Di Balik Laga PSG vs Real Madrid: Ada Rekor Klub yang Siap Disamai oleh Xabi Alonso

Di Balik Laga PSG vs Real Madrid: Ada Rekor Klub yang Siap Disamai oleh Xabi Alonso
Starting XI Real Madrid saat melawan Borussia Dortmund di perempat final Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Frank Franklin II

Bola.net - Laga semifinal Piala Dunia Antarklub antara Real Madrid dan PSG pada Kamis (10/7/2025) dini hari nanti ternyata bukan hanya soal perebutan tiket ke partai final. Ada sebuah rekor klub bersejarah yang bisa disamai oleh Real Madrid dalam pertandingan krusial ini.

Jika berhasil meraih kemenangan atas PSG, skuad asuhan pelatih Xabi Alonso akan mampu menyamai catatan kemenangan terbanyak dalam satu musim sepanjang sejarah klub. Rekor prestisius tersebut sebelumnya pernah ditorehkan oleh era keemasan Jose Mourinho dan juga Carlo Ancelotti.

Namun, ada sebuah ironi yang cukup tajam menyelimuti potensi pemecahan rekor bersejarah ini. Musim kompetisi 2024-25 justru menjadi salah satu musim yang paling mengecewakan bagi Real Madrid karena mereka nirgelar di tiga kompetisi mayor.

Situasi yang sangat unik dan kontras ini tentu menjadi sebuah bumbu yang sangat menarik jelang laga melawan PSG. Mari kita bedah lebih dalam mengenai rekor yang tengah diincar oleh Real Madrid dan bagaimana kontrasnya situasi musim ini dengan era-era pemecahan rekor sebelumnya.

1 dari 3 halaman

Satu Kemenangan Menuju Rekor Bersejarah

Satu Kemenangan Menuju Rekor Bersejarah

Penyerang Real Madrid, Gonzalo Garcia merayakan golnya ke gawang Juventus di babak 16 besar Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Marta Lavandier

Kemenangan atas Paris Saint-Germain di babak semifinal nanti akan memiliki sebuah makna ganda yang sangat penting bagi kubu Real Madrid. Selain akan membuka jalan mereka menuju trofi juara dunia, kemenangan itu juga akan membawa mereka menyamai sebuah rekor penting klub.

Menurut laporan dari media Spanyol, MD, kemenangan tersebut akan menjadi kemenangan yang ke-46 bagi Real Madrid di semua kompetisi pada musim ini. Angka tersebut sama persis dengan jumlah kemenangan yang pernah diraih pada musim 2011-12 dan juga musim 2013-14.

Dengan catatan 45 kemenangan dari 67 laga yang sudah mereka jalani, satu kemenangan lagi akan membuat era debut Xabi Alonso sejajar dengan para pendahulunya yang legendaris. Ini tentu akan menjadi sebuah pencapaian tersendiri yang bisa sedikit mengobati luka musim ini.

2 dari 3 halaman

Ironi di Tengah Musim Madrid yang Mengecewakan

Di balik potensi rekor yang membanggakan ini, tersimpan sebuah ironi yang cukup mencolok bagi para penggemar Real Madrid. Musim kompetisi 2024-25 sejatinya adalah sebuah musim yang sangat mengecewakan bagi klub peraih gelar Liga Champions terbanyak tersebut.

Mereka harus gagal total di tiga kompetisi utama yang mereka ikuti, yaitu La Liga, Copa del Rey, dan juga Liga Champions. Kekecewaan ini terasa semakin pahit karena rival abadi mereka, Barcelona, justru berhasil meraih trigelar domestik dengan mengalahkan mereka di setiap kompetisi tersebut.

Meskipun skuad asuhan Xabi Alonso berhasil meraih gelar minor seperti Piala Super UEFA dan Piala Interkontinental, catatan tersebut tidak cukup untuk bisa menutupi kegagalan di kompetisi yang lebih prestisius. Hal ini membuat potensi rekor jumlah kemenangan menjadi terasa sedikit hambar.

3 dari 3 halaman

Kontras dengan Era Mourinho dan Ancelotti

Situasi yang dialami oleh Real Madrid pada musim ini sangatlah kontras jika dibandingkan dengan dua musim sebelumnya saat rekor 46 kemenangan itu berhasil mereka ciptakan. Pada musim 2011-12, skuad Real Madrid yang saat itu diasuh oleh Jose Mourinho tampil begitu dominan.

Saat itu, mereka berhasil keluar sebagai juara La Liga dengan memecahkan rekor 100 poin dan memiliki persentase kemenangan yang mencapai 79%. Begitu pula dengan era Carlo Ancelotti pada musim 2013-14, di mana mereka sukses merengkuh trofi Liga Champions dan juga Copa del Rey.

Sementara itu, persentase kemenangan Real Madrid pada musim ini hanya berada di angka 67% saja. Angka ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pertandingan untuk bisa mencapai jumlah kemenangan yang sama, namun dengan raihan trofi mayor yang jauh lebih sedikit.