Lika-Liku Jalan Rio Haryanto Menuju Formula 1 2016

Lika-Liku Jalan Rio Haryanto Menuju Formula 1 2016
Rio Haryanto (c) GP2 Series
- Belakangan ini, pebalap mobil andalan Tanah Air, Rio Haryanto menjadi topik hangat di kalangan masyarakat setelah mendapatkan tawaran dari tim Manor untuk turun di Formula 1 2016. Meski banyak pihak memberikan dukungan moral, jalan Rio tidaklah mudah.


Masalah finansial, adalah kendala terbesar yang dihadapi oleh Rio dalam perjalanannya menuju kejuaraan balap mobil terakbar di dunia tersebut. Manor memang tertarik menggunakan jasa Rio, namun ia diwajibkan membawa dana balap yang begitu besar.


Rio yang masih tergolong muda, dengan usia 23 tahun, sejatinya sudah lama malang melintang di dunia balap internasional. Prestasinya pun terbilang baik dan cemerlang, hingga peluang turun di F1 pun tiba padanya meski terkadang harus mengalami nasib tak beruntung.


Mari kita simak lika-liku jalan Rio Haryanto menuju Formula 1 2016. [initial] (bola/kny)

1 dari 5 halaman

Awal Karir Profesional

Awal Karir Profesional

Rio memulai karir balap profesionalnya pada tahun 2008, yakni saat ia masih berusia 15 tahun. Dalam tahun yang sama, ia mengikuti tiga kejuaraan Asia, yakni Asian Formula Renault Challenge, Formula Asia 2.0 dan Formula BMW Pacific. Setelah menduduki peringkat ketiga di FAsia 2.0, Rio pun sukses menyabet gelar juara Formula BMW Pacific 2009.

Pada tahun 2010, Rio pun merambah ke kejuaraan Eropa yang cukup bergengsi, yakni GP3 Series di bawah bendera Manor. Selama dua musim turun di kejuaraan ini, Rio sukses mengoleksi tujuh podium, termasuk tiga kemenangan. Prestasi ini cukup membuatnya naik ke kejuaraan GP2 Series 2012, yakni kejuaraan single seater di bawah F1.

Selama empat musim di GP2, Rio membela empat tim berbeda, yakni Marussia Carlin (Manor), Addax Barwa, EQ8 Caterham dan Campos Racing. Secara keseluruhan, Rio berhasil mengemas tujuh podium dengan tiga kemenangan. Musim terbaiknya adalah musim 2015, yakni ketika ia membela Campos Racing.

Rio berhasil mengakhiri musim 2015 di peringkat keempat pada klasemen pebalap, di belakang tiga pebalap papan atas GP2, yakni Stoffel Vandoorne, Alexander Rossi dan Sergey Sirotkin. Rio mengumpulkan 138 poin, hanya tertinggal satu poin dari Sirotkin.
2 dari 5 halaman

Jatuh-Bangun

Jatuh-Bangun

Prestasi Rio di kancah internasional, boleh saja gemilang. Meski begitu, pebalap kelahiran Solo ini tak selalu dinaungi Dewi Fortuna. Ada beberapa peristiwa tak mengenakkan dialaminya. Salah satunya, adalah saat ia masih turun di GP3 Series 2010.

Rio sempat mendapatkan tindakan diskriminasi dari panitia balap setelah menapaki tangga podium usai finis kedua dalam feature race di Silverstone Inggris. Kesuksesan Rio ini membuat panitia curiga bahwa Rio dan Manor menggunakan turbo yang tak sesuai dengan regulasi balap.

Alhasil, panitia membongkar mobilnya, namun tak menemukan kejanggalan. Sayang, pembongkaran mobil Rio ini tidak diiringi dengan tanggung jawab panitia untuk mengembalikan bagian mobil dengan benar. Bagian turbo mobil Rio pun mengalami kerusakan hingga tak bisa tampil baik di sprint race, di mana ia harus gagal finis.

Namun, Rio tetap berjuang keras mengharumkan nama bangsa, dan membayar kegagalan ini saat menjalani balapan di Monza, Italia, di mana ia finis ketiga dan menapaki tangga podium. Ia pun mengakhiri musim di peringkat kelima dengan 27 poin, dengan koleksi tiga podium, termasuk satu kemenangan.
3 dari 5 halaman

Tak Dikenal Dunia

Tak Dikenal Dunia

Perjuangan Rio mengharumkan nama bangsa di kejuaraan internasional pun sempat menarik simpati dan menimbulkan rasa haru. Meski telah berjuang keras, kemampuan Rio pun sempat diremehkan dunia, terutama di GP3 Turki 2010.

