
Bola.net - Pada Agustus 2025, Liverpool tampak siap melanjutkan dominasi mereka di Liga Inggris. Rival-rival sempat khawatir The Reds akan mengulang kejayaan musim sebelumnya tanpa banyak perlawanan.
Mereka menutup musim 2024-2025 dengan gelar juara liga secara meyakinkan. Lalu, di bursa transfer, klub melakukan belanja besar dengan merekrut talenta terbaik Eropa untuk memperkuat skuad.
Awal musim 2025-2026 berjalan nyaris sempurna. Usai mengalahkan Everton di Derby Merseyside pada 20 September, Liverpool memimpin klasemen dengan 15 poin dari lima kemenangan beruntun.
Namun dua bulan berselang, situasinya berbalik total. Liverpool terdampar di peringkat delapan dengan hanya mengoleksi 18 poin dan menelan lima kekalahan dari enam laga terakhir.
Kritik pun datang bertubi-tubi karena penurunan performa ini sangat drastis. Meski permainan mereka di lima laga awal tidak selalu meyakinkan, hampir tak ada yang memprediksi penurunan setajam ini.
Tetap saja, beberapa masalah sebenarnya sudah diantisipasi. Tragedi meninggalnya Diogo Jota pada awal Juli jelas meninggalkan luka mendalam bagi tim dan memengaruhi suasana ruang ganti.
Dampak Emosional Kehilangan Diogo Jota dan Tekanan Mental

Kehilangan Jota bukan sekadar kehilangan pemain penting di lapangan. Bagi rekan setim, ia adalah sahabat, partner kerja, dan bagian penting dari perjalanan juara musim lalu.
Andy Robertson menggambarkan beratnya beban emosional itu usai membawa Skotlandia lolos ke Piala Dunia. Ia mengaku tak bisa berhenti memikirkan Jota sepanjang hari pertandingan.
Robertson menyebut bahwa mereka sering berbicara tentang Piala Dunia bersama Jota. Kata-kata itu menunjukkan betapa dalam ikatan yang terjalin di ruang ganti Liverpool.
Jika di level tim nasional saja pikirannya begitu terbebani, bisa dibayangkan betapa berat suasana di klub. Setiap kali Liverpool bermain, para pemain seolah diingatkan bahwa sosok penting itu sudah tiada.
Dalam olahraga elite, perbedaan tipis sering ditentukan faktor mental. Kehilangan figur seperti Jota menjadi pukulan psikologis yang tak bisa diabaikan.
Penurunan performa Liverpool tidak semata soal taktik dan statistik. Ada dimensi manusiawi yang ikut memengaruhi fokus, kepercayaan diri, dan ketajaman mereka di momen-momen krusial.
Jadwal Berat, Kekalahan Beruntun, dan Krisis Kepercayaan Diri

Kekalahan 0-3 dari Manchester City sebelum jeda internasional menjadi pukulan keras. Selain hasil buruk, pertandingan itu memperkuat narasi bahwa Liverpool sedang berada dalam krisis.
Padahal, hanya sepekan sebelumnya mereka mengalahkan Aston Villa yang sedang dalam performa apik. Lima hari sebelum duel di Etihad, mereka juga menang 1-0 atas Real Madrid di Liga Champions.
Jika ditarik ke konteks lebih luas, kekalahan dari City memang memicu pertanyaan soal kapasitas mereka mempertahankan gelar. Namun performa mereka sepanjang musim juga dipengaruhi jadwal yang cukup berat.
Dari 11 laga, hanya Burnley yang berada di posisi enam terbawah saat ini. Untuk laga kandang, hanya Everton dari tim papan bawah yang datang ke Anfield sejauh ini.
Liverpool bahkan sudah menghadapi tujuh dari sembilan tim lain yang berada di posisi sepuluh besar klasemen. Artinya, mereka menjalani rangkaian partai sulit dalam kurun waktu cukup padat.
Meski begitu, lima kekalahan dari 11 pertandingan tetap menjadi indikator masalah serius. Musim lalu, mereka hanya kalah empat kali di liga, dua di antaranya setelah gelar juara sudah dipastikan.
Arne Slot Berada dalam Tekanan

