Vuvuzela dan Kontroversi Budaya Dalam Sepak Bola
Editor Bolanet | 15 Juni 2010 21:00
Bola.net - Oleh: Fajar Rahman Inilah Piala Dunia yang pertama kali berlangsung di daratan Afrika dan inilah Piala Dunia yang pertama kali diiringi dengan suara dengungan jutaan lebah. Bukan karena stadion tempat berlangsungnya Piala Dunia kali ini penuh dengan sarang lebah, melainkan dengungan lebah tersebut dihasilkan oleh vuvuzela. Vuvuzela adalah terompet yang terbuat dari plastik berbentuk tanduk dengan panjang sekitar 90 cm. Vuvuzela sendiri mulai menjadi trademark Afrika Selatan dalam setiap pertandingan sepak bola, semenjak diperkenalkan di pertandingan sepak bola yang berlangsung di Rainbow Nation pada awal tahun 2000. Meskipun hanya terompet plastik, namun jika dibunyikan bersama-sama maka akan menimbulkan kebisingan yang luar biasa. Konon sekitar 90.000 vuvuzela yang ditiup bersamaan saat pertandingan pembukaan antara Afrika Selatan melawan Meksiko lalu, tingkat kebisingan yang dihasilkannya dapat menembus angka 11.000.000 desibel. Sebuah survei baru-baru ini menyatakan bahwa suara yang dihasilkan oleh sebuah vuvuzela mencapai 127 desibel. Lebih keras dari hentakan drum yang mempunyai kekerasan suara 122 desibel dan peluit wasit yang hanya sekitar 121,8 desibel saja. Kebisingan yang dihasilkan vuvuzela pun mulai menuai kontroversi. Ribuan keluhan mengenai kebisingan ini mengalir dari para pemirsa BBC dan ITV. Beberapa pemain menyayangkan keberadaan vuvuzela di dalam stadion."Kami harus menggunakan kontak mata, teriakan saya kepada para bek tak bisa terdengar" dalih kiper Denmark, Thomas Sorensen, setelah gawangnya dibobol dua kali oleh pemain Belanda. Tak hanya Sorensen saja, bintang Portugal, Christiano Ronaldo ikut bicara "Sulit bagi siapa pun di lapangan untuk berkonsentrasi. Banyak pemain tidak menyukainya, tetapi mau tidak mau mereka harus terbiasa dengannya." tutur Ronaldo. Para pengamat kesehatan juga ikut andil dalam protes terhadap Vuvuzela. Vuvuzela dianggap dapat merusak pendengaran karena bunyi bisingnya langsung menuju gendang telinga. Dokter berkewarganegaraan Inggris, Ruth McNerney kepada AP mengatakan vuvuzela berpotensi menyebarkan virus demam dan flu, "Mengingat banyaknya udara yang ditiupkan lewat vuvuzela," katanya. Suatu kontrovesi pasti memiliki pro dan kontra. Beberapa suara yang bersifat mendukung bertahannya vuvuzela di dalam stadion juga bermunculan. "Vuvuzela adalah inspirasi tim Afrika untuk maju. Ini budaya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya" kata Paulo Kiggundu seorang pria berkebangsaan Uganda. Juru bicara FIFA Stan Schaffner menyatakan bahwa Vuvuzela tidak akan dicekal dalam stadion. Di tengah pro dan kontra yang menerpa terompet panjang ini, Neil van Schalkwyk, dari Masincedane Sport, perusahaan yang memproduksi vuvuzela memberi sinyal bagus demi bertahannya vuvuzela di Afrika Selatan. Dia berkata "Kami telah memodifikasinya, vuvuzela yang baru memiliki 20 desibel suara lebih rendah dibandingkan yang lama." Suka atau tidak, vuvuzela sudah menjadi bagian dari Piala Dunia. Afrika Selatan juga mempunyai budaya, dan Piala Dunia hanya singgah satu bulan saja di negara ini. Sebenarnya, kontroversi seperti ini juga pernah muncul saat Piala Dunia 2006 di Jerman. Saat itu FIFA akhirnya memutuskan melarang bir masuk ke dalam stadion ataupun dijual di sekitar stadion. Padahal bir adalah bagian dari budaya Jerman. Apakah FIFA akan memperlakukan vuvuzela seperti bir di Jerman? Kalah dan menang dalam sebuah pertandingan adalah hal yang biasa. Semoga para pemain dalam Piala Dunia kali ini bisa lebih bijak dalam menerima kekalahan. Bukan menjadikan vuvuzela sebagai kambing hitam atas kekalahan yang diterima. Melainkan menyadari kekurangan tim, mengakui keunggulan lawan dan lebih kuat menerima tekanan dari sebuah kekalahan. Bagaimana dengan Anda, masih kuat untuk bertahan menerima kebisingan dari stasiun televisi Anda? (thesun/fjr)
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
LATEST UPDATE
-
Guadalajara vs Barcelona: Cerita Manusiawi dari sang Pelatih Tim Divisi 3
Liga Spanyol 16 Desember 2025, 01:00
-
Barcelona Tak Mau Gegabah: Alasan Hansi Flick Kelola Menit Bermain Marc Bernal
Liga Spanyol 16 Desember 2025, 00:44
-
Spekulasi Transfer Lewandowski: Tinggalkan Barcelona, Gabung Messi di Inter Miami?
Liga Spanyol 16 Desember 2025, 00:33
-
Inter Milan dan Insting Pembunuh Lautaro Martinez di Kotak Penalti Lawan
Liga Italia 16 Desember 2025, 00:03
-
Pelukan yang Bicara Banyak: Vinicius Junior Kirim Sinyal Rekonsiliasi dengan Xabi Alonso
Liga Spanyol 15 Desember 2025, 23:49
-
AC Milan Kehilangan Gabbia untuk Semifinal Supercoppa: Siapa Penggantinya?
Liga Italia 15 Desember 2025, 23:46
-
Update Klasemen Perolehan Medali SEA Games 2025 Thailand
Olahraga Lain-Lain 15 Desember 2025, 22:56
-
Juventus Tanpa Koopmeiners: 2 Opsi Pengganti untuk Laga Melawan Roma
Liga Italia 15 Desember 2025, 21:43
-
Juventus Bicara Tegas: Frattesi Ditahan Inter, Thuram Aman, Yildiz Jadi Proyek Masa Depan
Liga Italia 15 Desember 2025, 21:35
LATEST EDITORIAL
-
5 Kandidat Pengganti Xabi Alonso di Real Madrid, Zidane Kembali ke Bernabeu?
Editorial 9 Desember 2025, 10:48
-
5 Calon Pengganti Mohamed Salah di Liverpool jika Sang Bintang Benar-benar Pergi
Editorial 9 Desember 2025, 10:19
-
Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
Editorial 5 Desember 2025, 14:58
-
Jika Arne Slot Lengser, Ini 11 Pelatih Nganggur yang Cocok untuk Liverpool
Editorial 5 Desember 2025, 14:49
-
5 Pemain yang Memberikan Dampak Tak Terduga di Serie A Musim Ini
Editorial 4 Desember 2025, 13:02





