Tragedi Mineirazo, Ketika Brasil Dibantai Jerman dengan skor 7-1 di Piala Dunia 2014
Asad Arifin | 12 Juli 2022 15:11
Bola.net - Piala Dunia 2014 memberikan cerita buruk bagi Brasil, sang tuan rumah. Sebab, Brasil menelan kekalahan dengan skor 7-1 dari Jerman. Momen ini lantas dikenang sebagai tragedi Mineirazo.
Tragedi kelam dalam sejarah sepak bola Brasil itu terjadi di Stadion Mineirao. Itulah mengapa kekalahan telak itu dikenang dengan nama tragedi Mineirazo.
Pada stadion yang dibangun pada 1965 itu, Brasil menghadapi tantangan Timnas Jerman di babak semifinal Piala Dunia 2014, 8 Juli. Sebagai tuan rumah, Tim Samba jelas lebih difavoritkan.
Terlebih, inilah momen yang tepat bagi mereka untuk kembali memenangkan Piala Dunia. Kali terakhir Selecao mengangkat trofi bergengsi tersebut di edisi 2002. Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini ya Bolaneters.
Tanpa Neymar, Brasil Terkapar
Luiz Felipe Scolari, Pelatih Brasil saat itu, memainkan semua pemain terbaiknya kecuali Neymar. Sang bomber harus menepi lantaran dalam laga sebelumnya, kontra Kolombia, dibekap cedera horor. Pukulan yang sangat berat, mengingat sang kapten sosok krusial di lini serang.
Minus Neymar, Brasil tak bisa berbuat banyak. Lini depan yang dimotori Fred tak sanggup mengganggu secara kontinyu barisan pertahanan Timnas Jerman. Bek-bek Tim Panser masih terlalu tangguh.
Bernard yang menggantikan posisi Neymar juga kerap kalah berduel yang membuat suplai bola sering kali tersendat. Alih-alih ingin memimpin lebih dulu, gawang Brasil yang dikawal Julio Cesar sudah kecolongan saat laga baru bergulir 11 menit. Sang pemain muda berbakat, Thomas Müller membuka kran gol Jerman.
5-0 Saat Babak Pertama Usai!
Hanya berselang 12 menit, giliran Miroslav Klose yang membungkam pendukung tuan rumah. Gol Klose membuat anak-anak asuh Joachim Loew semakin kesetanan.
Sebelum turun minum, Tim Panser memperbesar keunggulan menjadi 5-0 berkat sepasang lesakan Toni Kroos serta sebiji gol Sami Khedira.
Pada babak kedua, Timnas Jerman sama sekali tak menurunkan tempo permainan. Alhasil, André Schürrle menambah dua gol via aksinya pada menit ke-69 dan 79'.
Memaksimalkan waktu tersisa, tuan rumah mencoba mengejar. Kerja keras berbuah manis pada menit ke-90. Tapi gol Oscar dos Santos Emboaba Júnior di menit-menit akhir pertandingan tak mampu menyelamatkan Brasil dari kekalahan.
Kalah dengan skor 1-7, Scolari dan pasukannya meninggalkan stadion dengan kepala tertunduk. Seluruh rakyat Brasil menangis, maklum, bagi mereka sepak bola adalah sebuah kebanggaan dan budaya.
Trauma Mendalam Bagi Brasil
Usai laga, Scolari jadi sasaran kemarahan fans. Tak lama setelah pembantaian di Estadio Mineirao, Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF) akhirnya mendepak Scolari dari kursi pelatih.
"Kekalahan itu meninggalkan bekas yang tak mengenakkan, seperti tahun 1950," ketus Dunga, dilansir Globo Esporte, beberapa waktu lalu. Pada Piala Dunia 1950, Brasil bersua Uruguay di final.
Ribuan pendukung memadati Maracana, kandang kebanggaan mereka. Pesta sudah disiapkan. Sial, Brasil malah kalah 1-2. Hal senada dilontarkan Dante. Meski sudah lama berlalu, mantan bek Bayern Munchen ini, mengaku masih trauma.
