
Bola.net - Turnamen Grand Slam Wimbledon dikenal di seluruh dunia karena satu tradisi yang sangat ikonik dan tak lekang oleh waktu. Tradisi tersebut adalah aturan berpakaian serba putih yang wajib ditaati oleh setiap pemain yang berlaga.
Aturan yang sudah ada sejak era Victoria ini pada awalnya dibuat bukan hanya untuk gaya-gayaan. Ada sebuah alasan unik di baliknya, yaitu untuk menyamarkan noda keringat yang pada masa itu dianggap tidak pantas terlihat.
Meskipun menjadi ciri khas yang sangat kuat, aturan serba putih ini tidak lepas dari berbagai kontroversi. Sejumlah legenda tenis dunia bahkan pernah secara terbuka menentang dan melanggar aturan sakral ini.
Namun, seiring berjalannya waktu, Wimbledon akhirnya menunjukkan sisi yang lebih manusiawi. Aturan yang dulunya sangat kaku ini kini telah dilonggarkan demi mengakomodasi dan memprioritaskan kesehatan para pemain wanita.
Sejarah di Balik Tradisi Serba Putih
Tradisi berpakaian serba putih di Wimbledon bukanlah sebuah aturan baru. Aturan ini sudah ada dan diterapkan sejak turnamen ini pertama kali didirikan pada tahun 1870-an, atau pada zaman Victoria.
Pada era tersebut, terlihatnya noda keringat di pakaian dianggap sebagai sesuatu yang tidak sopan dan tidak pantas, terutama bagi kaum wanita. Oleh karena itu, warna putih dipilih karena kemampuannya untuk menyamarkan bekas keringat tersebut.
Selain alasan kesopanan, warna putih juga dianggap bisa membuat para pemain merasa lebih sejuk saat bertanding di musim panas. Seiring berjalannya waktu, aturan praktis ini pun berevolusi menjadi sebuah simbol tradisi, sejarah, dan kemewahan yang melekat erat dengan Wimbledon.
Deretan Kontroversi Para Legenda
Kekakuan aturan serba putih ini ternyata tidak selamanya bisa diterima oleh semua pihak. Sejumlah pemain bintang dengan karakter pemberontak bahkan pernah secara terbuka menentangnya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Andre Agassi, yang dikenal dengan gaya berpakaiannya yang nyentrik. Ia sempat memboikot Wimbledon pada tahun 1980-an karena menolak untuk mematuhi aturan tersebut.
Puluhan tahun kemudian, giliran sang maestro Roger Federer yang membuat heboh pada tahun 2013. Ia ditegur oleh ofisial karena memakai sepatu putih dengan sol berwarna oranye, yang membuatnya menyebut aturan tersebut "terlalu ketat".
Aturan Dilonggarkan Demi Kesehatan Wanita
Selama bertahun-tahun, banyak suara dari para tokoh tenis dunia yang menyoroti satu masalah serius dari aturan serba putih ini. Legenda seperti Billie Jean King dan Judy Murray menyuarakan kecemasan yang dialami para petenis wanita saat harus bertanding dalam periode menstruasi.
Kekhawatiran akan tembusnya noda darah di pakaian serba putih menjadi sebuah tekanan psikologis tersendiri. Hal inilah yang mendorong adanya desakan untuk melakukan perubahan.
Akhirnya, pada tahun 2023, All England Club mengambil sebuah langkah bersejarah. Mereka secara resmi melonggarkan aturan dan mengizinkan para pemain wanita untuk mengenakan celana pendek berwarna gelap di balik rok atau celana utama mereka.
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Piala Dunia 7 September 2025 01:11
-
Piala Dunia 7 September 2025 01:06
-
Liga Italia 7 September 2025 00:11
-
Liga Italia 6 September 2025 23:55
-
Tim Nasional 6 September 2025 23:51
-
Tim Nasional 6 September 2025 22:55
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- Termasuk Kekalahan MU, 5 Momen Menggemparkan di Pi...
- Ruben Amorim Terancam, Ini 6 Kandidat Penggantinya...
- 5 Pemain yang Bisa Jadi Penyelamat Ruben Amorim di...
- 5 Pemain yang Harus Segera Angkat Kaki dari MU Usa...
- Manchester United: 5 Pelatih Pilihan Dan Ashworth ...
- 6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenh...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...