Ralf Rangnick Bongkar Akar Masalah yang Terpendam di Tubuh Manchester United

Dimas Ardi Prasetya | 24 Juni 2025 19:17
Ralf Rangnick Bongkar Akar Masalah yang Terpendam di Tubuh Manchester United
Ralf Rangnick. (c) AP Photo/Sundah Alamba

Bola.net - Manchester United kembali menjadi sorotan usai mantan manajer interim mereka, Ralf Rangnick, mengungkap masalah besar yang selama ini menggerogoti klub. Menurut Rangnick, akar dari semua permasalahan adalah krisis kepemimpinan yang telah berlangsung lama.

Sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, arah perjalanan Manchester United dinilai kehilangan pegangan. Klub memang terus melakukan belanja besar, tapi prestasi yang dihasilkan jauh dari kata memuaskan khususnya di pentas Premier League.

Advertisement

Rangnick mempertanyakan siapa yang sebenarnya mengarahkan visi jangka panjang klub selama satu dekade terakhir. Ia menilai keputusan penting selama ini sering kali diambil tanpa struktur yang solid dan tanpa arah yang jelas.

Siklus pergantian pelatih yang tak kunjung berhenti juga dianggapnya sebagai cerminan kegagalan dalam membangun fondasi tim yang berkelanjutan. Akibatnya, tidak ada kesinambungan gaya bermain maupun identitas klub di lapangan.

1 dari 4 halaman

Investasi Jor-Joran, Hasil Tak Maksimal

Investasi Jor-Joran, Hasil Tak Maksimal

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim. (c) AP Photo/Bernat Armangue

Ralf Rangnick menggarisbawahi fakta bahwa Manchester United telah mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan banyak pemain. Setelah masa tugasnya berakhir, klub tak berhenti menggelontorkan uang demi membangun skuad yang kompetitif.

Sayangnya, performa tim justru kian menurun dan kerap tercecer di luar papan atas Premier League. Belanja besar tidak serta-merta berbanding lurus dengan hasil di atas lapangan.

Rangnick menganggap kondisi ini sebagai bukti nyata kegagalan dalam perencanaan tim yang matang. Ia menyoroti bahwa uang yang dihamburkan tak memberi dampak signifikan terhadap fondasi skuad.

“Mereka telah menghabiskan 700, 800 juta pounds dan tim berada di urutan ke-15,” kritik Rangnick saat diwawancara oleh Sport.

2 dari 4 halaman

Siklus Gonta-Ganti Pelatih Tanpa Arah

Siklus Gonta-Ganti Pelatih Tanpa Arah

Ekspresi Erik Ten Hag usai Manchester United dipermalukan Tottenham di Old Trafford, Minggu (29/9/2024). (c) AP Photo/Dave Thompson

Masalah lain yang disorot Rangnick adalah ketergantungan klub pada pelatih baru yang datang tanpa adanya panduan struktur yang jelas. Tiap pelatih membawa filosofi berbeda, memicu ketidakstabilan dalam penyusunan skuad.

Pemain-pemain yang direkrut selalu disesuaikan dengan kebutuhan jangka pendek pelatih, bukan kebutuhan jangka panjang tim. Hal ini menciptakan siklus tak sehat yang terus berulang tanpa hasil yang memuaskan.

Rangnick menilai selama pola ini terus berjalan, Manchester United tidak akan pernah mencapai stabilitas yang diharapkan.

“Mereka telah berganti pelatih berkali-kali. Sekarang masih ada (Ruben) Amorim, yang merupakan pelatih yang sangat bagus,"

"Tetapi jika pada akhirnya tidak berhasil, pelatih lain akan datang, dengan sistem permainan atau filosofi barunya, ia akan mendatangkan pemain lain,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Era Ferguson: Ketika MU Masih Punya Arah

Era Ferguson: Ketika MU Masih Punya Arah

Sir Alex Ferguson hadir dalam laga leg kedua semifinal Liga Europa 2024/2025 antara Manchester United vs Athletic Bilbao, Jumat (9/5/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Dave Thompson

Menurut Rangnick, krisis yang dialami Manchester United bermula sejak Sir Alex Ferguson mundur dari jabatannya pada 2013. Saat itu, Ferguson memainkan peran vital sebagai pengambil keputusan utama di segala lini klub.

Ketika Ferguson pergi, ia juga membawa serta beberapa sosok penting yang menjadi bagian dari kekuatan internal klub. Sejak saat itu, tidak ada lagi figur yang mampu menjalankan peran strategis seperti dirinya. Rangnick meyakini hilangnya tokoh sentral dalam manajemen klub turut memperburuk kondisi internal yang sudah rapuh.

"Saya pikir kita harus kembali ke tahun 2013, ketika Sir Alex meninggalkan klub,” ujarnya. “Dan ketika ia masih di sana, ia adalah dalang dari segalanya."

"Ia mungkin juga membawa banyak orang penting ke klub. Dan ketika ia pergi, beberapa dari orang-orang itu mungkin meninggalkan klub bersamanya. Sejak saat itu, saya pikir klub memiliki masalah kepemimpinan: siapa yang benar-benar membuat keputusan dan mengapa mereka membuat keputusan itu?"

LATEST UPDATE