Pemain Lokal Premier League Hampir Punah: Krisis Identitas, Tersingkir dari Kandang Sendiri
Richard Andreas | 12 September 2025 10:59
Bola.net - Sepakbola Inggris dahulu selalu memiliki satu benang merah: kebanggaan pada pemain lokal. Mulai dari sorak-sorai "he's one of our own" di tribun hingga kisah sukses akademi, pemain lokal dianggap simbol identitas klub. Akan tetapi, pemandangan tersebut kini semakin langka terlihat di Premier League.
Data terkini memperlihatkan bahwa jumlah pemain lokal di Liga Inggris terus merosot drastis. Bila pada pertengahan 1990-an setiap klub rata-rata memiliki lebih dari enam pemain lokal, sekarang angkanya hanya tinggal 2,7 per tim. Beberapa klub bahkan tidak memiliki satu pun wakil dari daerah mereka sendiri.
Fenomena ini dipicu berbagai faktor, mulai dari regulasi Bosman, aturan profit and sustainability (PSR), hingga strategi akademi klub yang semakin global. Semua membuat peluang pemain lokal untuk bertahan di tim utama kian menyempit.
Pertanyaannya, apakah Premier League sedang kehilangan identitas lokalnya? Atau sepakbola modern memang sudah tidak lagi memberikan ruang pada faktor kebanggaan komunitas?
Pemain Lokal yang Kian Menghilang

Jurgen Klopp pernah menyebut ingin meraih trofi bersama "tim penuh Scousers", sementara Eddie Howe menilai Geordies di timnya membawa sesuatu yang spesial. Namun, narasi romantis semacam itu semakin sulit diwujudkan.
Pada derby Manchester akhir pekan ini, City masih bisa menurunkan Phil Foden, Nico O'Reilly, atau Rico Lewis. Sebaliknya, United kemungkinan besar tidak punya satu pun pemain Mancunian di starting XI.
Contoh lain lebih ekstrem lagi. Aston Villa, Leeds United, Wolves, dan Burnley sekarang tidak memiliki satu pun pemain lokal di tim utama mereka. Villa bahkan harus melepas Jacob Ramsey ke Newcastle karena tuntutan PSR, sementara Leeds kehilangan Archie Gray yang dijual ke Tottenham.
Situasi serupa terjadi di klub-klub tradisional lain yang dahulu selalu punya ikon lokal. Jika dibandingkan dengan tiga dekade lalu, jurangnya begitu lebar.
Musim 1995-96, rata-rata tiap klub punya 6,5 pemain lokal. Wimbledon bahkan memiliki 16 pemain asal London dalam skuadnya. Sekarang, angka tersebut terjun bebas menjadi hanya 2,7 pemain per tim.
Bosman, PSR, dan Efeknya pada Identitas Klub
Turunnya jumlah pemain lokal tidak lepas dari putusan Bosman tahun 1995. Regulasi tersebut menghapus batas kuota pemain Eropa, membuka pintu lebar-lebar untuk impor talenta asing. Momentum ini bertepatan dengan masuknya dana besar dari hak siar televisi, membuat klub semakin agresif membeli pemain dari luar.
UEFA sempat mencoba menahan laju dengan aturan homegrown pada 2006, yang kemudian diikuti Premier League pada 2010. Namun, aturan ini hanya mengatur jumlah pemain yang dididik di akademi domestik, bukan pemain asli daerah. Akibatnya, klub tetap bisa mematuhi regulasi tanpa harus mempertahankan pemain lokal.
Dalam beberapa musim terakhir, tekanan PSR menambah rumit situasi. Pemain lokal yang datang dari akademi tidak membutuhkan biaya transfer, sehingga penjualannya bisa dicatat sebagai "laba bersih". Inilah yang membuat Conor Gallagher, Elliot Anderson, hingga Jacob Ramsey harus rela meninggalkan klub masa kecil mereka demi neraca keuangan.
Akademi Global, Tantangan untuk Pemain Lokal

Selain faktor ekonomi, strategi perekrutan akademi turut mengikis ruang bagi pemain lokal. Klub-klub besar sekarang lebih agresif mencari bakat remaja dari luar kota, bahkan luar negeri. Liverpool, Chelsea, dan Manchester United belakangan gencar merekrut talenta muda yang awalnya dibina klub lain.
Kasus Chelsea cukup mencolok. Mereka kehilangan Rio Ngumoha ke Liverpool, sementara Manchester City membalas dengan membajak Ryan Macedo dari akademi Cobham. Bahkan Newcastle sekarang punya daftar panjang remaja yang direkrut dari berbagai klub, mulai dari Trevan Sanusi (Birmingham), Alfie Harrison (Manchester City), hingga Aaron Epia (Everton).
