Mengenang Kehebatan Dua Ikon Sepak Bola Indonesia
Gia Yuda Pradana | 1 April 2020 11:19
Bola.net - Indonesia pernah memiliki dua ikon sepak bola, yaitu Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas. Keduanya merupakan poros sepak bola Tanah Air dalam urusan menjebol gawang lawan.
Kurniawan dan Bepe bisa dibilang berasal dari generasi yang hampir sama. Keduanya bahkan sempat tampil bersama di Timnas Indonesia.
Memiliki postur tubuh yang hampir sama, kedua pemain tersebut sempat menjadi mimpi buruk buat para kiper lawan. Secara kualitas, keduanya pun saling melengkapi.
Kurniawan
Kurniawan Dwi Yualinto mengawali kiprahnya dengan bergabung dengan PSSI Primavera, tim yang dibentuk PSSI untuk masa depan Indonesia. Pada 1994, pemain yang akrab disapa Si Kurus itu kemudian menimba ilmu di Sampdoria Primavera.
Pada tahun yang sama, Kurniawan dikontrak klub Swiss, FC Luzern. Namun, sang pemain gagal menunjukkan kemampuannya sehingga hanya bertahan semusim di Swiss.
Kurniawan kemudian kembali ke Indonesia dengan bergabung bersama Pelita Bakrie. Kemudian sepanjang kariernya Kurniawan sempat memperkuat klub-klub elite Indonesia semisal PSM Makasar, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, PSS Sleman, Persitara Jakarta Utara hingga Persela Lamongan. Kurniawan juga sempat bermain di Malaysia bersama Serawak FA.
Selama bermain di Indonesia, Kurniawan tercatat sukses mencetak 162 gol. Kurniawan tercatat pernah meraih dua gelar liga di Indonesia, yakni bersama PSM Makassar pada Ligina 1999-2000 dan dengan Persebaya Surabaya pada Divisi Utama Liga Indonesia 2004.
Bepe
Berbeda dengan Kurniawan, Bambang Pamungkas sepanjang kariernya hanya memperkuat 2 klub di Indonesia, yakni Persija Jakarta dan Pelita Bandung Raya. Pemain yang akrab disapa Bepe itu tercatat mencetak 178 gol sepanjang kariernya bersama klub Indonesia.
Pencapaian itu membuat Bepe menjadi pemain ketiga yang mencetak banyak gol sepanjang sejarah liga Indonesia setelah Cristian Goncalves (249 gol) dan Budi Sudarsono (185 gol). Pencapaian Bepe berpeluang tergeser oleh Boaz Solossa yang berjarak dua gol dan saat ini masih aktif bermain.
Bepe secara prestasi juga menyamai Kurniawan. Selama menjadi pemain, Bepe tercatat sudah mempersembahkan dua gelar buat Persija Jakarta, yakni gelar juara liga pada 2001 dan 2018.
Berkat penampilan luar biasa semasa menjadi pesepak bola membuat Bambang Pamungkas masuk dalam daftar legenda sepak bola ASEAN versi AFC. Bepe sejajar dengan Neil Etheridge (Filipina), Soh Chin Aun (Malaysia), Kiatisuk Senamuang (Thailand), dan Le Cong Vinh (Vietnam).
Tajam di Timnas
Tak hanya di level klub, ketajaman Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas juga menular ke Timnas Indonesia. Keduanya saat ini menjadi pemain dengan jumlah gol terbanyak untuk Tim Garuda.
Untuk urusan gol di Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas lagi-lagi mengungguli Kurniawan. Pemain yang akrab disapa Bepe itu mencetak 38 gol dalam 86 penampilan bersama Timnas Indonesia rentang 1999-2012.
Bepe menghuni peringkat kedua dalam daftar pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia sepanjang sejarah. Posisi puncak dihuni legenda Timnas Indonesia, Soetjipto Soentoro dengan raihan 57 gol dalam 68 laga rentang 1965-1970.
Adapun Kurniawan berada tepat di bawah Bepe. Si Kurus terpaut lima gol dari Bepe yakni 33 gol dalam 59 penampilan bersama Timnas Indonesia rentang 1995-2005.
Namun, keduanya memiliki kesamaan karena tak mampu memberikan prestasi untuk Timnas Indonesia. Hal inilah yang sampai saat ini disesali oleh Kurniawan.
"Sebagai mantan pemain, saya gemas karena Timnas Indonesia selalu gagal meraih gelar. Hampir semua negara tetangga sudah merasakan gelar juara misalnya di Piala AFF seperti, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam," kata Kurniawan.
"Kami sebagai pemain merasa sebagai generasi yang gagal. Mudah-mudahan adik-adik kita bisa merebut piala ini, berprestasi lebih tinggi," ujar Kurniawan.
Saat ini, Kurniawan Dwi Yulianto melanjutkan karier sebagai pelatih klub Malaysia, Sabah FA. Sementara itu, Bambang Pamungkas masih berada di Persija Jakarta, berperan sebagai manajer tim.
Disadur dari: Bola.com/Penulis Zulfirdaus Harahap/Editor Benediktus Gerendo Pradigdo
Published: 1 April 2020
Baca juga artikel-artikel lainnya:
- Liga Indonesia 1994/1995, Petrokimia, dan Gol Jacksen yang Dianulir
- Danilo Sekulic: Kesehatan Kita dan Warga Indonesia yang Utama
- Kiper Barito Putera: Tak Semua Pemain Punya Gaji Besar
- Cerita Dendi Santoso Tentang Perjalanan Arema jadi Juara 10 Tahun Silam
- Manajemen Barito Putera Pastikan Revisi Kontrak Tim
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Filosofi Baru Timnas Indonesia: Empat Bek, Ball Possession, dan Sepak Bola Menyerang
Tim Nasional 7 September 2025, 10:15 -
Winitasha Alya dan Tren Penonton Perempuan di Laga Timnas Indonesia
Tim Nasional 7 September 2025, 08:39
LATEST UPDATE
-
Masa Depan Cerah Benjamin Sesko di Manchester United: Potensi Bomber Kelas Dunia
Liga Inggris 7 September 2025, 23:40 -
Kisah 20 Tahun Presnel Kimpembe di PSG Resmi Berakhir
Liga Eropa Lain 7 September 2025, 22:22 -
Daftar Pembalap Formula 1 dengan Kemenangan Terbanyak Sepanjang Sejarah
Otomotif 7 September 2025, 21:39 -
Hasil Lengkap dan Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:29 -
Update Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:28 -
Klasemen Sementara Formula 1 2025 Usai Seri Italia di Monza
Otomotif 7 September 2025, 21:27
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24