Harga Minyak Melejit Usai Serangan Israel di Doha Qatar
Editor Bolanet | 11 September 2025 09:31
Bola.net - Harga minyak global kembali menunjukkan dinamika yang signifikan. Minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak menguat pada perdagangan Rabu, 10 September 2025. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa peristiwa geopolitik krusial.
Salah satunya adalah serangan Israel di Qatar. Peristiwa tersebut menjadi perhatian utama pasar. Selain itu, penembakan drone oleh Polandia juga menambah ketegangan.
Amerika Serikat (AS) juga mendesak sanksi baru terhadap pembeli minyak Rusia. Faktor-faktor ini secara kolektif mendorong kenaikan harga. Namun, kekhawatiran akan kelebihan pasokan minyak mentah membatasi kenaikan harga.
Harga minyak naik lebih dari 1% pada Rabu, 10 September 2025. Kenaikan ini adalah respons langsung terhadap serangan di Qatar. Pasar minyak dunia menunjukkan sensitivitas tinggi.
Pergerakan harga ini mencerminkan ketidakpastian global. Investor kini memantau dengan cermat perkembangan selanjutnya. Mari kita telusuri lebih lanjut pemicu kenaikan harga minyak ini.
Ketegangan Geopolitik dan Kenaikan Harga
Kenaikan harga minyak pada Rabu didorong sentimen geopolitik yang memanas. Serangan Israel di Qatar menjadi pemicu utama. Peristiwa ini memicu reaksi cepat di pasar komoditas.
Mengutip CNBC, Kamis (11/9/2025), harga minyak Brent naik USD 1,10 atau 1,66%, ditutup pada posisi USD 67,49 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI naik USD 1,04 atau 1,66%, ditutup pada posisi USD 63,67 per barel. Kedua harga acuan minyak mentah sempat menguat hampir 2% setelah serangan di Qatar.
Ketegangan geopolitik juga meningkat di Eropa Timur. Polandia menembak jatuh drone di wilayah udaranya. Insiden ini terjadi dalam serangan Rusia yang meluas di Ukraina barat pada Rabu.
Ini menandai pertama kalinya anggota NATO melepaskan tembakan dalam perang tersebut. Meskipun demikian, tidak ada ancaman langsung gangguan pasokan minyak. Namun, analis pasar terus memantau potensi dampak jangka panjang.
Analis SEB menyatakan, "Awan gelap surplus di depan, menggantung di pasar dengan Brent diperdagangkan dua dolar lebih rendah daripada Selasa lalu. Premi risiko geopolitik dalam minyak jarang bertahan lama kecuali gangguan pasokan benar-benar terjadi.” Ini menunjukkan bahwa sentimen geopolitik harus diimbangi dengan fundamental pasokan dan permintaan.
Tekanan Sanksi dan Kebijakan Global
Di samping konflik, tekanan sanksi terhadap Rusia turut memengaruhi pasar. Presiden AS Donald Trump mendesak Uni Eropa untuk mengenakan tarif 100% terhadap China dan India. Kedua negara ini adalah pembeli utama minyak Rusia.
Strategi ini bertujuan menekan Moskow agar bernegosiasi damai dengan Ukraina. Para pejabat Uni Eropa berada di Washington untuk membahas sanksi ini. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan blok tersebut mempertimbangkan penghapusan bahan bakar fosil Rusia lebih cepat.
Langkah ini merupakan bagian dari sanksi baru terhadap Moskow. Namun, ada keraguan terkait implementasinya. Sumber-sumber Uni Eropa menyebutkan blok 27 negara tersebut kecil kemungkinannya mengenakan tarif melumpuhkan terhadap India atau Tiongkok.
Selain itu, pelaku pasar juga mencermati kebijakan moneter. Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan 16-17 September. Pemotongan suku bunga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Harapan ini memberikan sedikit sentimen positif. Namun, prospek pasokan minyak tetap menjadi perhatian. Keseimbangan antara penawaran dan permintaan terus dicermati.
Prospek Pasokan dan Kekhawatiran Permintaan
Di tengah gejolak geopolitik, prospek pasokan minyak tetap bearish. Stok minyak mentah, bensin, dan distilat AS semuanya naik pekan lalu. Hal ini diungkapkan Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu.
Stok minyak mentah meningkat sebesar 3,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 September. Angka ini jauh di atas ekspektasi analis yang memprediksi penurunan 1 juta barel. Stok bensin AS naik 1,5 juta barel, melampaui estimasi penurunan 200.000 barel.
