Cerita Jamie Gittens yang 'Diteror' Cole Palmer dan Liam Delap Sebelum Pindah ke Chelsea

Cerita Jamie Gittens yang 'Diteror' Cole Palmer dan Liam Delap Sebelum Pindah ke Chelsea
Pemain baru Chelsea, Jamie Gittens. (c) dok.ChelseaFC

Bola.net - Raksasa Premier League, Chelsea, secara resmi telah menuntaskan transfer penyerang sayap berbakat, Jamie Gittens. Pemain berusia 20 tahun itu didatangkan dari klub Bundesliga, Borussia Dortmund, pada hari Sabtu lalu dengan kesepakatan yang signifikan.

Di balik transfer senilai 48,5 juta poundsterling ini, ternyata ada peran besar dari beberapa pemain Chelsea yang sudah tidak sabar menyambutnya. Gittens mengaku terus-menerus 'digoda' oleh calon rekan setimnya untuk segera merapat dan kembali ke Stamford Bridge.

Selain cerita menarik soal godaan para sahabatnya, Jamie Gittens juga berbagi kisah mengenai perjalanan hidupnya yang luar biasa di Jerman. Ia merasa telah berkembang pesat menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa setelah empat tahun merantau seorang diri.

Pengakuan jujur dari Gittens ini tentu sangat menarik untuk disimak lebih dalam. Mari kita bedah siapa saja sosok yang merayunya untuk pulang ke Inggris dan bagaimana pengalamannya di Jerman membentuk karakternya hingga saat ini.

1 dari 3 halaman

Godaan dari Para Sahabat di Chelsea

Jamie Gittens tanpa ragu mengungkapkan bahwa kepindahannya ke Chelsea tidak lepas dari bujukan intens dua rekan barunya. Kedua pemain tersebut sangat antusias dan terus mendorongnya melalui pesan teks untuk segera menyelesaikan transfernya.

Para pemain yang dimaksud adalah Cole Palmer dan Liam Delap, yang sudah sangat ia kenal sejak sama-sama membela tim nasional junior Inggris. Selain itu, ia juga sudah tidak asing dengan sosok Levi Colwill yang sering menjadi lawannya di berbagai kompetisi level akademi.

"Saya bermain dengan Cole (Palmer) di level U-16 dan U-18, begitu juga dengan Liam (Delap)," kata Gittens di situs resmi klub. "Dan saya sudah sering bermain melawan Levi (Colwill) setiap kali kami berhadapan dengan Chelsea di FA Youth Cup, turnamen Premier League, dan lainnya."

"Saya menerima beberapa pesan teks dari Cole yang menyuruh saya datang, begitu juga dari Liam, dan mereka semua sangat ingin saya bergabung," ungkapnya blak-blakan.

2 dari 3 halaman

Pulang ke Inggris sebagai Pria Dewasa

Empat tahun merantau di Jerman telah menempa seorang Jamie Gittens menjadi pribadi yang sangat berbeda dari saat ia pergi. Ia merasa telah melalui proses pendewasaan yang luar biasa selama menempa karier bersama Borussia Dortmund.

Gittens mengenang bahwa ia sudah harus belajar hidup mandiri jauh dari keluarganya sejak usia 14 tahun saat masih berada di akademi Manchester. Pengalaman tersebut, ditambah dengan kariernya di luar negeri, telah membentuknya menjadi seorang pria yang matang dan tangguh.

"Saya pikir saya meninggalkan Inggris sebagai seorang anak laki-laki, tetapi saya kembali sebagai seorang pria," tambahnya dengan percaya diri.

"Sebelum saya pergi ke Dortmund, saya tinggal sendiri di Manchester, jadi saya sudah hidup tanpa keluarga sejak saya berusia 14 tahun. Sejak saat itu, saya telah berkembang sebagai seorang pria," jelas Gittens.

3 dari 3 halaman

Ditempa Lockdown, Cedera, dan Kesabaran

Perjalanan karier Gittens di Jerman tidak selalu berjalan mulus, ia harus menghadapi berbagai tantangan berat yang menguji mentalnya. Ia pindah ke Dortmund tepat saat dunia dilanda pandemi Covid-19, yang membuatnya terkunci di asrama pemain dan tidak bisa bertanding.

Selain itu, ia juga sempat mengalami cedera parah yang membuatnya butuh waktu hingga dua tahun untuk bisa kembali menemukan ritme permainan terbaiknya. Namun, ia percaya bahwa semua kesulitan itu justru membuatnya belajar banyak hal berharga.

"Itu sangat besar bagi saya. Saya pergi ke sana saat lockdown, itu masa-masa Covid, jadi saya terjebak di asrama pemain muda di Dortmund," kenangnya. "Kemudian saya mengalami cedera, jadi butuh waktu dua tahun bagi saya untuk masuk ke ritme permainan dengan benar."

"Tidak mudah saat cedera; itu sulit, tetapi Anda belajar banyak selama periode sulit. Itu mengajarkan saya banyak hal tentang bagaimana menjadi sabar dan terus bekerja tanpa terganggu," tutupnya.