Setelah hanya mampu finis di luar 20 besar di Catalunya, Spanyol, tak ada yang menyangka bahwa Rio akan tampil baik di Sirkuit Istanbul Park. Mengakhiri feature race di posisi kedelapan, Rio sukses meraih kemenangan di sprint race. Hal ini ternyata tak disangka-sangka oleh panitia GP3.

Menapaki podium terpuncak, Rio diikuti oleh Miki Monras dari Spanyol di posisi kedua dan Alexander Rossi dari Amerika Serikat di posisi ketiga. Ironisnya, panitia GP3 tak memiliki persediaan bendera Indonesia dan juga lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Panitia pun kelabakan mencari bendera Indonesia, hingga akhirnya memutuskan memakai bendera Polandia yang dibalik. Sementara panitia mencari lagu Indonesia Raya di internet, Rio pun dengan bangga menyanyikannya sendiri di atas podium.
4 dari 5 halaman

Pintu ke Formula 1

Pintu ke Formula 1

Pada bulan Juli 2015, Rio sempat menyatakan bahwa ada tiga tim yang mendekati dirinya untuk turun di F1 2016. Satu bulan kemudian, terkuak bahwa salah satunya adalah Manor, yakni tim yang sudah terasosiasi dengan dirinya sejak turun di GP3 Series.

Dengan usianya yang sudah mencapai 23 tahun, maka Rio bisa dikatakan ideal untuk masuk ke F1, apalagi ia telah mendapatkan Super License sejak berusia 17 tahun. Manor pun bersedia memberi salah satu mobil balapnya untuk Rio, asal ia bisa membawa dana balap sejumlah 15 juta euro (Rp 228 miliar).

Jumlah dana yang harus dibawa Rio inipun memunculkan opini pro dan kontra. Beberapa pihak menyatakan bahwa 15 juta euro merupakan jumlah yang cenderung kecil bagi pemerintah Indonesia, sementara beberapa pihak lain merasa jumlah ini terlampau besar.

Pada bulan Desember, BUMN PT Pertamina pun menyatakan bersedia mengucurkan dana sebesar 5 juta euro (Rp 76 miliar), sementara pada bulan Januari 2016, Kemenpora telah bersedia memberikan dana sebesar Rp 100 miliar (6,6 juta euro) melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Sahabat Rio, sebutan penggemar Rio pun telah berupaya membantu Rio dengan melakukan penggalangan dana secara terbuka melalui www.kitabisa.com/indonesiaf1. Hingga kini, Sahabat Rio telah mengumpulkan sekitar Rp 152 juta. Sayang, langkah Rio belum begitu mulus sampai di sini.
5 dari 5 halaman

Sulitnya Pencairan Dana

Sulitnya Pencairan Dana

Manor pun memberikan kelonggaran agar Rio dan pemerintah untuk membayarkan uang muka atau down payment (DP) sebesar 3 juta euro (Rp 46 miliar). Manor juga dua kali memberikan tenggat waktu pada 30 Januari 2016 dan 5 Februari, namun pihak Rio dan pemerintah belum bisa menyanggupinya.

Pasalnya, dana ini harus disetujui lebih dulu oleh DPR-RI untuk dicairkan. Sialnya, mencairkan dana tidak semudah yang dibayangkan, mengingat adanya birokrasi. Rupanya, hal ini dikarenakan regulasi alur APBN yang cukup rumit. Padahal, Rio diburu waktu karena ia bersaing tempat dengan Alexander Rossi dan Will Stevens, apalagi uji coba pramusim F1 akan segera dimulai di Barcelona-Catalunya, Spanyol pada 22-25 Februari.

Meski jalan Rio tak mudah, Manor masih menunjukkan ketertarikan padanya. Managing Director Manor Racing, Abdulla Boulsien pun menemui Menpora, Imam Nahrawi di Jakarta pada 11 Februari dan menyatakan betapa timnya menginginkan Rio. Memaklumi sulitnya pencairan dana, Manor pun kembali memundurkan tenggat waktu pembayaran uang muka sampai pekan depan.

Maka, sepekan ke depan lah nasib seorang Rio Haryanto di Formula 1 ditentukan. Apakah ia akan membawa nama bangsa ke kancah balap mobil terakbar di dunia? Apapun yang terjadi, jangan lupa untuk mengapresiasi perjuangan Rio ya, Bolaneters!