
Bola.net - Komisi Disiplin (Komdis) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak hanya mengungkapkan adanya campur tangan mafia sepak bola di babak play off Indonesian Premier League (IPL). Namun, juga berhasil membuktikannya.
Pengaturan skor tersebut, terjadi di klub PSLS Lhokseumawe dan Bontang FC. Ketua Komisi Disiplin PSSI, Hinca IP Pandjaitan, menerangkan jika hal tersebut terungkap setelah adanya pemberitahuan data Early Warning System (EWS). Yakni, melalui Direktur Keamanan FIFA, Ralf Mutschke kepada PSSI.
"Dari hasil analisa video pertandingan dan keterangan perangkat pertandingan, PSLS Lhokseumawe dan Bontang FC terbukti melakukan pengaturan skor. Kami memulai sidang sejak 4 November. Dalam kurun waktu kurang dua bulan, kami sudah melakukan 12 kali persidangan. Sejak awal putaran pertama hingga babak play off, beberapa klub terlibat match fixing. IPL diadakan jauh di bawah standar sepak bola profesional. Sangat tidak terpuji dan integritas sepak bola," tegas Hinca Pandjaitan.
"Pada babak play off IPL, ada pihak ketiga yang menjadi sorotan Komdis. Aktor mafia sepak bola, sudah teridentifikasi. Ada tiga pelakunya, yakni Michael, David dan Yusuf dari Surabaya. Michael dan David, kami memperkirakan berasal dari Malaysia atau India," sambungnya.
Hinca juga menjabarkan cara kerja Michael dan kawan-kawan dalam mengatur pertandingan Bontang FC di play off Grup K. Ketika itu, Bontang menghadapi PSLS.
"Michael selalu diposisikan klub tersebut sebagai meassure. Padahal, dia seorang mafia dan terlibat pada tiga laga. Michael berada di bench pemain Bontang dan selalu memegang handphone serta menentukan pada menit berapa gol akan tercipta. Sementara pelatih Bontang, Camara Fode, berteriak dengan bahasa daerah agar tidak dimengerti orang lain. Hal tersebut, dilakukan untuk menentukan gol akan terjadi di menit ke berapa," tukasnya.
"Setelah pertandingan berakhir sesuai pesanan, Yusuf mengantarkan uang kepada Camara Fode. Kemudian, Fode membagikan uang kepada pemain dan kejadian itu diketahui oleh ofisial tim. Sayangnya, pihak Bontang menyebut kalau itu adalah sponsor." tegasnya.
Guna mencegah hal tersebut tidak kembali terulang, Hinca berjanji akan melaporkan ketiga ke FIFA. Dengan begitu, tidak beredar lagi di persepakbolaan Indonesia.
"Untuk menjaga integritas sepak bola, virusnya harus dibasmi dan klub itu harus memiliki finansial yang sehat. Saya sudah berkomunikasi dengan kepolisian untuk menangani kasus ini. Bulan April 2014, kami akan melakukan pembahasan ini secara khusus dengan FIFA dan AFC karena lintas negara," tuntasnya.[initial]
(esa/dzi)
Pengaturan skor tersebut, terjadi di klub PSLS Lhokseumawe dan Bontang FC. Ketua Komisi Disiplin PSSI, Hinca IP Pandjaitan, menerangkan jika hal tersebut terungkap setelah adanya pemberitahuan data Early Warning System (EWS). Yakni, melalui Direktur Keamanan FIFA, Ralf Mutschke kepada PSSI.
"Dari hasil analisa video pertandingan dan keterangan perangkat pertandingan, PSLS Lhokseumawe dan Bontang FC terbukti melakukan pengaturan skor. Kami memulai sidang sejak 4 November. Dalam kurun waktu kurang dua bulan, kami sudah melakukan 12 kali persidangan. Sejak awal putaran pertama hingga babak play off, beberapa klub terlibat match fixing. IPL diadakan jauh di bawah standar sepak bola profesional. Sangat tidak terpuji dan integritas sepak bola," tegas Hinca Pandjaitan.
