Como 2-0 Juventus: Ketika Keputusan Tudor Menimbulkan Tanda Tanya Besar

Como 2-0 Juventus: Ketika Keputusan Tudor Menimbulkan Tanda Tanya Besar
Pelatih kepala Juventus, Igor Tudor, mengarahkan pemainnya dalam laga trofi Bortolotti melawan Atalanta di Gewiss Stadium, Bergamo, 16 Agustus 2025 (c) Spada/LaPresse via AP

Bola.net - Kekalahan 0-2 dari Como di Serie A menjadi tamparan pertama bagi Juventus di musim 2025/26. Dua gol dari Marc-Oliver Kempf dan Nico Paz di Stadio Sinigaglia bukan hanya menandai kemenangan bersejarah Como atas Bianconeri setelah hampir tujuh dekade, tetapi juga memperpanjang paceklik kemenangan Juventus yang sudah berlangsung lebih dari sebulan.

Pelatih Igor Tudor berada di bawah tekanan usai hasil tersebut. Juventus terakhir kali merasakan kemenangan pada 13 September, saat menundukkan Inter 4-3. Sejak itu, performa mereka menurun, dan kekalahan dari Como semakin menajamkan sorotan terhadap keputusan taktis sang pelatih.

Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah keputusan Tudor memainkan Dusan Vlahovic hanya selama sepuluh menit terakhir. Keputusan itu menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pendukung dan pengamat. Meski demikian, Tudor punya alasannya sendiri dan merasa langkah yang diambilnya sudah tepat.

Dalam wawancara usai laga, Tudor menjelaskan bahwa perubahan formasi dan keputusan soal Vlahovic bukan didasari emosi sesaat, melainkan hasil pertimbangan taktis menghadapi gaya bermain cepat dan disiplin dari pasukan Cesc Fabregas.

1 dari 5 halaman

Laga Sulit buat Juventus

Laga Sulit buat Juventus

Pemain Juventus, Khephren Thuram (kiri), dan pemain Como, Ivan Smolcic, berebut bola dalam pertandingan Serie A di Giuseppe Sinigaglia, Como, 19 Oktober 2025 (c) Antonio Saia/LaPresse via AP

Juventus datang ke Como dengan niat bangkit, tetapi justru dipaksa menyerah dua gol tanpa balas. Tudor mengakui bahwa laga tersebut berjalan sulit sejak awal. “Itu pertandingan yang sulit melawan tim yang terorganisir dengan baik,” ujarnya kepada DAZN seusai pertandingan.

Ia menyoroti bahwa timnya sebenarnya sempat menunjukkan hal menarik, terutama di babak pertama. “Kami kebobolan dari situasi bola mati, tapi kami juga melakukan beberapa hal menarik, seperti yang mereka lakukan di babak pertama,” jelasnya. Namun, setelah tertinggal dua gol di menit ke-79, Tudor merasa laga sudah tak bisa diselamatkan. “Setelah 2-0, pertandingan sudah berakhir.”

Kekalahan ini bukan hanya soal hasil, melainkan cerminan bagaimana Juventus kesulitan menghadapi intensitas dan kecepatan serangan balik Como. Tudor pun mengakui bahwa keunggulan lawan dalam transisi menjadi faktor utama yang sulit diatasi.

Pertandingan Selanjutnya
Serie A Serie A | 25 Oktober 2025
Parma Parma
20:00 WIB
Como Como
UEFA Champions League UEFA Champions League | 23 Oktober 2025
Real Madrid Real Madrid
02:00 WIB
Juventus Juventus
2 dari 5 halaman

Perubahan Formasi Juventus dan Risikonya

Perubahan Formasi Juventus dan Risikonya

Teun Koopmeiners berduel memperebutkan bola dalam laga Serie A 2025/2026 antara Como dan Juventus, 19 Oktober 2025 (c) Antonio Saia/LaPresse via AP

Cederanya Gleison Bremer membuat Tudor mengambil keputusan untuk mengubah struktur pertahanan dari tiga bek menjadi empat bek. Meski eksperimen itu berujung kekalahan, Tudor tetap yakin pilihannya tepat.