Arne Slot kini berada di bawah sorotan tajam. Keputusan taktiknya, terutama soal komposisi lini tengah, banyak dipertanyakan publik dan pengamat.
Trio Ryan Gravenberch, Alexis Mac Allister, dan Dominik Szoboszlai dianggap sebagai kombinasi terbaik musim lalu. Namun fakta bahwa mereka juga menjadi starter di empat dari lima kekalahan liga menimbulkan tanda tanya.
Lawan-lawan Liverpool banyak memanfaatkan celah melalui bola-bola panjang dan serangan cepat. Di sisi lain, The Reds justru banyak menguasai bola dan dipaksa membongkar blok pertahanan dalam.
Rata-rata penguasaan bola Liverpool di liga mencapai 60,7 persen, tertinggi di Premier League. Sekitar 78 persen waktu pertandingan, mereka menghadapi blok pertahanan medium atau rendah dari lawan.
Di sinilah peran Florian Wirtz seharusnya menjadi solusi. Pemain asal Jerman itu didatangkan dengan harapan bisa membantu memecah blok rendah yang mulai menjadi masalah sejak musim lalu.
Namun sejauh ini, Wirtz belum memberikan dampak signifikan di liga. Dengan banderol sekitar 100 juta pounds yang bisa meningkat hingga 116 juta pounds, tekanan di pundaknya jelas sangat besar.
Problem Penyelesaian Akhir di Lini Serang

Secara statistik, Wirtz justru tampil impresif di Liga Champions. Ia mampu menciptakan 4,2 peluang open play per 90 menit dan mencatat 1,3 big chances per 90 menit di kompetisi Eropa.
Namun di Premier League, angka itu menurun drastis. Ia hanya mencatat 1,7 peluang open play per 90 menit dan 0,1 big chances per 90 menit, dengan expected assists sekitar 0,15 per laga.
Wirtz jelas masih bisa berkontribusi lebih baik. Dua assist bersama Timnas Jerman saat menghadapi Slovakia di jeda internasional diharapkan bisa mengangkat kepercayaan dirinya di liga.
Di lini depan, Alexander Isak juga menjadi sorotan. Rekrutan mahal ini belum benar-benar menemukan ritme bersama Liverpool karena masalah kebugaran dan adaptasi taktik.
Padahal, statistiknya musim lalu bersama Newcastle sangat menjanjikan. Ia memiliki rasio konversi tembakan non-penalti sekitar 26,4 persen, jauh di atas rata-rata Liverpool musim ini yang hanya 15,3 persen.
Jika Isak bisa kembali bugar dan tajam, ia berpotensi memperbaiki efektivitas penyelesaian akhir. Apalagi Arne Slot sudah membuka peluang memainkan Isak berdampingan dengan Hugo Ekitike di lini depan.
Hugo Ekitike Bersinar, tapi Efektivitas Liverpool Masih Menurun

Di tengah performa yang naik turun, Hugo Ekitike menjadi satu dari sedikit kabar positif Liverpool musim ini. Penyerang asal Prancis itu menjadi top skor klub di semua kompetisi dengan enam gol.
Ekitike juga menunjukkan bahwa ia bisa bermain bersama striker lain. Contohnya terlihat saat ia berduet dengan Isak dalam kemenangan 5-1 atas Eintracht Frankfurt di kompetisi Eropa.
Performa impresifnya berlanjut di level internasional. Saat membela Timnas Prancis, ia mencetak gol cantik ke gawang Ukraina setelah melakukan kombinasi apik dengan Kylian Mbappe.
Namun secara kolektif, lini serang Liverpool belum kembali ke level terbaik. Musim lalu, mereka rata-rata mencetak 2,3 gol per laga di Premier League, kini turun menjadi sekitar 1,6 gol per pertandingan.
Secara peluang, mereka sebenarnya masih produktif. Hanya Chelsea, Manchester City, dan Crystal Palace yang menciptakan big chances lebih banyak dari Liverpool musim ini.
Masalahnya, konversi big chances mereka menurun. Dari sekitar 38,7 persen musim lalu menjadi hanya 27,3 persen musim ini, membuat banyak peluang emas terbuang sia-sia.
Rapor Merah Lini Belakang dan Kebiasaan Tertinggal Lebih Dulu

