Analisis Kekalahan Barcelona: Kekuatan yang Pincang, Garis Pertahanan Tinggi yang Jadi Bumerang

Gia Yuda Pradana | 27 Oktober 2025 14:35
Analisis Kekalahan Barcelona: Kekuatan yang Pincang, Garis Pertahanan Tinggi yang Jadi Bumerang
Kylian Mbappe dari Real Madrid merayakan gol pembuka dalam pertandingan La Liga melawan Barcelona di Santiago Bernabeu, Minggu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Bola.net - Real Madrid memenangi El Clasico pertama musim ini. Bermain di Santiago Bernabeu pada pekan ke-10 La Liga 2025/2026, Los Blancos menaklukkan Barcelona dengan skor 2-1. Gol Kylian Mbappe dan Jude Bellingham memastikan kemenangan bagi tim tuan rumah, sementara Fermin Lopez sempat menyamakan kedudukan untuk Blaugrana.

Kemenangan ini terasa istimewa bagi Madrid. Musim lalu, mereka kalah di empat pertemuan dari Barcelona, tetapi kali ini, di bawah kendali Xabi Alonos, Los Blancos tampil lebih tajam, lebih berani, dan lebih efektif dalam mengeksploitasi garis pertahanan tinggi milik lawan.

Advertisement

Bagi Barcelona, kekalahan ini kembali menegaskan dua masalah utama yang belum teratasi di bawah Hansi Flick: garis pertahanan yang terlalu berisiko dan absennya sejumlah pemain kunci akibat cedera.

1 dari 4 halaman

Barcelona: Garis Tinggi yang Jadi Bumerang

Barcelona: Garis Tinggi yang Jadi Bumerang

Pedri (Barcelona) menarik Vinicius Junior (Real Madrid) dalam pertandingan La Liga 2025/2026 di Santiago Bernabeu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Bernat Armangue

Sejak menit pertama, Real Madrid langsung menguji keberanian Barcelona dengan memainkan bola-bola terobosan cepat. Pola garis tinggi yang diandalkan Flick memang membuat lawan sering terjebak offside, tetapi juga membuka ruang besar di belakang lini belakang.

Contohnya terlihat pada gol pembuka. Setelah sepakan spektakuler Mbappe dari luar kotak penalti dianulir VAR karena offside tipis, sang penyerang akhirnya memecah kebuntuan di menit ke-22. Berawal dari putaran cepat Bellingham yang lepas dari penjagaan Pedri, bola diteruskan kepada Mbappe yang dengan dingin menaklukkan Wojciech Szczesny.

Masalahnya, garis tinggi Barca tidak didukung koordinasi yang cukup. Alejandro Balde terlambat sepersekian detik untuk naik, dan itu cukup bagi Mbappe untuk lolos. Ini bukan insiden tunggal. Sepanjang laga, Vinicius dan Mbappe berulang kali menemukan celah dari jebakan offside yang gagal berfungsi sempurna.

2 dari 4 halaman

Barcelona: Ketimpangan dan Ketiadaan

Barcelona: Ketimpangan dan Ketiadaan

Fermin Lopez dari Barcelona merayakan gol ke gawang kiper Real Madrid, Thibaut Courtois, dalam pertandingan La Liga di Santiago Bernabeu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Meski sempat membalas lewat skema serangan balik cepat yang dituntaskan Fermin Lopez pada menit ke-38, Barcelona tampak kesulitan menjaga intensitas permainan. Gol kedua Madrid yang dicetak Bellingham di menit ke-43 menjadi bukti rapuhnya reaksi pertahanan mereka terhadap bola mati.

Para pemain Blaugrana memprotes keras karena merasa Pau Cubarsi dilanggar Dean Huijsen, tetapi protes itu tak mengubah keputusan. Bellingham, berdiri bebas di tiang jauh, menyambar bola dan membawa Madrid kembali unggul. Setelah itu, Barca seperti kehilangan arah.

Absennya para pemain inti membuat permainan mereka pincang. Tanpa Robert Lewandowski, Raphinha, Dani Olmo, dan Gavi, daya dobrak Barca menurun drastis. Di lini belakang, Eric Garcia yang menggantikan Andreas Christensen tampil kurang meyakinkan. Szczesny, meski tampil gemilang dengan beberapa penyelamatan, tak bisa memulai serangan seperti halnya Marc-Andre ter Stegen atau Joan Garcia.

3 dari 4 halaman

Waktu yang Bisa Jadi Musuh Barcelona

Waktu yang Bisa Jadi Musuh Barcelona

Ricuh! Pemain Real Madrid dan Barcelona bersitegang dalam duel La Liga 2025/2026 di Santiago Bernabeu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Flick menonton laga dari tribune eksekutif karena menjalani skorsing, sementara di lapangan, anak asuhnya tampak kehabisan ide. Barcelona memang berusaha menahan tekanan, tetapi semakin terlihat betapa pola garis tinggi mereka lebih banyak menimbulkan risiko ketimbang keuntungan.

Fakta bahwa Madrid tiga kali digagalkan VAR karena offside seharusnya menjadi peringatan, bukan pembenaran. Lima kali lawan terjebak offside tak berarti pertahanan bekerja baik; yang lebih penting adalah bagaimana mengontrol ruang di belakang dengan cepat dan kompak—sesuatu yang gagal dilakukan Barca.

Musim masih panjang, tetapi jika cedera para pemain inti belum pulih dalam waktu dekat, jarak poin dengan Madrid bisa melebar terlalu jauh untuk dikejar. Bagi Barcelona, waktu bukan sekadar tantangan, melainkan ancaman yang nyata.

Sumber: BBC Sport

LATEST UPDATE