Strategi Baru Manchester City: Donnarumma dan Evolusi Filosofi Pep Guardiola yang Tak Terduga

Strategi Baru Manchester City: Donnarumma dan Evolusi Filosofi Pep Guardiola yang Tak Terduga
Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma saat beraksi melawan Inter Miami di Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Brynn Anderson

Bola.net - Josep Guardiola selalu tampil sebagai sosok yang sulit diprediksi dalam dunia sepak bola. Selama dua dekade berkarier sebagai pelatih, ia telah membangun reputasi sebagai arsitek sepak bola modern yang penuh dengan paradoks.

Filosofi sepak bolanya memang sudah dibedah habis melalui berbagai buku dan analisis mendalam. Meski demikian, Guardiola tetap mampu menjaga misteri dan selalu membuat langkah yang tak terduga.

Keputusannya mendatangkan Erling Haaland sempat menuai keraguan dari berbagai pihak. Namun striker asal Norwegia itu justru berhasil menghancurkan berbagai rekor di Premier League.

Kini giliran Gianluigi Donnarumma yang masuk dalam proyek besar Guardiola di Manchester City. Langkah ini kembali memunculkan pertanyaan besar tentang arah evolusi tim dan perubahan wajah Citizens.

1 dari 4 halaman

Guardiola dan Filosofi yang Tak Terduga

Guardiola dan Filosofi yang Tak Terduga

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma ketika gagal membendung tembakan Cole Palmer di final Piala Dunia Antarklub 2025 melawan Chelsea, Senin 14 Juli 2025. (c) AP Photo/Adam Hunger

Guardiola memang bukan tipe pelatih yang mudah ditebak gerak-geriknya. Ia bahkan menolak istilah "Tiki-Taka" yang sudah melekat padanya sejak era gemilang di Barcelona, meski gaya tersebut identik dengan dominasinya.

Keputusan-keputusannya sering kali bertolak belakang dengan ekspektasi umum publik. Pernah membangun tim yang dipenuhi gelandang, namun justru meraih treble dengan formasi empat bek tengah.

Ia juga pernah bermain tanpa striker klasik dalam waktu lama. Kemudian tiba-tiba menghadirkan Haaland yang merupakan predator murni di area penalti.

Paradoks inilah yang membuat Guardiola selalu relevan dalam perkembangan sepak bola modern. Ia tak pernah terjebak dalam satu pola permainan dan seolah ingin menunjukkan bahwa sepak bola adalah ruang tanpa batas untuk melakukan inovasi.

2 dari 4 halaman

Haaland: Paradoks yang Membuahkan Hasil Gemilang

Ketika Manchester City merekrut Haaland, banyak kalangan yang menunjukkan sikap skeptis. Striker Norwegia tersebut dianggap tidak sesuai dengan gaya Guardiola yang menuntut penyerang ikut serta dalam membangun permainan.

Analisis detail mengenai kelemahan Haaland sempat mendominasi perdebatan publik. Mulai dari sentuhan bola hingga keterlibatannya dalam build-up play menjadi sorotan utama.

Namun City justru melihat aspek yang lebih penting dari semua kritik tersebut. Insting mencetak gol yang luar biasa dari Haaland menjadi faktor utama yang diperhitungkan.

Hasilnya sangat mencengangkan karena Haaland menjadi pemain tercepat yang mencapai 50 gol di Premier League. Ia juga langsung meraih Sepatu Emas pada musim debutnya, membuktikan ketajaman insting Guardiola lebih akurat daripada kalkulasi para kritikus.

3 dari 4 halaman

Donnarumma: Haaland dalam Versi Penjaga Gawang

Donnarumma: Haaland dalam Versi Penjaga Gawang

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma saat tampil melawan Bayern Munchen di perempat final Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Mike Stewart

Donnarumma kini hadir dengan label yang hampir serupa dengan Haaland sebelumnya. Ia merupakan pemain dengan kekurangan yang terlalu dibesar-besarkan oleh berbagai pihak.

Kritik soal kemampuan distribusi bola dengan kakinya kerap menjadi sorotan utama. Padahal faktanya, ia adalah salah satu shot stopper terbaik di dunia saat ini.

Perjalanan karier Donnarumma sejak remaja sudah menunjukkan hal yang luar biasa. Debut di AC Milan pada usia 16 tahun, menjadi juara Euro 2020 bersama Italia, hingga meraih trofi Yashin sebagai kiper terbaik dunia.

Meski begitu, pencapaian-pencapaiannya sering dibayangi kontroversi kontrak dan ekspektasi tinggi dari publik. Guardiola tampaknya melihat hal yang sama seperti saat menilai Haaland, bahwa talenta utama Donnarumma dalam menyelamatkan gawang jauh lebih penting daripada narasi tentang kelemahannya.

4 dari 4 halaman

Ekspektasi dan Perubahan Baru di Etihad

Manchester City selama ini memang identik dengan kiper yang mahir membangun serangan dari lini belakang. Mulai dari Claudio Bravo hingga Ederson, peran "outfielder in gloves" telah menjadi standar baru.

Namun melihat tren dua juara Liga Champions terakhir sangat menarik untuk dicermati. Real Madrid dengan Thibaut Courtois dan Chelsea dengan Kepa menunjukkan pentingnya shot stopper berkualitas tinggi.

Guardiola tampaknya menyadari bahwa shot stopper superhuman masih memiliki peran yang tak tergantikan. Dengan kehadiran Donnarumma, City mungkin akan sedikit kehilangan kendali dalam penguasaan bola.

Namun justru hal tersebut bisa membuat tim lebih siap menghadapi transisi cepat lawan. Sebuah evolusi yang berpotensi membuat City lebih berbahaya dalam berbagai skenario pertandingan yang berbeda.