Masalah Liverpool tidak berhenti di lini serang. Di pertahanan, performa mereka juga jauh dari kata solid jika dibandingkan musim lalu.
The Reds sudah kebobolan 17 gol di liga dan berada di papan tengah dalam catatan jumlah tembakan tepat sasaran yang mengarah ke gawang mereka.
Lebih mengkhawatirkan lagi, hanya Burnley dan West Ham yang memberikan big chances lebih banyak kepada lawan dibanding Liverpool. Total 29 big chances yang mereka berikan menjadi sinyal bahaya serius.
Musim lalu, Liverpool menjadi salah satu tim yang paling sedikit memberikan big chances. Kini, parameter itu anjlok dan berdampak langsung pada hasil akhir pertandingan.
Kebiasaan tertinggal lebih dulu juga menjadi pola buruk. Dalam delapan dari 10 laga terakhir di semua ajang, Liverpool kebobolan gol pembuka dan selalu kalah di liga ketika tertinggal.
Dari sisi durasi, mereka hanya memimpin sekitar 24,1 persen waktu bermain musim ini, jauh turun dari 45,6 persen musim lalu. Sebaliknya, mereka justru lebih sering berada dalam posisi tertinggal.
Jadwal Lebih Ringan dan Momen Penentuan Kebangkitan Liverpool

Di tengah semua kekhawatiran ini, masih ada celah optimisme bagi Liverpool. Secara historis, performa mereka musim lalu juga meningkat setelah melewati 11 laga pertama.
Musim ini, mereka akan memasuki periode jadwal yang relatif lebih bersahabat. Laga kandang melawan Nottingham Forest yang berada di posisi ke-19 menjadi titik awal yang ideal untuk membangun momentum.
Dari lima laga berikutnya, hanya Sunderland yang berada di papan atas yang akan mereka hadapi. Di atas kertas, ini menjadi kesempatan bagi Slot untuk memperbaiki tren dan mengumpulkan poin beruntun.
Secara taktik, Slot harus menemukan kombinasi yang lebih seimbang antara kontrol bola dan proteksi pertahanan. Ketersediaan Wirtz, Isak, dan Ekitike memberi banyak opsi di lini depan.
Tantangan terbesarnya ada pada mentalitas dan respons tim terhadap tekanan. Dengan sorotan publik, luka emosional akibat kehilangan Jota, dan perubahan gaya bermain liga, mereka harus menemukan ketenangan di tengah badai.
Jika kualitas individu dan kolektif Liverpool kembali muncul, mereka masih bisa mengubah narasi musim ini. Waktunya kini, sebelum keterpurukan makin dalam dan target musim perlahan menguap.
Sumber: Opta
Klasemen Premier League
Baca Juga:
- Liverpool Temukan Kandidat Pengganti Salah di Barcelona, Siapkan Manuver Besar Demi Memboyong Sang Bintang ke Anfield
- Kabar Baik Untuk Liverpool, Man City Dikabarkan tak Ikut Dalam Perburuan Antoine Semenyo
- Liverpool Bisa Bernafas Lega! MU Tidak Ikut Kejar Antoine Semenyo
- Kostas Tsimikas dan 2 Laga Ajaib yang Bisa Mengubah Masa Depannya di Anfield
- Manchester United Siap Jegal Liverpool untuk Transfer Marc Guehi
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Italia 21 November 2025 00:44Inter vs AC Milan: Cristian Chivu Tetap Teguh pada Taktik Pressing Tinggi
-
Liga Inggris 21 November 2025 00:33Sadio Mane Bongkar Hubungannya dengan Mohamed Salah, Benarkah Tidak Harmonis?
LATEST UPDATE
-
Liga Italia 21 November 2025 00:59 -
Liga Italia 21 November 2025 00:44 -
Liga Inggris 21 November 2025 00:33 -
Liga Spanyol 21 November 2025 00:14 -
Liga Inggris 20 November 2025 23:50 -
Liga Spanyol 20 November 2025 23:38
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 6 Alasan Mengapa Manchester United Bisa Jadi Penan...
- Juventus Resmi Pecat Igor Tudor, Ini 5 Kandidat Pe...
- 7 Rekan Satu Tim di Timnas yang Pernah Bertikai He...
- 4 Striker Terbaik Versi Harry Kane, Nama Thierry H...
- Real Madrid Siap Cuci Gudang? 4 Pemain Ini Bisa Pe...
- 3 Pemain Terbaik Versi Zlatan Ibrahimovic: Messi N...
- Terancam Gagal ke Piala Dunia, 6 Pemain Inggris In...















:strip_icc()/kly-media-production/medias/5376526/original/002811900_1760007161-sppg1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4800235/original/081296300_1712903289-WhatsApp_Image_2024-04-12_at_1.20.48_PM__1_.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5360697/original/082788100_1758719568-183357.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5418426/original/065171000_1763618089-Kamar_hotel_tempat_ditemukannya_jenazah_Dosen_Untag_Semarang.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5419161/original/046390200_1763641138-Dasco_bertemu_Prabowo.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1833054/original/079367800_1516079578-Pelecehan-Seksual4.jpg)