“Kami percaya bahwa ini hal terbaik untuk tim. Saya pikir itu pilihan yang benar, terlepas dari hasilnya,” katanya. “Kami bisa mendekati area mereka, tetapi gagal memberikan umpan atau tembakan akhir.”

Keputusan tersebut memang memperlihatkan niat Tudor untuk menjaga keseimbangan tim tanpa Bremer, tetapi di sisi lain, Juventus kehilangan soliditas di belakang dan tajam di depan. Kurangnya efektivitas di sepertiga akhir membuat segala upaya mereka tak membuahkan hasil.

3 dari 5 halaman

Alasan di Balik Vlahovic Masuk Terlambat

Alasan di Balik Vlahovic Masuk Terlambat

Dusan Vlahovic (Juventus) merayakan gol pembuka dalam laga Serie A di Genoa, Italia, 31 Agustus 2025 (c) Tano Pecoraro/LaPresse via AP

Pertanyaan terbesar setelah laga tentu tertuju pada keputusan Tudor memasukkan Dusan Vlahovic di menit ke-77, saat Juventus sudah dalam posisi tertinggal. Tudor menjelaskan bahwa timing tersebut adalah bagian dari strategi, bukan bentuk keraguan terhadap kemampuan sang striker.

“Sudah tepat untuk mencoba dengan dua penyerang di akhir, tetapi Anda harus berlari melawan Como,” kata Tudor. “Tidak mudah untuk menutup ruang. Kami terkena serangan balik, dan saat skor 2-0, pertandingan sudah berakhir. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi.”

Ucapan itu menggambarkan betapa Tudor memandang laga ini sebagai pertarungan taktis, di mana stamina dan kecepatan menjadi faktor utama. Vlahovic yang dikenal sebagai penyerang target-man mungkin dianggap kurang sesuai untuk menghadapi tempo cepat Como di sepanjang pertandingan.

Meski begitu, keputusan itu tetap menimbulkan tanda tanya, karena Juventus membutuhkan gol sejak babak kedua dimulai. Tekanan terhadap Tudor pun makin besar, apalagi hasil ini memperpanjang catatan tanpa kemenangan mereka menjadi lebih dari sebulan.

4 dari 5 halaman

Tudor Fokus ke Depan

Tudor Fokus ke Depan

Igor Tudor dari Juventus memberikan arahan kepada Kenan Yildiz dalam laga Serie A antara Juventus dan Parma di Allianz Stadium, Turin, Italia, Minggu, 24 Agustus 2025 (c) Fabio Ferrari/LaPresse via AP

Ketika ditanya apakah dirinya khawatir soal masa depan di bangku pelatih Juventus, Tudor menjawab dengan nada realistis. “Saya selalu khawatir tentang segalanya, itulah kehidupan seorang pelatih. Anda selalu memikirkan hal-hal yang bisa Anda perbaiki. Kami pasti akan membicarakannya di ruang ganti,” ujarnya.

Bagi Tudor, laga di Como menjadi pengingat bahwa Juventus masih jauh dari stabilitas yang diharapkan. Keputusan taktisnya, baik soal formasi maupun pemilihan pemain, kini berada di bawah sorotan tajam. Ia tahu, kebangkitan Bianconeri tak hanya ditentukan oleh strategi, tetapi juga mentalitas dan reaksi cepat di pertandingan-pertandingan berikutnya.

Apakah Juventus akan kembali menemukan ritme dan kepercayaan diri mereka, atau justru terjebak dalam krisis berkepanjangan? Jawabannya akan sangat ditentukan oleh bagaimana Igor Tudor mengelola ruang ganti dan mengembalikan keyakinan tim setelah menelan pil pahit di Como.

Sumber: Football Italia