
Bola.net - Pelatih Georgia, Willy Sagnol, hanya bisa menghela napas panjang usai timnya dihantam habis-habisan oleh Spanyol. “Mereka tidak hanya dari dunia lain, tapi dari alam semesta yang berbeda,” katanya, setengah kagum, setengah pasrah.
Ucapan Sagnol, yang pernah menjadi finalis Piala Dunia dan juara Liga Champions bersama Bayern Munich, terasa bukan hiperbola. Ia baru saja menyaksikan tim “C” Spanyol mengancam mencetak delapan gol ke gawang Georgia, lalu melihat mereka kembali menang besar 4-0 atas Bulgaria beberapa hari kemudian.
Kemenangan itu menandai rekor tak terkalahkan ke-29 Spanyol di ajang kompetitif, menyamai catatan era emas Iker Casillas, Xavi, Iniesta, Busquets, Alonso, dan Torres. Namun kali ini, La Roja melakukannya tanpa setengah dari bintang utamanya.
Yang menakjubkan, bahkan ketika kehilangan begitu banyak pemain kelas dunia, Spanyol tetap tampil memukau, tetap menang, dan tetap membuat lawan kehabisan cara bertahan.
Skuad Tak Lengkap, Tapi Spanyol Tetap Tak Terbendung
Dalam dua laga terakhir kualifikasi Piala Dunia, Spanyol sebenarnya bisa membuat satu tim penuh hanya dari pemain yang absen: mulai dari Rodri, Dani Carvajal, Dani Olmo, Gavi, hingga Lamine Yamal.
Jika ditambahkan Ferran Torres yang cedera, total ada 20 pemain papan atas yang tak tersedia. Tapi La Roja tetap memenangi dua laga itu dengan dominasi total. Sebuah bukti betapa dalamnya stok pemain mereka.
“Tidak ada tim lain di dunia yang bisa kehilangan sebanyak itu dan tetap tampil seperti Spanyol,” ujar Sagnol. “Mereka punya banyak solusi, bahkan ketika kehabisan pemain.”
Pelatih asal Prancis itu menilai kekuatan Spanyol bukan hanya pada teknik, tapi pada kecerdasan bermain. “Mereka memproduksi pemain dengan football intelligence. Lihat saja Pedri. Tubuhnya kecil, tapi dia salah satu pemain paling pintar di dunia. Itulah produk dari 20-25 tahun perencanaan yang hebat,” ujarnya.
Hasil Panen Dua Dekade Perencanaan Sempurna
Sagnol tidak berlebihan. Dalam dua dekade terakhir, Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) telah membangun sistem pengembangan yang menyeluruh. Setiap tahun, mereka memilih 55 pemain terbaik dari kelompok usia 14–15 tahun untuk dibina secara terpusat.
Mulai dari taktik, kedisiplinan, hingga tanggung jawab sosial, semua ditanamkan dengan satu filosofi: order and talent. Ginés Melendez, eks koordinator akademi RFEF, pernah menjelaskan: “Sejak usia 15 sampai 21 tahun, kami melatih mereka dengan cara yang sama. Latihan yang sama, prinsip yang sama, sampai menjadi otomatis.”
Hasilnya terlihat jelas. Ketika satu pemain absen, yang lain masuk dan melakukan peran yang sama dengan level permainan identik. Identitas sepakbola Spanyol tetap terjaga, siapa pun yang turun ke lapangan.
Tak heran bila pelatih Luis de la Fuente bisa menggunakan 63 pemain berbeda selama empat tahun terakhir dan tetap menjaga konsistensi performa di level tertinggi.
Rekam Jejak yang Tak Tertandingi di Dunia
Jika dijadikan analogi balapan kuda, performa Spanyol dalam empat tahun terakhir akan membuat semua penjudi menaruh taruhan besar. Hasilnya berbicara sendiri: semifinal Euro 2021, perak Olimpiade 2021, runner-up Nations League 2021, 16 besar Piala Dunia 2022, juara Nations League 2023, juara Euro 2024, emas Olimpiade 2024, dan finalis Nations League 2025.
Stabilitas luar biasa ini tak terjadi secara kebetulan. De la Fuente telah mengubah Spanyol menjadi mesin kemenangan yang nyaris tanpa kelemahan. Bahkan pemain yang dulu diragukan kini tumbuh menjadi bintang internasional berkat sistem yang mematangkan potensi mereka.
Leeds United gelandang Ilia Gruev mengaku nyaris frustrasi setelah dikalahkan Spanyol 0-4. “Kami bahkan tidak bisa melakukan duel,” ujarnya. “Mereka bermain terlalu cepat dan terlalu pintar. Anda tak bisa menekan mereka. Untuk sekadar bernapas, Anda perlu menguasai bola.”
Jangan sampai ketinggalan infonya
- Kane Tak Terbendung! Deretan Rekor Gila yang Dihancurkan Kapten Inggris
- Azzurri Patah Hati, Matias Soule Tolak Italia, Hatinya Hanya untuk Argentina
- Wajah Baru Timnas Italia di Tangan Gattuso: Lini Depan Mengerikan, tapi Pertahanan Bikin Deg-degan
- Tuchel Tegaskan Akan Langsung Bicara dengan Bellingham, Soal Tidak Masuk Timnas Inggris?
- Donald Trump Ancam Pindahkan Laga Piala Dunia 2026 Jika Kondisi Tak Aman
Advertisement
Berita Terkait
-
Piala Dunia 16 Oktober 2025 10:58
Mesin Sepakbola Spanyol: Pabrik Talenta yang Tak Pernah Mati
-
Piala Dunia 16 Oktober 2025 10:46
Kane Tak Terbendung! Deretan Rekor Gila yang Dihancurkan Kapten Inggris
-
Piala Dunia 16 Oktober 2025 10:39
Azzurri Patah Hati, Matias Soule Tolak Italia, Hatinya Hanya untuk Argentina
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 16 Oktober 2025 14:31
-
Tim Nasional 16 Oktober 2025 14:19
-
Tim Nasional 16 Oktober 2025 14:02
-
Otomotif 16 Oktober 2025 14:00
-
Tim Nasional 16 Oktober 2025 13:47
-
Tim Nasional 16 Oktober 2025 13:47
BERITA LAINNYA
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:46
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:39
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:04
-
piala dunia 16 Oktober 2025 08:49
-
piala dunia 16 Oktober 2025 07:24
-
piala dunia 15 Oktober 2025 17:41
MOST VIEWED
- Hasil Portugal vs Hungaria: Cristiano Ronaldo Borong 2 Gol, tapi Kelolosan ke Piala Dunia 2026 Harus Tertunda
- Kisah Unik Memphis Depay: Top Skor Sepanjang Masa Belanda yang Bahkan Tidak Lagi Main di Liga Top Eropa
- Selamat! Timnas Cape Verde Lolos ke Piala Dunia untuk Pertama Kali dalam Sejarah
- Hasil Italia vs Israel: Retegui Gacor, Azzurri Menang Telak dan Amankan Spot Playoff ke Piala Dunia 2026
HIGHLIGHT
- 5 Kiper Kandidat Pengganti Robert Sanchez di Chels...
- Setelah Kehilangan Giovanni Leoni, Ini 5 Pilihan B...
- Prestasi Langka: 10 Pemain yang Mampu Meraih Ballo...
- Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Am...
- 5 Pemain yang Berpeluang Besar Raih Ballon dOr 202...
- 5 Pemain Peraih Ballon dOr Terbanyak: Lionel Messi...
- Tampil Impresif di Lapangan, 11 Pemain Ini Malah G...