"Saya bermain saat itu dan sangat sulit untuk melupakannya. Kekalahan yang sangat menyakitkan. Dalam situasi seperti itu, Anda membutuhkan waktu agar bisa bangkit dan kembali bekerja keras," ketusnya, dilansir CNN.
Memori kelam Estadio Mineirao delapan tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi Brasil jelang berjibaku di Piala Dunia 2022 Qatar. Brasil yang kini ditukangi Tite berada di Grup G bersama Serbia, Swiss, dan Kamerun.
Disadur dari Bola.com: Choki Sihotang/Nurfahmi Budiarto, 12 Juli 2022
Baca Ini Juga ya Bolaneters:
- Brasil dan Kemenangan-kemenangan Paling Telak di Final Piala Dunia
- Debut Lionel Messi di Piala Dunia: 1 Gol, 1 Assist, Kemenangan 6-0 untuk Argentina
- Kilas Balik Piala Dunia 2010: Gol Tunggal Andres Iniesta Lanjutkan Kedigdayaan Spanyol
- Carles Puyol Jagokan Prancis Juara Piala Dunia 2022, Bagaimana Peluang Tim Kuat Lainnya?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Noni Madueke: Arsenal Temukan Berlian, Chelsea Kehilangan Aset Berharga?
Liga Inggris 16 September 2025, 19:35 -
Jejak Basque di Arsenal: Dari Arteta hingga Merino dan Zubimendi
Liga Champions 16 September 2025, 19:01 -
10 Kuda Hitam Liga Champions yang Bisa Bikin Kejutan Besar
Editorial 16 September 2025, 18:35 -
Duel Real Madrid vs Marseille di Liga Champions Dibayangi Ulah Brutal Ultras Les Olympiens
Liga Champions 16 September 2025, 17:15 -
5 Pemain Muda yang Bisa Jadi Kejutan di Liga Champions Musim Ini
Editorial 16 September 2025, 17:08
LATEST UPDATE
-
250 Langkah Harry Maguire di Jantung Pertahanan Manchester United
Liga Inggris 17 September 2025, 04:01 -
Demi Pesangon Bayer Leverkusen, Erik Ten Hag Tolak Pulang dan Latih FC Twente
Bundesliga 17 September 2025, 03:49 -
Man of the Match Athletic Bilbao vs Arsenal: Leandro Trossard
Liga Champions 17 September 2025, 02:18 -
Man of the Match PSV Eindhoven vs Union Saint-Gilloise: Anouar Ait El Hadj
Liga Champions 17 September 2025, 02:10 -
Link Nonton Live Streaming Benfica vs Qarabag - Liga Champions di Vidio
Liga Champions 17 September 2025, 01:04 -
Link Nonton Live Streaming Tottenham vs Villarreal - Liga Champions di Vidio
Liga Champions 17 September 2025, 01:03 -
Link Nonton Live Streaming Real Madrid vs Marseille - Liga Champions di Vidio
Liga Champions 17 September 2025, 01:02 -
Link Nonton Live Streaming Juventus vs Borussia Dortmund - Liga Champions di Vidio
Liga Champions 17 September 2025, 01:01
LATEST EDITORIAL
-
Tak Selalu Sempurna, Ini 5 Penalti Terburuk Lionel Messi
Editorial 16 September 2025, 21:39 -
10 Kuda Hitam Liga Champions yang Bisa Bikin Kejutan Besar
Editorial 16 September 2025, 18:35 -
5 Pemain Muda yang Bisa Jadi Kejutan di Liga Champions Musim Ini
Editorial 16 September 2025, 17:08 -
Melihat Besaran Gaji Cristiano Ronaldo dari Masa ke Masa
Editorial 12 September 2025, 15:55 -
10 Transfer Chelsea Era Roman Abramovich yang Bikin Klub dan Fans Menangis
Editorial 12 September 2025, 14:49