Bikin Bangga Fans, Inilah 7 Bukti Valentino Rossi Atlet yang Rendah Hati
Anindhya Danartikanya | 6 Agustus 2021 14:02
Bola.net - Valentino Rossi kontan bikin patah hati Popolo Giallo, para penggemarnya, usai mengumumkan keputusan pensiun dari MotoGP akhir musim ini pada Kamis (5/8/2021) di sela Seri Styria di Red Bull Ring, Austria. Tak perlu dihitung-hitung, sudah pasti penggemarnya yang bejibun itu merasa galau bukan kepalang mendengar kabar ini.
The Doctor memang begitu dicintai banyak orang bukan sekadar karena ia adalah sembilan kali juara dunia dan memiliki prestasi mentereng dan talenta hebat lainnya, melainkan juga karakternya yang ceria, humoris, kreatif, dan bahkan selalu mampu melihat sisi positif dari berbagai situasi buruk.
Meski sarat prestasi dan populer di seluruh penjuru bumi, Rossi pun tak silau pada gaya hidup dan sikap yang glamor. Ia justru mampu mempertahankan sikap dan sifatnya yang rendah hati meski sudah 25 tahun turun di ajang dunia.
Berikut tujuh bukti bahwa Rossi merupakan atlet atau olahragawan yang rendah hati, dan pasti bikin Popolo Giallo bangga menjadi penggemarnya. Simak ulasan berikut yuk!
Lebih Suka Menetap di Kota Kecil
Usai menjuarai GP125 1997, Rossi jadi sangat populer di Italia hingga kehidupan pribadinya terganggu. Ia sempat sulit menerima kenyataan bahwa hidupnya harus berubah dan tak bisa kembali normal, hingga memutuskan tinggal di London, Inggris, pada awal kariernya di MotoGP.
Meski begitu, sejak 2009, Rossi akhirnya memutuskan kembali bertempat tinggal di Tavullia, Italia, kampung halamannya. Ia mengaku puas atas keputusannya, karena kini hidupnya bisa lebih tenang dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan kawan-kawannya.
"Tetap tinggal di Tavullia adalah keputusan tepat. Saya tak bilang kehidupan di sana normal, tapi para penduduknya tak terlalu mengganggu saya karena mereka sudah bosan melihat saya, jadi saya bisa pergi ke restoran, bisa jalan-jalan... Semua jadi lebih mudah!" ujarnya via MotoGP.com.
Tak Mau Disebut 'GOAT'
GOAT, kependekan dari 'Greatest of All Time' atau 'Terbaik dalam Sepanjang Masa', adalah julukan Rossi yang diberikan oleh eks tandemnya, Colin Edwards. Uniknya, saat diungkit oleh eks pemain Inter Milan, Christian Vieri, dalam Instagram Live tahun lalu, Rossi justru mengaku kurang nyaman dengan julukan itu.
"Kau adalah pembalap terhebat dalam sejarah balap motor, seperti Lionel Messi, seperti Roger Federer. Kau menakjubkan. Tak ada yang lebih kuat darimu. Kau adalah raja dari segala raja lebih dari 20 tahun lamanya. Bagaimana rasanya?" tanya Vieri pada Rossi.
Rossi justru memberikan jawaban merendah. "Terima kasih, Bobo. Terhebat sepanjang sejarah? Entahlah. Tapi bisa dibilang salah satu yang terbaik. Itu lebih tepat. Tapi balap motor memang memberi saya kebahagiaan, kau pasti tahu rasanya," ungkapnya.
Tak Mau Diabadikan Jadi Nama Tikungan
Rossi tanpa tedeng aling-aling menyatakan rasa tidak sukanya pada ide pengabadian namanya di sebuah tikungan. Ia juga menjelaskan alasan mengapa ia akan melakukan penolakan di masa depan.
Hal ini ia sampaikan dalam sesi jumpa pers MotoGP Jerez, Spanyol, pada Mei 2019, saat nama Dani Pedrosa resmi diabadikan menjadi nama baru Tikungan 6. Kala itu nama 'Dry Sack' diganti dengan 'Pedrosa Corner'. Pada 2013, Tikungan 13 atau 'Ducados' juga diganti dengan 'Lorenzo Corner' atas nama Jorge Lorenzo.