"Pada babak play off IPL, ada pihak ketiga yang menjadi sorotan Komdis. Aktor mafia sepak bola, sudah teridentifikasi. Ada tiga pelakunya, yakni Michael, David dan Yusuf dari Surabaya. Michael dan David, kami memperkirakan berasal dari Malaysia atau India," sambungnya.
Hinca juga menjabarkan cara kerja Michael dan kawan-kawan dalam mengatur pertandingan Bontang FC di play off Grup K. Ketika itu, Bontang menghadapi PSLS.
"Michael selalu diposisikan klub tersebut sebagai meassure. Padahal, dia seorang mafia dan terlibat pada tiga laga. Michael berada di bench pemain Bontang dan selalu memegang handphone serta menentukan pada menit berapa gol akan tercipta. Sementara pelatih Bontang, Camara Fode, berteriak dengan bahasa daerah agar tidak dimengerti orang lain. Hal tersebut, dilakukan untuk menentukan gol akan terjadi di menit ke berapa," tukasnya.
"Setelah pertandingan berakhir sesuai pesanan, Yusuf mengantarkan uang kepada Camara Fode. Kemudian, Fode membagikan uang kepada pemain dan kejadian itu diketahui oleh ofisial tim. Sayangnya, pihak Bontang menyebut kalau itu adalah sponsor." tegasnya.
Guna mencegah hal tersebut tidak kembali terulang, Hinca berjanji akan melaporkan ketiga ke FIFA. Dengan begitu, tidak beredar lagi di persepakbolaan Indonesia.
"Untuk menjaga integritas sepak bola, virusnya harus dibasmi dan klub itu harus memiliki finansial yang sehat. Saya sudah berkomunikasi dengan kepolisian untuk menangani kasus ini. Bulan April 2014, kami akan melakukan pembahasan ini secara khusus dengan FIFA dan AFC karena lintas negara," tuntasnya.[initial]
Semua Tentang Kompetisi Indonesia Ada Disini!
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 7 Desember 2025 07:07 -
Liga Italia 7 Desember 2025 07:06 -
Liga Inggris 7 Desember 2025 07:05 -
Liga Spanyol 7 Desember 2025 07:04 -
Bola Dunia Lainnya 7 Desember 2025 07:03 -
Liga Italia 7 Desember 2025 07:00
MOST VIEWED
- Jadwal Persib Bandung di BRI Super League 2025/2026
- Nonton Live Streaming Persib Bandung vs Borneo FC di Indosiar - BRI Super League 2025/2026
- Jadwal Lengkap BRI Super League 2025/2026
- Akhirnya Bicara, Conor Gallagher Respons Rumor Transfer ke Manchester United pada Januari 2026: Saya Ingin Bermain 90 Menit Tiap Laga
HIGHLIGHT
- 7 Pemain dengan Jumlah Assist Terbanyak Sepanjang ...
- 10 Pemain Termuda Sepanjang Sejarah Liga Champions...
- 4 Calon Pengganti Benjamin Sesko di Manchester Uni...
- 8 Penendang Penalti Terbaik Sepanjang Masa di Prem...
- Nasib Penggawa Inter Milan Peraih Treble 2010: Dar...
- 3 Pemain Terbaik Versi Zlatan Ibrahimovic: Messi N...
- Terancam Gagal ke Piala Dunia, 6 Pemain Inggris In...
















:strip_icc()/kly-media-production/medias/5435361/original/075712700_1765026353-Kepala_Badan_Gizi_Nasional__BGN___Dadan_Hindayana.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5428980/original/030072900_1764569990-Presiden_dan_Kapolri_1.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5435393/original/080438500_1765033263-5f7c3963-c5d5-4226-a1a9-e0a83d6d9d3a.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5220657/original/051264800_1747288189-f74e327b-a827-471b-8447-d781aade73d4.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434635/original/002249800_1764937039-IMG_5347.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5435367/original/049095400_1765026750-Kepala_Badan_Gizi_Nasional__BGN___Dadan_Hindayana_-3.jpg)

