Psywar Keras! Demi Ganggu Fokus Indonesia, Media Arab Saudi Bongkar Habis 2 Sisi Gelap Patrick Kluivert Jelang Lawan Timnas Indonesia

Psywar Keras! Demi Ganggu Fokus Indonesia, Media Arab Saudi Bongkar Habis 2 Sisi Gelap Patrick Kluivert Jelang Lawan Timnas Indonesia
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (c) Bola.net/Abdul Aziz

Bola.net - Jelang laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi, media Arab, Al-Arabiya, tidak hanya menyoroti taktik, tetapi juga membongkar habis sisi gelap Patrick Kluivert. Kisah hidup pelatih Timnas Indonesia itu mereka kupas tuntas dengan narasi yang sangat dramatis.

Dalam ulasannya, mereka fokus pada dua episode paling kelam dalam kehidupan sang legenda. Momen-momen tersebut adalah tragedi kecelakaan maut di masa muda dan skandal utang judi saat ia merintis karier kepelatihan.

Langkah yang diambil oleh media di Arab Saudi ini tampak jelas sebagai bentuk psywar atau perang urat syaraf. Tujuannya adalah untuk menggoyahkan konsentrasi dan membangun narasi negatif terhadap sosok pelatih lawan.

Kisah yang mereka angkat adalah perjalanan seorang bintang yang kariernya di luar lapangan disebut "penuh kebingungan dan kesalahan". Sebuah cerita yang sangat kontras dengan kemegahan namanya sebagai seorang pemain.

1 dari 6 halaman

Tragedi di Puncak Karier

Kisah kelam yang diangkat media Arab Saudi dimulai pada tahun 1995. Saat itu, Kluivert adalah seorang superstar berusia 19 tahun yang baru saja menjadi pahlawan Ajax Amsterdam.

Hanya empat bulan setelah mencetak gol tunggal kemenangan di final Liga Champions, hidupnya berubah total. Ia terlibat dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa seseorang.

Saat itu, Kluivert mengendarai mobil BMW pinjaman tanpa asuransi dengan kecepatan 100 km/jam di zona 50 km/jam. Mobilnya menabrak sebuah mobil Ford yang dikendarai oleh Martin Putman, seorang direktur teater berusia 56 tahun.

Nahas, nyawa Putman tidak tertolong dalam insiden tersebut. Tragedi ini menjadi titik balik kelam dalam kehidupan sang "anak emas" kota Amsterdam.

2 dari 6 halaman

Duka Mendalam Keluarga Korban

Media Arab Saudi menggarisbawahi betapa dalamnya luka yang ditinggalkan dari tragedi tersebut. Ironisnya, Martin Putman yang menjadi korban adalah seorang penggemar berat Ajax, klub yang dibela Kluivert.

Mereka mengutip pernyataan istri mendiang, Hanny, yang menggambarkan kengerian saat kejadian. Ia menyebut Kluivert mengendarai mobilnya dengan "kecepatan gila".

Kisah pilu juga datang dari putra mendiang Putman. Anak laki-lakinya itu dikabarkan berhenti datang ke stadion dan akan mempercepat rekaman video setiap kali wajah Kluivert muncul di layar.

"Suami saya adalah penggemar Ajax. Putra saya berhenti mendukung dari stadion, dan ketika dia melihat Kluivert di layar, dia mempercepat video agar tidak melihatnya dan teringat almarhum ayahnya," demikian kutipan pernyataan Hanny 29 tahun lalu.

3 dari 6 halaman

Mendapatkan Hukuman Sosial Berat

Proses hukum yang dijalani Kluivert juga tak luput dari sorotan. Jaksa penuntut umum saat itu menuntut hukuman penjara atas dakwaan pembunuhan tidak berencana.

Namun, hakim memberikan vonis yang jauh lebih ringan. Kluivert hanya dijatuhi hukuman 240 jam pelayanan sosial, yaitu mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Vonis ringan ini, menurut laporan tersebut, membuat istri korban sangat terpukul. "Kluivert menghancurkan hidup saya, dan hakim memberinya hukuman ringan," kata Hanny.

Di luar pengadilan, Kluivert harus menjalani "hukuman sosial" yang lebih berat. Ia kerap diteriaki "pembunuh" oleh suporter lawan dan keluarganya menerima surat ancaman bernada rasial.

4 dari 6 halaman

Penyesalan Seumur Hidup

Di tengah semua tekanan itu, Kluivert muda disebut hidup dalam penyesalan yang mendalam. Media Arab Saudi mengutip pernyataan publiknya yang menggambarkan kehancuran mentalnya saat itu.

Ia merasa bahwa tragedi tersebut telah membunuh sisi kanak-kanak dalam dirinya. Sebuah beban yang akan ia pikul selamanya.

"Anak kecil di dalam diri saya telah mati. Saya tidak akan pernah merasa bahagia sepenuhnya seumur hidup saya, karena setiap kali saya merasa baik, saya teringat Putman dan kematiannya," kata Kluivert saat itu.

Trauma dan tekanan publik yang begitu hebat akhirnya membuatnya tak punya pilihan. Setahun setelah insiden, ia memutuskan meninggalkan tanah kelahirannya, Belanda, dan pindah ke AC Milan.

5 dari 6 halaman

Terjerat Judi dan Pemerasan Geng Kriminal

Episode kelam kedua yang diangkat media lawan terjadi jauh setelahnya. Kali ini, Kluivert sudah beralih profesi menjadi seorang pelatih di tim U-21 FC Twente.

Pada usia 36 tahun, ia terjerumus ke dalam dunia taruhan sepak bola. Ia bertaruh dalam jumlah besar hingga terlilit utang lebih dari satu juta euro kepada sebuah geng kriminal terorganisir.

Situasi menjadi semakin buruk ketika geng tersebut memerasnya. Mereka mengancam akan menyebarkan rekaman pengakuan utangnya jika ia tidak segera membayar.

Skandal ini meledak ke publik pada tahun 2017 saat Kluivert menjabat sebagai Direktur Olahraga di PSG. Tak lama setelah berita itu tersebar, ia meninggalkan posisinya di klub raksasa Prancis tersebut.

6 dari 6 halaman

Perjalanan Menebus Diri Hingga ke Jakarta

Menurut ulasan media Arab Saudi, karier Kluivert di Eropa mulai meredup pasca-skandal judi tersebut. Ia kemudian mengambil pekerjaan-pekerjaan yang jauh dari sorotan utama.

Ia sempat menjadi asisten pelatih di Timnas Kamerun, lalu bekerja di akademi Barcelona. Ia juga pernah menjadi pelatih interim Timnas Curacao dan melatih sebentar di Turki.

Akhirnya, pada Januari lalu, perjalanannya membawanya ke Jakarta untuk menukangi Timnas Indonesia. Sebuah peran yang mereka sebut sebagai kesempatan untuk meraih sukses setelah karier di luar lapangan yang "penuh kebingungan dan kesalahan".

Kini, di hadapan Arab Saudi, Kluivert disebut tidak hanya bertarung untuk tiket Piala Dunia. Ia juga bertarung untuk membuktikan diri dan menebus semua catatan kelam di masa lalunya.

Sumber: Alarabiya.net

Lagidiskon