setelah sukses mengalahkan tuan rumah Arsenal dengan skor 1-0 dalam laga leg pertama, Rabu (30/4/2025) dini hari WIB.

Berkat hasil ini, PSG hanya butuh hasil imbang saat berganti menjadi tuan rumah di Paris pada laga leg kedua pekan depan. PSG pun berpeluang mengulasi prestasi pada 2020 silam kala mereka lolos ke final.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 5 halaman

Taktik Baru, Identitas Baru

Taktik Baru, Identitas Baru

Pelatih PSG Luis Enrique dalam laga melawan Arsenal di Liga Champions 2024/2025. (c) AP Photo/Kirsty Wigglesworth

Di bawah komando pelatih Luis Enrique, PSG kini menampilkan wajah baru yang lebih kolektif, terstruktur, dan penuh determinasi. Tak lagi bertumpu pada satu bintang, PSG menjelma menjadi kekuatan kolektif yang tak mudah ditebak dan lebih siap bersaing di level tertinggi.

Luis Enrique tak datang dengan sekadar nama besar. Ia membawa filosofi permainan yang jauh berbeda dari pendekatan 'Galactico' PSG di masa lalu. Fokusnya jelas: permainan tim yang mengandalkan penguasaan bola, pressing tinggi, dan pergerakan antarlini yang cair.

Salah satu kunci dari pendekatan Enrique adalah konsep juego de posicion—strategi di mana setiap pemain menempati ruang dengan disiplin untuk menciptakan keunggulan jumlah di area penting. Hasilnya, PSG kini lebih padu dan mampu mengendalikan ritme pertandingan, bukan sekadar bereaksi terhadap permainan lawan.

Secara defensif, perubahan juga terasa signifikan. PSG yang dulu rapuh saat kehilangan bola, kini jauh lebih solid. Blok pertahanan mereka lebih kompak, dengan peran bek sayap yang fleksibel: bisa menyempit ke tengah saat membangun serangan dan melebar saat menyerang.

Pelatih asal Spanyol itu tak hanya datang membawa filosofi permainan, tapi juga membawa revolusi budaya sepak bola di klub ibu kota Prancis tersebut. Targetnya bukan sekadar membenahi formasi atau hasil tandang, melainkan mengubah 'DNA' tim.

"Sejak musim lalu, kami mengubah DNA klub ini, mencoba merekrut pemain muda berkualitas," ujar Luis Enrique. "Kami punya sumber daya, dan saya pikir penting untuk membangun ide ini, bukan hanya dengan pemain muda tapi juga pemain berpengalaman."

Pertandingan Selanjutnya
Ligue 1 Ligue 1 | 14 September 2025
PSG PSG
22:00 WIB
Lens Lens
2 dari 5 halaman

Dari Individualisme ke Kolektivitas

Dari Individualisme ke Kolektivitas

Pemain PSG dalam laga leg pertama semifinal Liga Champions melawan Arsenal, Rabu (30/4/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Kin Cheung

Usai kepergian sosok sebesar Mbappe, PSG tak mencoba mencari 'Mbappe baru'. Sebaliknya, Enrique memilih membagi beban ofensif ke seluruh lini depan. Pendekatan ini tak hanya membuat PSG lebih dinamis, tapi juga lebih sulit diprediksi.

Ousmane Dembele, salah satu pemain yang paling menonjol musim ini, kini memainkan peran sentral. Di bawah Enrique, ia tak lagi terpaku di sisi lapangan seperti saat di Barcelona.

Dembele diberi kebebasan untuk bergerak ke tengah, menjadi kreator serangan, sekaligus inisiator pressing dari depan. Kecepatan dan kelincahannya masih jadi senjata utama, tapi kini ia juga aktif dalam fase bertahan.

3 dari 5 halaman

Kvaratskhelia Simbol Perubahan PSG

Kvaratskhelia Simbol Perubahan PSG

Khvicha Kvaratskhelia coba melepas tembakan di laga Arsenal vs PSG, Semifinal Liga Champions 2024/2025 (c) AP Photo/Kirsty Wigglesworth

Salah satu nama yang menjadi simbol perubahan itu adalah Khvicha Kvaratskhelia. Winger asal Georgia yang dulu bermain di klub kecil Dinamo Batumi kini menjelma jadi pemain kunci.

