Frustrasi dan Buntu Taktik, Arsenal Juga Gunakan Strategi Lemparan Jauh Ala Pratama Arhan
Richard Andreas | 8 Mei 2025 14:30
Bola.net - Arsenal harus mengakhiri mimpi mereka tampil di final Liga Champions 2024/2025 usai disingkirkan PSG dengan agregat 1-3 di babak semifinal.
Kekalahan ini terasa menyakitkan karena The Gunners gagal memanfaatkan keunggulan di awal laga dan justru tampil tidak efektif di momen-momen krusial. Di sisi lain, PSG menunjukkan kematangan taktik yang membuat mereka pantas melaju ke partai puncak.
Pertandingan leg kedua di Emirates Stadium menjadi panggung kegagalan Arsenal, baik dari segi eksekusi maupun pendekatan taktik. Mikel Arteta mencoba sesuatu yang tidak biasa: Menggunakan Thomas Partey sebagai senjata utama lewat lemparan jauh ke kotak penalti. Namun, strategi ini terbaca dan gagal menghasilkan ancaman berarti.
Momen akhir laga menjadi cerminan kepanikan Arsenal. Dalam upaya terakhir di menit ke-95, Partey melakukan lemparan ke dalam yang hanya bisa dijangkau oleh bek PSG, Vitinha. Bola langsung dibuang jauh dan wasit pun meniup peluit panjang, mengakhiri perjalanan Arsenal di Liga Champions musim ini.
Arteta dan Ilusi Taktik Baru

Beberapa pekan setelah bergabung dengan Arsenal, Declan Rice sempat mengatakan bahwa bermain di bawah Arteta membuatnya "melihat sepak bola dengan cara yang benar-benar berbeda."
Ia mengaku banyak belajar hal baru, bahkan menganggap bahwa pemahamannya soal sepak bola sebelumnya belum seberapa. Namun pertandingan melawan PSG memperlihatkan bahwa tidak semua pendekatan taktik Arteta selalu berhasil.
Salah satu eksperimen Arteta yang paling menonjol dalam laga ini adalah mengandalkan lemparan jauh Partey sebagai skema serangan utama. Mirip seperti era Rory Delap di Stoke City atau Pratama Arhan di Timnas Indonesia, Arsenal tampak berulang kali mencoba menciptakan peluang lewat situasi lemparan ke dalam. Sayangnya, itu tidak berjalan sesuai rencana.
Meski ide tersebut terlihat berani dan berbeda, kenyataannya PSG mampu membaca pola tersebut sejak awal. Mereka menyiapkan pertahanan untuk memotong lemparan-lemparan langsung ke kotak penalti dan menutup kemungkinan bola kedua jatuh ke kaki pemain Arsenal.
Awal Menjanjikan yang Tak Bertahan Lama
Arsenal sebenarnya sempat tampil menekan di awal laga. Mereka nyaris mencetak gol ketika Gabriel Martinelli melepaskan tembakan jarak dekat yang berhasil ditepis Donnarumma. Tak lama setelah itu, Martin Odegaard melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti, namun kembali digagalkan kiper asal Italia tersebut.
Kepercayaan diri Arsenal sempat meningkat. Ritme serangan terlihat terstruktur, dan PSG sempat kesulitan keluar dari tekanan. Namun masalahnya adalah: setiap skema ofensif Arsenal kembali berujung pada skenario lemparan ke dalam dari Partey.
Strategi itu menjadi terlalu repetitif. Ketika PSG mulai terbiasa dan bisa mengantisipasi arah bola, Arsenal kehabisan cara untuk menciptakan variasi serangan. Padahal, dengan kualitas teknik pemain seperti Odegaard dan Saka, The Gunners semestinya punya lebih banyak opsi.
PSG Mengambil Alih Momentum

PSG justru berhasil mencetak gol pertama melalui skema bola mati. Berawal dari pelanggaran Rice, tendangan bebas dari sisi kiri mengarah ke tiang jauh dan disambut dengan buruk oleh Partey, yang malah mengarahkan bola ke tengah kotak penalti. Kesalahan itu menjadi awal dari gol Fabian Ruiz.