"Jujur saja, saya tak suka nama saya diabadikan di tikungan. Jika memungkinkan terjadi di masa depan, saya akan menolaknya, karena saya memang tak suka. Entah mengapa, tapi menurut saya beberapa tikungan punya nama yang lebih magis ketimbang nama pembalap," ungkap Rossi via MotoGP.com.
Tolak Nomor Balapnya Dipensiunkan
Rossi juga tegas menolak nomor balapnya, #46, untuk dipensiunkan di masa depan. Hal ini disampaikan Rossi di Misano, San Marino pada 2016, yakni pekan balap di mana nomor mendiang Marco Simoncelli, #58, dipensiunkan dari MotoGP.
Di ajang Grand Prix, terhitung ada delapan nomor balap yang sudah dipensiunkan, yakni #34 (Kevin Schwantz), #74 (Daijiro Kato), #48 (Shoya Tomizawa), #65 (Loris Capirossi), #58 (Marco Simoncelli), #69 (Nicky Hayden), #39 (Luis Salom), dan #50 (Jason Dupasquier). Rossi pun tak mau nomor balapnya masuk dalam daftar ini.
"Soal nomor balap saya, saya berpikir... kesan pertama saya adalah, saya tidak suka bila #46 dipensiunkan. Saya lebih suka #46 tetap tersedia, dan jika ada pebalap lain ingin memakainya, maka mereka bisa memakainya," ujar Rossi kepada Crash.net.
Kerap Beri Trofi ke Penggemar
Selama berkarier di ajang Grand Prix, Rossi total telah meraih 235 podium yang 115 di antaranya merupakan kemenangan. Uniknya, tak semua trofi ia simpan sendiri. Ia bahkan kadang lupa di mana ia meletakkannya: ada yang di rumah sang ayah, bahkan ada yang di rumah sang ibu.
Uniknya, beberapa trofi Rossi juga tersebar di genggaman para penggemarnya sendiri. Hal ini dikonfirmasi oleh Presiden Fanclub VR46, Flavio Fratesi, saat Rossi memberikan trofi kemenangannya di MotoGP Qatar 2015 kepada seorang bocah berusia sembilan tahun bernama Matteo yang mengidap leukimia.
"Orang-orang berkata saya akan mendapatkan hadiah istimewa, tapi saya tak menyangka bahwa hadiah itu adalah trofi yang dimenangkan Vale di Qatar," ujar Matteo seperti yang dilansir GPOne tak lama setelah Rossi meraih kemenangan di Qatar kala itu.
Bantu Rider-Rider Muda Italia
Sebagai salah satu pebalap Italia tersukses di ajang Grand Prix, Rossi diketahui sempat sedih melihat kejuaraan itu dikuasai oleh rider-rider Spanyol. Kini Italia pun kembali bangkit, sejak Rossi membentuk VR46 Riders Academy pada 2013 sebagai bentuk penghormatannya kepada Marco Simoncelli yang meninggal dunia pada 2011.
Dimulai dari Franco Morbidelli sebagai rider muda pertama yang bergabung, kini seluruh pebalap yang pernah dimentori Rossi di VR46 sudah turun di kejuaraan dunia. Bahkan rider-rider muda yang tak bergabung di VR46 juga kerap diperbolehkan ikut berlatih dengan mereka dan menimba ilmu dari Rossi.
"Usai kematian sahabatnya, Vale merasa butuh berlatih dengan rider lain. Motor Ranch dibangun usai VR46 Riders Academy dibentuk. Ia ingin memenuhi kekosongan yang ditinggalkan sahabatnya, tapi pada saat yang sama juga membantu talenta Italia. Vale sangat kecewa melihat MotoGP jatuh ke tangan tim-tim Spanyol, terutama para ridernya," ungkap CEO VR46, Alberto Tebaldi, via Sportbike Magazine, pada awal 2019.
Bantu Pembalap yang Cedera Parah
Ada kisah unik antara Rossi dengan eks pebalap Amerika Serikat yang lama tinggal di Spanyol, Kenny Noyes. Meski tak punya hubungan yang erat, Rossi diketahui prihatin atas cedera kepala yang diderita Noyes akibat kecelakaan hebat di CEV Superbike Aragon, Spanyol, pada Juli 2015.
