Harapan untuk Allegri di Milan: Menyulap Nostalgia Menjadi Solusi Nyata
Gia Yuda Pradana | 4 Juni 2025 16:00
Bola.net - AC Milan membuka lembaran baru musim panas ini dengan keputusan mengejutkan: memulangkan Massimiliano Allegri ke kursi pelatih. Ini bukan sekadar rotasi teknis, melainkan pernyataan arah baru klub setelah musim penuh kekecewaan. Allegri kembali ke San Siro dengan beban lebih berat dan ekspektasi yang lebih tinggi.
Dalam kurun satu tahun, Milan telah mengganti empat pelatih—sebuah indikator ketidakstabilan di level manajemen dan teknis. Meski begitu, keputusan menunjuk Allegri bernuansa sentimental, mengingat sukses lamanya membawa Scudetto pada 2010/11. Kini, dia diminta menyulap nostalgia menjadi solusi nyata.
Namun, tantangan kali ini jauh lebih kompleks. Milan tidak lagi memiliki pemain senior berpengaruh seperti Zlatan Ibrahimovic dan kualitas skuad saat ini tak semapan satu dekade lalu. Allegri harus bekerja keras menyesuaikan pendekatannya dengan sumber daya yang tersedia.
Allegri: Pendekatan Klasik di Era Baru
Massimiliano Allegri bukan pelatih dengan filosofi taktik flamboyan. Gaya mainnya pragmatis—menekankan struktur permainan, keseimbangan antarlini, dan disiplin tinggi, terutama dalam bertahan. Inilah yang membuatnya disegani, tapi juga dikritik sebagai pelatih yang ketinggalan zaman.
Masalahnya, Milan saat ini berisiko kehilangan kreator utama, Tijjani Reijnders, tanpa pengganti sepadan. Allegri, yang tak dikenal jago membangun skema ofensif kompleks, bisa kesulitan jika bergantung pada kemampuan individu. Ketika kualitas teknis pemain tak mendukung, sistem pun tak berjalan.
Tanpa kompetisi Eropa musim depan, manajemen kabarnya hanya menargetkan posisi empat besar. Target ini tampak realistis di atas kertas, tapi publik San Siro jelas menginginkan lebih. Allegri bukan hanya dituntut membawa kestabilan, tapi juga identitas permainan yang meyakinkan.
Gimenez dan Bayang-bayang Nasib Vlahovic
Salah satu tantangan terbesar Allegri di Milan adalah mengembangkan Santiago Gimenez. Striker muda ini didatangkan dengan ekspektasi tinggi, tapi sejarah Allegri dalam mengasah penyerang utama menimbulkan tanda tanya besar—terutama jika melihat kasus Dusan Vlahovic di Juventus.
Di bawah Allegri, Vlahovic justru mengalami kemunduran signifikan, kehilangan tajinya di depan gawang. Jika pola yang sama terulang, Milan berisiko memiliki serangan yang tumpul, apalagi jika skema permainan terlalu konservatif dan tidak memberi ruang eksplorasi bagi pemain depan.
Tak hanya itu, kiprah Allegri di Eropa pun mengecewakan dalam beberapa musim terakhir. Dua musim tanpa lolos dari fase grup Liga Champions, dan kekalahan menyakitkan dari Villarreal, menjadi catatan minor yang sulit dihapus. Milan tentu tak ingin mengulang skenario itu.
Milan: Stabilitas yang Diharapkan dari Kekacauan
Sebelum Allegri, Milan sempat mencoba jalan berbeda lewat Sergio Conceicao. Namun, pelatih asal Portugal itu gagal menyesuaikan diri dengan gejolak Serie A. Strateginya terlalu kaku dan hasilnya jauh dari konsisten di semua kompetisi.
Kekacauan yang ditinggalkan Conceicao membuka jalan bagi pendekatan yang lebih stabil. Dalam konteks itu, Allegri dipandang sebagai solusi paling rasional—bukan yang paling menarik, tapi yang paling aman, apalagi ada dukungan direktur olahraga berpengalaman seperti Igli Tare.
Milan ingin membangun ulang dari fondasi yang lebih kukuh. Dengan waktu pramusim yang cukup dan evaluasi skuad yang lebih terencana, Allegri diharapkan bisa mengembalikan kontrol ruang ganti dan stabilitas performa. Namun, kestabilan belum tentu berarti kemajuan.