Dalam situasi tersebut, Arsenal kembali gagal memenangi bola kedua. Ruiz yang berdiri bebas di tepi kotak penalti melakukan gerakan tipuan untuk mengecoh Martinelli, lalu melepaskan tembakan kaki kiri yang tak bisa dibendung. Gol ini datang di tengah dominasi Arsenal dan langsung memukul mental para pemain tim tamu.
Setelah gol itu, Arsenal seperti kehilangan arah. Skema mereka tak lagi berjalan efektif dan kepercayaan diri merosot drastis. Arteta tampak tidak punya rencana cadangan, karena terlalu mengandalkan strategi bola mati sejak awal pertandingan.
Hidup dan Mati oleh Bola Mati
Keputusan Arteta untuk mengandalkan Partey sebagai pelontar utama lewat lemparan ke dalam menjadi bumerang. Situasi ini justru memperlihatkan betapa Arsenal kekurangan fleksibilitas taktik di saat yang paling krusial. Ketika opsi andalan gagal, tidak ada variasi lain yang disiapkan.
Setiap lemparan Partey ke dalam kotak penalti bisa ditebak. PSG tahu betul bahwa bola akan diarahkan ke area padat dan mereka menyiapkan cukup pemain untuk menyapu bola pertama maupun kedua. Dalam momen paling menentukan, Arsenal kehabisan kreativitas.
Sinyal kekalahan sudah terlihat sejak awal. Dan ketika waktu benar-benar habis, upaya terakhir pun kembali jatuh pada Partey — lemparan yang gagal masuk kotak penalti dan langsung disapu bersih oleh Vitinha. Ironi dari laga ini adalah: taktik bola mati yang mereka pertaruhkan justru menjadi penyebab utama kegagalan.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Jadwal Liga Inggris Pekan Ini Live di SCTV dan Vidio, 13-16 Desember 2025
Liga Inggris 14 Desember 2025, 16:23
-
Catatan Menarik Arsenal vs Wolves: The Gunners Paling Tajam dari Set Piece
Liga Inggris 14 Desember 2025, 05:53
-
Kalahkan Wolverhampton, Sang Legenda Sebut Arsenal Hoki Banget!
Liga Inggris 14 Desember 2025, 05:21
LATEST UPDATE
-
Unggul Lebih Dulu, Lalu Kehilangan Kendali: Masalah Klasik Manchester United
Liga Inggris 17 Desember 2025, 10:24
-
Panen 13 Medali di SEA Games 2025, Tim Renang Indonesia Masih Punya PR Besar
Olahraga Lain-Lain 17 Desember 2025, 10:08
-
Manuel Ugarte Tinggalkan MU di Januari 2026, Bakal Balik ke Prancis?
Liga Inggris 17 Desember 2025, 10:08
-
Jika Tinggalkan MU, Casemiro Bakal Lanjutkan Karir ke Luar Eropa?
Liga Inggris 17 Desember 2025, 09:56
-
Raphinha Tak Dianggap: Terabaikan di Ballon d'Or, Sekarang Tersingkir dari FIFA Best XI
Liga Spanyol 17 Desember 2025, 09:53
-
Bruno Fernandes Blak-blakan: Manchester United Ingin Jual Saya di Musim Panas 2025
Liga Inggris 17 Desember 2025, 09:48
-
Superbank Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia (IDX: SUPA)
News 17 Desember 2025, 09:08
-
Superbank (SUPA) Catatkan Rekor Dana IPO Bank Digital Terbesar
News 17 Desember 2025, 08:57
LATEST EDITORIAL
-
Jika Diambil Alih Arab Saudi, Inilah Prediksi Starting XI Barcelona dengan 4 Pemain Baru
Editorial 16 Desember 2025, 14:48
-
5 Kandidat Pengganti Xabi Alonso di Real Madrid, Zidane Kembali ke Bernabeu?
Editorial 9 Desember 2025, 10:48
-
5 Calon Pengganti Mohamed Salah di Liverpool jika Sang Bintang Benar-benar Pergi
Editorial 9 Desember 2025, 10:19
-
Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
Editorial 5 Desember 2025, 14:58
-
Jika Arne Slot Lengser, Ini 11 Pelatih Nganggur yang Cocok untuk Liverpool
Editorial 5 Desember 2025, 14:49