Pengalamannya membawa Napoli menjuarai Serie A dan menembus fase gugur Euro 2024 bersama Georgia menjadikannya aset berharga. Luis Enrique sudah mengincarnya sejak tahun lalu dan akhirnya berhasil memboyongnya pada Januari.

Bukan karena gaya bermain artistik Kvaratskhelia yang memukau para penikmat sepak bola, tapi karena kerja keras dan kedisiplinan defensifnya—sesuatu yang kerap hilang dari PSG di masa lalu.

"Kvaratskhelia memenuhi semua kriteria proyek ini. Usahanya dalam bertahan luar biasa, dan itu adalah prasyarat untuk tim ini," ujar Enrique.

Pernyataan tersebut seolah menjadi sindiran halus terhadap para mantan bintang PSG seperti Kylian Mbappe, Lionel Messi, dan Neymar, yang dikenal lebih fokus menyerang ketimbang membantu bertahan.

4 dari 5 halaman

Perubahan Drastis PSG

Perubahan Drastis PSG

Para pemain PSG berpose sebelum laga Arsenal vs PSG di leg pertama semifinal Liga Champions 2024/2025, Rabu (30/4/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Kin Cheung

Delapan tahun lalu, PSG menjadi korban dari keajaiban Luis Enrique ketika timnya, Barcelona, melakukan comeback 6-1 yang legendaris. Ironisnya, alih-alih belajar dari pendekatan kolektif sang pelatih, PSG justru merekrut Neymar, lalu Messi.

Mereka baru mencari sosok di balik strategi, bukan sekadar megabintang di lapangan, ketika proyek Galactico mereka mulai gagal memberi hasil nyata.

Kini, di bawah Luis Enrique, PSG memilih jalan berbeda. Mereka merekrut pemain-pemain potensial seperti Kvaratskhelia, Bradley Barcola, Warren Zaïre-Emery, dan Joao Neves—bukan pemain dengan nama besar, melainkan pemain dengan potensi besar. Ousmane Dembele adalah pengecualian, tetapi bahkan dia kini tampil lebih baik dari sebelumnya.

Tentu, perjalanannya tidak selalu mulus. Perekrutan striker secara berlebihan pada musim panas 2023 terbukti keliru. Randal Kolo Muani kini dipinjamkan ke Juventus, sementara Goncalo Ramos lebih banyak menghuni bangku cadangan.

Di Liga Champions, PSG sempat hampir tersingkir di fase grup dengan hanya empat poin dari lima laga awal. Namun perlahan, mereka bangkit dan kini menjejakkan satu kaki di final, bahkan mengalahkan Liverpool di Merseyside dan Arsenal di London Utara—sebuah kemenangan yang menunjukkan mentalitas baru PSG.

PSG yang sekarang bukan lagi tim yang bergantung pada nama besar. Mereka adalah tim muda, cepat, dan penuh energi. Mereka bukan sekadar ingin menjadi 'yang terbaik' dengan membeli pemain terbaik, tapi ingin membentuk tim terbaik. Inilah PSG versi baru, dengan DNA baru, yang berani bermimpi lebih besar dengan cara yang lebih cerdas.

5 dari 5 halaman

Hasil dan Jadwal Semifinal Liga Champions

Hasil dan Jadwal Semifinal Liga Champions

Momen selebrasi gol Ousmane Dembele di laga Arsenal vs PSG, Semifinal Liga Champions 2024/2025 (c) Adam Davy/PA via AP

Rabu, 30 April 2025

02:00 WIB - Arsenal 0-1 PSG

Kamis, 1 Mei 2025

02:00 WIB - Barcelona vs Inter Milan

Rabu, 7 Mei 2025

02:00 WIB - Inter Milan vs Barcelona

Kamis, 8 Mei 2025

02:00 WIB - PSG vs Arsenal

Sumber: Independent, Get Football News France