Viral Video Diduga Timnas China Merokok di Bandara: Apakah Bisa Pengaruhi Performa Pemain?

Viral Video Diduga Timnas China Merokok di Bandara: Apakah Bisa Pengaruhi Performa Pemain?
Aksi Ricky Kambuaya dalam laga Timnas Indonesia vs Bahrain, Selasa (25/3/2025). (c) AP Photo/Tatan Syuflana

Bola.net - Sebuah video yang menampilkan sekelompok pria berseragam tengah merokok di kawasan Bandara Soekarno-Hatta menjadi perbincangan hangat di media sosial. Rombongan itu diduga sebagai skuad Timnas China yang baru tiba di Indonesia untuk menjalani laga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Momen tersebut langsung menuai berbagai reaksi dari warganet. Bukan tanpa alasan, perilaku merokok yang dilakukan oleh para atlet profesional tentu mengundang tanda tanya, terutama terkait komitmen mereka menjaga kebugaran fisik.

Perlu diakui, kebiasaan merokok di kalangan pesepak bola bukan hal baru. Beberapa nama besar seperti Wojciech Szczesny dan Radja Nainggolan dikenal sebagai perokok, namun tetap mampu bersaing di level tertinggi.

Lantas, apakah merokok benar-benar berdampak pada performa atlet, khususnya pemain sepak bola? Mari kita telusuri lebih lanjut. di bawah ini ya Bolaneters.

1 dari 2 halaman

Merokok dan Dampaknya terhadap Performa Fisik Pemain

Merokok dan Dampaknya terhadap Performa Fisik Pemain

Aksi Wojciech Szczesny pada laga Dortmund vs Barcelona di Liga Champions 2024/2025 (c) AP Photo/Martin Meissner

Sepak bola merupakan olahraga yang menuntut kemampuan fisik optimal. Pemain dituntut untuk berlari cepat, terlibat dalam duel fisik, serta menjaga intensitas selama 90 menit penuh. Untuk itu, tubuh mereka harus mampu mengelola oksigen secara efisien.

Dalam konteks ini, VO₂ Max menjadi indikator penting. Istilah ini merujuk pada kapasitas maksimal tubuh dalam menyerap dan menggunakan oksigen saat aktivitas fisik berat. Semakin tinggi nilai VO₂ Max, semakin baik pula daya tahan fisik seorang atlet.

Sayangnya, merokok adalah salah satu faktor utama yang bisa merusak sistem kardiovaskular—komponen penting dalam performa VO₂ Max.

Penelitian dari Rifaa Hanan Alfikri, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, memberikan bukti menarik. Studi tersebut melibatkan 44 pemain sepak bola dan menemukan bahwa:

  • Sebanyak 27 orang (61,4%) merupakan perokok aktif selama lebih dari 10 tahun.
  • Dari jumlah tersebut, 22 pemain (50%) tercatat memiliki nilai VO₂ Max rendah.

Temuan ini menunjukkan adanya kaitan signifikan antara kebiasaan merokok dan penurunan kapasitas fisik pemain sepak bola.

2 dari 2 halaman

Mengapa VO₂ Max Krusial bagi Atlet?

Mengapa VO₂ Max Krusial bagi Atlet?

Aksi Ricky Kambuaya dalam laga Timnas Indonesia vs Bahrain, Selasa (25/3/2025). (c) AP Photo/Tatan Syuflana

Ketika seseorang merokok, karbon monoksida (CO) dari asap rokok masuk ke dalam darah dan menggantikan oksigen dalam hemoglobin. Akibatnya, suplai oksigen ke jaringan tubuh menurun, terutama saat dibutuhkan dalam jumlah besar—misalnya saat bertanding.

Selain itu, CO juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi), yang dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak dinding pembuluh. Jika dibiarkan, kondisi ini akan memperlemah sistem pernapasan, membuat jantung bekerja lebih keras, dan menyebabkan kelelahan lebih cepat.

Bagi seorang pesepak bola, situasi ini jelas sangat merugikan. Pasalnya, peningkatan VO₂ Max merupakan salah satu sasaran utama dalam program latihan fisik. Upaya ini mencakup penguatan otot, peningkatan volume darah per denyut (stroke volume), serta peningkatan output jantung (cardiac output).

Namun, semua proses tersebut akan terganggu jika kebiasaan merokok tetap dilanjutkan. Rendahnya VO₂ Max membuat distribusi oksigen ke otot berkurang, otot lebih cepat lelah, tempo permainan sulit dijaga, dan risiko cedera meningkat.