Stok distilat, yang mencakup solar dan minyak pemanas, juga naik 4,7 juta barel. Angka ini 대비 ekspektasi kenaikan 35.000 barel. John Kilduff, Mitra di Again Capital, menyebut laporan ini "sangat pesimis."
"Berita utamanya adalah peningkatan stok minyak mentah, dan di atas itu terjadi penurunan besar pada bensin, jadi sekarang kami menunggu untuk melihat seberapa besar permintaan bensin akan turun drastis setelah musim mengemudi musim panas AS, dan tampaknya penurunannya akan substansial,” kata Kilduff. Data ini mengindikasikan tekanan pada permintaan.
Kilduff menambahkan, "Mengingat data ekonomi akhir-akhir ini yang menunjukkan indikasi perlambatan, terutama di pasar tenaga kerja, permintaan bensin yang lemah dan pola ekspor yang rendah ini dapat menjadi indikator lain dari perlambatan ekonomi di AS dan potensi perlambatan global."
Sementara itu, EIA pada Selasa telah memperingatkan bahwa harga minyak mentah global akan berada di bawah tekanan signifikan dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini disebabkan meningkatnya persediaan seiring dengan peningkatan produksi kelompok OPEC+.
Disadur dari: Liputan6
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Era Baru Apple: iPhone 17 dan iPhone Air Resmi Diluncurkan
News 10 September 2025, 10:31 -
Gelandang Timnas Ukraina Bagikan Foto Apartemennya di Kyiv Terkena Bom, Keluarga di Dalam Rumah
News 9 September 2025, 15:31 -
KPK Ungkap Dua Skema Lelang Mobil BJ Habibie yang Disita dari Ridwan Kamil
News 9 September 2025, 14:01
LATEST UPDATE
-
Tchouameni Buka Suara: Ada Perbedaan Antara Xabi Alonso dan Carlo Ancelotti
Liga Spanyol 11 September 2025, 16:05 -
Kisah di Balik Kepindahan Jamie Vardy ke Cremonese: Ada Peran Pelatih Chelsea!
Liga Italia 11 September 2025, 16:01 -
Manchester United All In untuk Carlos Baleba di Tahun 2026
Liga Inggris 11 September 2025, 16:01 -
AC Milan di Bawah Allegri: Bekerja Keras pada Pertahanan dan Struktur Tim
Liga Italia 11 September 2025, 16:00 -
Jadwal dan Hasil Lengkap Pertandingan Bulu Tangkis Hong Kong Open 2025
Bulu Tangkis 11 September 2025, 15:52 -
Lleyton Hewitt Dijatuhi Sanksi 2 Pekan dan Denda Besar Jelang Piala Davis 2025
Tenis 11 September 2025, 15:46 -
5 Pertemuan Terakhir Persib Bandung Vs Persebaya Surabaya, Siapa Lebih Dominan?
Bola Indonesia 11 September 2025, 15:46 -
Awas MU! Bruno Fernandes Berpotensi Cabut ke Arab Saudi di Tahun 2026
Liga Inggris 11 September 2025, 15:44 -
Raphinha Lelah, Marcus Rashford Bisa Jadi Kunci Barcelona di Sayap Kiri
Liga Spanyol 11 September 2025, 15:40 -
Arsenal Bakal Tikung MU untuk Transfer Bintang Timnas Jerman Ini
Liga Inggris 11 September 2025, 15:31 -
Milan Skriniar Ungkap Alasan Tinggalkan Inter Milan
Liga Italia 11 September 2025, 15:23 -
Jonathan David Bahagia Pilih Juventus, Singgung Minat Inter Milan
Liga Italia 11 September 2025, 15:16 -
West Ham Sempat Serius Inginkan Andre Onana, Kenapa Batal?
Liga Inggris 11 September 2025, 15:13 -
Kisah Tragis Andre Onana, Kiper yang Kehilangan Kejayaan Usai Tinggalkan Inter Milan
Liga Inggris 11 September 2025, 14:58
LATEST EDITORIAL
-
Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Amorim di Ujung Tanduk
Editorial 11 September 2025, 13:43 -
5 Transfer Termahal Manchester United Era Erik Ten Hag, Layak atau Gagal?
Editorial 11 September 2025, 12:59 -
5 Target Manchester United yang Gagal Direkrut pada Musim Panas 2025
Editorial 10 September 2025, 13:34 -
3 Kandidat Pengganti Robert Lewandowski di Barcelona
Editorial 10 September 2025, 13:01