Milan: Antara Reset dan Risiko Stagnasi
CEO Giorgio Furlani menyebut keputusan ini sebagai ‘reset’ strategis. Maksudnya jelas: Milan ingin mengambil langkah mundur sejenak demi melompat lebih jauh di masa depan. Sayangnya, pendekatan ini justru terasa kontras dengan ekspektasi suporter yang menginginkan inovasi, bukan konservatisme.
Scudetto ke-19 Milan diraih lewat Stefano Pioli yang berani mengandalkan pemain muda dan taktik fleksibel. Sebaliknya, Allegri identik dengan cara lama yang rigid. Pertanyaannya: masihkah pendekatan itu relevan dalam era sepak bola yang semakin cepat dan dinamis?
Dengan minimnya pemain bertahan kelas dunia dan gelandang pekerja keras yang biasa menopang sistem favoritnya, ruang gerak Allegri menjadi sangat terbatas. Jika tak mampu beradaptasi, Milan tak hanya gagal berkembang—mereka bisa benar-benar tertinggal.
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Cristiano Giuntoli Resmi Tinggalkan Juventus: Gabung Atletico Madrid?
- Simone Inzaghi dan Warisannya di Inter Milan
- Efek Domino Kepergian Inzaghi dari Inter: Legenda Roma Kecipratan Berkah?
- Kabar Inter Milan: Muncul 3 Nama untuk Pengganti Inzaghi, Siapa Saja?
- Hampir Rampung! Luka Modric Siap Teken Kontrak dengan AC Milan
- Cesc Fabregas Jadi Kandidat Utama Pengganti Simone Inzaghi, Inter Milan Sudah Mulai Negosiasi
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Barcelona vs Elche: Perubahan Komposisi di Lini Belakang Blaugrana
Liga Spanyol 2 November 2025, 04:00
-
Lamine Yamal Konfirmasi Perpisahan dengan Nicki Nicole, Bantah Isu Perselingkuhan
Bolatainment 2 November 2025, 03:34
-
Rapor Pemain Chelsea saat Tundukkan Spurs: Caicedo Bersinar, Neto Tumpul
Liga Inggris 2 November 2025, 03:18
-
Man of the Match Tottenham vs Chelsea: Moises Caicedo
Liga Inggris 2 November 2025, 03:03
LATEST UPDATE
-
Live Streaming Barcelona vs Elche - Link Nonton La Liga/Liga Spanyol di Vidio
Liga Spanyol 2 November 2025, 23:30
-
Prediksi BRI Super League: Semen Padang vs Arema FC 3 November 2025
Bola Indonesia 2 November 2025, 23:05
-
Prediksi BRI Super League: Persijap Jepara vs Malut United 3 November 2025
Bola Indonesia 2 November 2025, 23:01
-
Sikat Vita Solo di Final, Yuso Yogyakarta Jadi Juara Sektor Putri Livoli Divisi 1 2025
Voli 2 November 2025, 22:40
-
Statistik Prestasi Veda Ega Pratama, Modal Mentereng Jelang Debut Moto3 2026
Otomotif 2 November 2025, 22:30
-
Juara Chennai Open 2025, Janice Tjen Akhiri Puasa Gelar Indonesia di WTA Usai 23 Tahun
Tenis 2 November 2025, 21:58
-
Man of the Match Hellas Verona vs Inter Milan: Hakan Calhanoglu
Liga Italia 2 November 2025, 21:20
-
Klasemen Pembalap JuniorGP 2025, Veda Ega Pratama di Peringkat Berapa?
Otomotif 2 November 2025, 20:51
-
Klasemen Pembalap European Talent Cup 2025, Kiandra Ramadhipa di Peringkat Berapa?
Otomotif 2 November 2025, 19:43
LATEST EDITORIAL
-
10 Pemain dengan Total Transfer Paling Gila di Dunia, Neymar Tembus Rp7,68 Triliun!
Editorial 31 Oktober 2025, 15:01
-
4 Klub yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Vinicius Junior Jika Hengkang dari Real Madrid
Editorial 29 Oktober 2025, 14:17
-
6 Alasan Mengapa Manchester United Bisa Jadi Penantang Gelar Premier League Musim Ini
Editorial 29 Oktober 2025, 14:06
-
Arne Slot di Ujung Tanduk? 5 Pelatih Premier League yang Terancam Dipecat
Editorial 28 Oktober 2025, 14:36