Kala itu Noyes mengalami koma, dinyatakan mengalami keretakan tempurung kepala dan pendarahan internal. Sebulan kemudian, Rossi yang menjalani balapan di Indianapolis, Amerika Serikat, bertemu ayah Noyes, Dennis Noyes yang kebetulan juga merupakan jurnalis MotoGP.
Menurut SuperbikePlanet.com, usai jumpa pers, Rossi tak segera meninggalkan kerumunan wartawan, dan justru bergegas menemui Dennis. Mereka pun bicara sejenak, dan Rossi meminta kabar terkini soal Noyes, yang ternyata butuh proses pemulihan yang sangat panjang.
Sebelum pergi, Rossi pun berkata pada Dennis, "Oke, jika kaubutuh apa pun, aku harus jadi orang pertama yang kauhubungi, ya?" Kini, Noyes telah terbangun dari koma, dan masih menjalani berbagai rehabilitasi sembari aktif di dunia balap, meski tak lagi bisa berkompetisi seperti sedia kala.
Sumber: MotoGP
Baca Juga:
- 'Tribut Penuh Cinta' Francesca Sofia Novello untuk Valentino Rossi
- Makna di Balik 3 Julukan Populer Valentino Rossi di MotoGP
- Seluruh Mantan Tim Valentino Rossi Kompak Beri Penghormatan dan Tribut
- Arti Ritual Jongkok yang Kerap Dilakukan Valentino Rossi di Grid MotoGP
- Marc Marquez: Valentino Rossi Itu Legenda, Sudah Berbuat Banyak untuk MotoGP
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
PSV Eindhoven vs Napoli: Kota Teknologi Bertemu Kota Seni di Liga Champions
Liga Champions 21 Oktober 2025, 16:25 -
Mengenal Diogo Moreira, Rider Muda Asal Brasil yang Jadi Rookie Honda di MotoGP 2026
Otomotif 21 Oktober 2025, 16:08 -
Jadwal Live Streaming Formula 1 Meksiko 2025 di Vidio, 25-27 Oktober 2025
Otomotif 21 Oktober 2025, 09:37
LATEST UPDATE
-
Link Live Streaming Chelsea vs Ajax Amsterdam - Nonton Liga Champions/UCL di Vidio
Liga Champions 23 Oktober 2025, 01:06 -
Link Live Streaming Real Madrid vs Juventus - Nonton Liga Champions/UCL di Vidio
Liga Champions 23 Oktober 2025, 01:05 -
Link Live Streaming Atalanta vs Slavia Praha - Nonton Liga Champions/UCL di Vidio
Liga Champions 23 Oktober 2025, 01:03 -
Link Live Streaming AS Monaco vs Tottenham - Nonton Liga Champions/UCL di Vidio
Liga Champions 23 Oktober 2025, 01:01 -
Persib Bandung vs Selangor FC: Jadwal, Jam Kick-off, Siaran TV, dan Link Streaming
Bola Indonesia 22 Oktober 2025, 23:27 -
Prediksi Nottingham Forest vs Porto 24 Oktober 2025
Liga Eropa UEFA 22 Oktober 2025, 23:10 -
Dean Huijsen Beri Sinyal Comeback di El Clasico Kontra Barcelona
Liga Spanyol 22 Oktober 2025, 23:08 -
Jadwal Persib vs Selangor: Maung Bandung Siap Amankan Poin Penuh di Kandang
Bola Indonesia 22 Oktober 2025, 22:58 -
Hasil AFC Champions League Two: Tanpa Ronaldo, Al Nassr Tetap Perkasa di India
Asia 22 Oktober 2025, 22:57 -
Link Live Streaming Galatasaray vs Bodo/Glimt - Nonton Liga Champions/UCL di Vidio
Liga Champions 22 Oktober 2025, 22:47
LATEST EDITORIAL
-
6 Kandidat Pengganti Igor Tudor di Juventus: Ada Eks Inter Milan
Editorial 21 Oktober 2025, 22:27 -
4 Pemain Baru Manchester United yang Bantu Ruben Amorim Taklukkan Liverpool di Anfield
Editorial 21 Oktober 2025, 22:04