Strategi ini memang menjanjikan lebih banyak prospek akademi berkualitas. Tetapi konsekuensinya jelas: semakin sedikit pemain lokal yang bisa menembus skuad utama.
Untuk bertahan di Newcastle, misalnya, seorang pemain muda tidak cukup menjadi yang terbaik di tim junior lokal, dia harus mampu bersaing dengan talenta terbaik se-Inggris, bahkan Eropa.
Antara Kebanggaan dan Kebutuhan Hasil
Penurunan jumlah pemain lokal bukan hanya soal statistik, tetapi juga perasaan. Survei English Football League menunjukkan 89 persen fans percaya klub penting bagi kehidupan sosial kota. Dan 78 persen menganggap pemain lokal adalah representasi paling nyata dari identitas tersebut.
Hasil riset Sheffield Hallam University tahun lalu bahkan mempertegas hal ini. Pernyataan yang paling banyak disetujui fans adalah kebanggaan ketika pemain lokal akademi menembus tim utama, dengan skor 4,74 dari 5. Angka ini lebih tinggi dibanding rasa bangga pada pemain akademi non-lokal.
Namun, realitas sepakbola modern membuat prioritas bergeser. Sporting director dan pelatih lebih memilih hasil instan ketimbang mempertahankan kebanggaan lokal.
Akibatnya, identitas komunitas yang dahulu menjadi kekuatan klub kian tergerus.
Dan ketika Premier League makin global, pertanyaan terbesar pun muncul: apakah sesuatu yang berharga sedang hilang dari wajah asli sepakbola Inggris?
Jangan sampai ketinggalan infonya
- Dari Klub Biasa Jadi Raja Eropa: Kisah Roman Abramovich yang Mengubah Sejarah Chelsea
- Status Senne Lammens di MU: Langsung Kiper Utama atau Penghangat Bangku Cadangan?
- Status Senne Lammens di MU: Langsung Kiper Utama atau Penghangat Bangku Cadangan?
- Roman Abramovich dan Kontroversi Aliran Dana ke Israel
- Kabar Terbaru Matheus Cunha dan Mason Mount: Bisa Main di Derby Manchester?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Cek Jadwal Liga Inggris 2025/26 Pekan ke-10: Eksklusif Tayang di Vidio
Liga Inggris 28 Oktober 2025, 15:55
-
Kalah Lagi, Virgil van Dijk Minta Skuad Liverpool untuk Ngaca!
Liga Inggris 28 Oktober 2025, 15:20
LATEST UPDATE
-
Skandal Wasit Sepak Bola Turki Bikin Melongo, Peringatan Mourinho Terbukti Benar
Liga Eropa Lain 29 Oktober 2025, 10:29
-
Dari Penjara ke Pencerahan: Kehidupan Baru Dani Alves Setelah Bebas
Bolatainment 29 Oktober 2025, 10:15
-
Shopee X Meta Perkuat Ekosistem Digital bagi Brand, Kreator, dan UMKM
Lain Lain 29 Oktober 2025, 09:47
-
Hasil Lengkap, Klasemen, Jadwal dan Top Skor Serie A 2025/2026
Liga Italia 29 Oktober 2025, 09:16
-
Dilema Casemiro di Man United: Masih Garang di Usia 33, Layak Dapat Kontrak Baru?
Liga Inggris 29 Oktober 2025, 08:59
-
Luciano Spalletti Segera Gabung Juventus? Ada Klausul Unik dalam Kontraknya
Liga Italia 29 Oktober 2025, 08:49
-
Kabar Buruk Buat Milanisti! Leao dan Gimenez Tumbang, Allegri Jelaskan Kondisinya
Liga Italia 29 Oktober 2025, 08:27
-
Krisis Kepercayaan Diri di Lini Depan Milan, Begini Komentar Allegri
Liga Italia 29 Oktober 2025, 08:04
-
Cuma Main Imbang dengan Atalanta, Skuad AC Milan Kempes!
Liga Italia 29 Oktober 2025, 07:41
-
Alexander Isak Disorot: Striker 125 Juta Pounds yang Berlari Saja Masih Kurang
Liga Inggris 29 Oktober 2025, 07:29
LATEST EDITORIAL
-
Arne Slot di Ujung Tanduk? 5 Pelatih Premier League yang Terancam Dipecat
Editorial 28 Oktober 2025, 14:36
-
Juventus Resmi Pecat Igor Tudor, Ini 5 Kandidat Penggantinya
Editorial 28 Oktober 2025, 08:37
-
5 Pemain Manchester United yang Berubah Drastis di Bawah Asuhan Ruben Amorim
Editorial 27 Oktober 2025, 15:36







