Sentuhan Taktik Ancelotti, Gol Tunggal Crespo, dan Malam Terakhir Parma Menang di Kandang Roma

Sentuhan Taktik Ancelotti, Gol Tunggal Crespo, dan Malam Terakhir Parma Menang di Kandang Roma
Hernan Crespo, mantan striker Parma dan Argentina (c) Parma Calcio 1913

Bola.net - Bagi pendukung Parma, Stadio Olimpico di Roma menyimpan kenangan manis yang telah berdebu oleh waktu. Terakhir kali I Crociati pulang dengan kemenangan dari sana adalah pada April 1997, saat pasukan Carlo Ancelotti menaklukkan AS Roma lewat gol tunggal Hernan Crespo. Sejak saat itu, setiap kunjungan ke ibu kota Italia untuk menghadapi Giallorossi hanya berakhir dengan kekecewaan.

Pertemuan terbaru antara Roma dan Parma di pekan ke-9 Serie A 2025/2026 kembali menghidupkan memori lama tersebut. Laga dijadwalkan digelar pada Kamis, 30 Oktober 2025, pukul 00.30 WIB di Olimpico. Bagi Parma, pertandingan ini bukan sekadar mencari tiga poin, melainkan upaya menembus kutukan panjang yang sudah berlangsung hampir tiga dekade.

Catatan mereka di Roma memang suram. Dari 21 pertemuan tandang terakhir di Serie A sejak kemenangan pada 1997, Parma belum pernah menang lagi, hanya empat kali bermain imbang dan menelan 17 kekalahan. Statistik itu menjadi tantangan tersendiri bagi generasi baru yang kini berjuang mengembalikan kejayaan klub.

1 dari 4 halaman

Kenangan Indah di Olimpico Tahun 1997

Kenangan Indah di Olimpico Tahun 1997

Para suporter Parma (c) Instagram/parmacalcio1913

Kemenangan Parma pada 13 April 1997 menjadi momen bersejarah. Ancelotti kala itu menurunkan formasi 4-4-2 dengan deretan pemain top seperti Buffon, Cannavaro, Thuram, hingga Crespo. Mereka tampil solid menghadapi Roma asuhan Nils Liedholm yang mengandalkan Francesco Totti dan Abel Balbo di lini depan.

Laga berjalan ketat. Parma bermain rapat dan menunggu celah lewat serangan balik cepat. Menjelang babak pertama berakhir, tepatnya di menit ke-44, Pietro Strada mengirim umpan matang. Hernan Crespo menyambutnya dengan penyelesaian apik yang membawa Parma unggul 1-0. Gol itu menjadi satu-satunya dalam pertandingan dan memastikan kemenangan tim tamu di Olimpico.

Strategi Ancelotti malam itu dianggap sempurna—bertahan dengan disiplin dan menyerang dengan efisien. Parma tampil seperti mesin yang tahu kapan harus menekan dan kapan menunggu. Kemenangan tersebut bukan hanya memberi tiga poin, tetapi juga menegaskan Parma sebagai salah satu kekuatan besar Serie A pada masa itu.

Pertandingan Selanjutnya
Serie A Serie A | 30 Oktober 2025
AS Roma AS Roma
00:30 WIB
Parma Parma
2 dari 4 halaman

AS Roma vs Parma, Pekan 27 Serie A 1996/1997

AS Roma

  • Formasi: 3-5-2
  • Pelatih: Nils Liedholm
  • Starting XI: Cervone; Carboni, Petruzzi, Pivetto; Candela, Di Biagio, Tommasi, Statuto, Tetradze; Balbo, Totti
  • Pemain Cadangan: Gianluca Berti (kiper), Daniele Conti (gelandang bertahan), Antonino Bernardini (gelandang bertahan), Fabrizio Romondini (gelandang tengah), Francesco Moriero (sayap kanan), Marco Delvecchio (penyerang tengah), Daniel Fonseca (penyerang tengah)

Parma

  • Formasi: 4-4-2
  • Pelatih: Carlo Ancelotti
  • Starting XI: Buffon; Benarrivo, Cannavaro, Thuram, Mussi; Strada, Sensini, Baggio, Crippa; Melli, Crespo
  • Pemain Cadangan: Alessandro Nista (kiper), Enrico Morello (bek tengah), Luca Pinton (bek kiri), Ze Maria (bek kanan), Daniel Bravo (gelandang tengah), Tomas Brolin (penyerang tengah), Gianluca Triuzzi (penyerang tengah)

Gol:

  • Menit 44: 0-1 oleh Hernan Crespo (Assist oleh Pietro Strada).
3 dari 4 halaman

Antara Sejarah dan Harapan Baru Parma

Antara Sejarah dan Harapan Baru Parma

Pelatih Parma, Carlos Cuesta, memperhatikan jalannya pertandingan Serie A melawan Como di Parma, Italia, Sabtu, 25 Oktober 2025 (c) Massimo Paolone/LaPresse via AP

Sejak kemenangan di 1997 itu, Parma tak pernah lagi mengulangi hasil serupa di Olimpico. Generasi berganti, pelatih datang dan pergi, tetapi kemenangan selalu menjauh. Kini, di bawah asuhan Carlos Cuesta, Parma mencoba menulis kisah baru di tempat yang sama, dengan semangat muda dan gaya bermain yang lebih berani.

Roma memang masih lebih diunggulkan, terutama dengan catatan kandang mereka yang solid. Akan tetapi, sejarah sepak bola Italia sudah sering membuktikan bahwa kejutan selalu mungkin terjadi. Bagi Parma, setiap perjalanan ke Olimpico bukan hanya tentang pertandingan 90 menit, melainkan tentang usaha menghidupkan kembali kenangan indah yang pernah mereka ukir hampir tiga dekade lalu.

Jika takdir berpihak, mungkin saatnya kisah tahun 1997 itu mendapatkan bab berikutnya—bukan lagi kenangan lama, melainkan kemenangan baru yang lahir dari semangat yang sama.