Kekalahan Terburuk dalam 75 Tahun: Real Madrid Remuk di Tangan Atletico, Pelajaran Penting untuk Xabi Alonso

Richard Andreas | 29 September 2025 15:57
Kekalahan Terburuk dalam 75 Tahun: Real Madrid Remuk di Tangan Atletico, Pelajaran Penting untuk Xabi Alonso
Pemain Real Madrid terlihat lesu setelah penyerang Atletico Madrid, Antoine Griezmann membobol gawang mereka sekaligus memastikan kemenangan 5-2 Atletico. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Bola.net - Xabi Alonso memasuki derby pertamanya sebagai pelatih Real Madrid dengan rasa optimisme yang membumbung tinggi. Enam kemenangan beruntun di awal musim membuat para pengamat mulai membicarakan kemungkinan meraih rekor 100 poin di La Liga.

Namun seluruh harapan tersebut hancur berkeping-keping di Stadion Metropolitano. Real Madrid mengalami penghinaan dengan kekalahan 2-5 dari Atletico Madrid, hasil terburuk mereka dalam derby selama hampir 75 tahun.

Advertisement

Kekalahan ini bukan sekadar soal angka di papan skor, melainkan tentang dominasi total yang ditunjukkan lawan. Tim muda besutan Alonso tampak tak berdaya menghadapi intensitas tinggi yang dibawa pasukan Diego Simeone.

Hasil mengejutkan ini menjadi tamparan keras bagi proyek pembaruan Alonso di Santiago Bernabeu. Konsep taktik modern dan skuad yang dipenuhi talenta muda, yang selama ini terlihat gemilang, kali ini runtuh di hadapan kenyataan pahit kompetisi level tinggi.

1 dari 4 halaman

Ujian Berat bagi Generasi Emas di Panggung Derby

Ujian Berat bagi Generasi Emas di Panggung Derby

Alexander Sorloth berebut bola udara dengan Eder Militao dalam laga La Liga antara Atletico Madrid dan Real Madrid di Stadion Metropolitano (c) AP Photo/Manu Fernandez

Alonso berani menurunkan salah satu skuad termuda dalam sejarah Real Madrid di laga derby yang penuh emosi. Dean Huijsen (20 tahun), Alvaro Carreras (22 tahun), Arda Guler (20 tahun), dan Franco Mastantuono (18 tahun) semuanya diberikan kepercayaan tampil dalam pertarungan bergengsi ini.

Para pemain muda tersebut menjadi simbol filosofi baru Alonso yang menekankan pada kecepatan, fleksibilitas, dan keberanian. Sebelumnya, Madrid memang tampil meyakinkan dengan meraih tujuh kemenangan beruntun tanpa banyak kelemahan yang terlihat.

Akan tetapi, atmosfer derby memiliki dinamika yang sama sekali berbeda. Ketegangan tinggi, tekanan mental, dan agresivitas tinggi dari Atletico membuat sistem permainan Madrid berantakan total.

"Kami kurang intensitas dan tidak bersaing dengan baik," akui Alonso setelah laga berakhir. Pernyataan jujur ini mencerminkan kekecewaan mendalam atas performa anak asuhnya.

Huijsen dan Carreras, yang didatangkan dengan investasi total 90 juta pounds, terlihat gugup dan kehilangan arah. Mereka beberapa kali salah mengambil posisi dan gagal membaca pergerakan pemain lawan dengan baik.

Guler yang awalnya tampil brilian dengan menyumbang satu assist dan satu gol malah menjadi biang petaka. Pelanggaran cerobohnya di kotak penalti memberikan hadiah penalti untuk Atletico di momen krusial.

2 dari 4 halaman

Strategi Simeone Bongkar Kelemahan Lini Belakang Madrid

Diego Simeone memahami betul celah yang bisa dieksploitasi dari Real Madrid: lini belakang muda yang belum teruji mental dan pengalamannya. Atletico menyerang secara langsung dengan mengandalkan umpan-umpan vertikal dan memberikan tekanan agresif tanpa henti.

Strategi tersebut memaksa Madrid bertahan dalam zona yang sangat sempit dan kehilangan kendali penuh atas penguasaan bola. Tim yang biasanya mendominasi permainan kini justru terlihat kewalahan dan reaktif.

Robin Le Normand dan Alexander Sorloth berhasil mencetak dua gol melalui sundulan yang polanya hampir identik. Kedua gol tersebut merupakan hasil dari minimnya koordinasi dan kurangnya pengalaman di lini belakang Madrid.

Setiap situasi bola mati menjadi momok menakutkan bagi pertahanan Los Blancos. Sementara itu, setiap duel fisik berubah menjadi kekalahan yang merugikan posisi tim.

Simeone bahkan dengan bangga mengakui bahwa intensitas tinggi dan pemanfaatan bola mati menjadi senjata utama timnya. "Kami berhasil membuat mereka merasa pusing dan kehilangan arah," ungkapnya tentang strategi yang diterapkan Atletico.

Real Madrid yang biasanya tampil tenang dan sangat sistematis dalam setiap lini, kini terlihat panik dan tidak siap secara mental menghadapi tekanan besar.

3 dari 4 halaman

Krisis Kepemimpinan dan Ketidakmatangan Mental

Krisis Kepemimpinan dan Ketidakmatangan Mental

Arda Guler merayakan gol keduanya bersama Federico Valverde dalam laga La Liga antara Real Madrid dan Atletico Madrid di Stadion Metropolitano (c) AP Photo/Manu Fernandez

Sumber internal klub mengakui bahwa kurangnya pengalaman dan absennya sosok pemimpin di lapangan menjadi faktor utama di balik kekalahan telak ini. Di tengah situasi kacau, tidak ada satupun pemain yang mampu menenangkan kondisi dan mengambil alih kendali.

Aurelien Tchouameni dan Eder Militao yang diharapkan bisa menjadi jangkar kestabilan juga gagal menjalankan peran tersebut. Kedua pemain senior itu ikut terseret dalam kepanikan kolektif yang melanda tim.

Franco Mastantuono, pemain muda asal Argentina yang ditebus dengan harga fantastis 63,2 juta euro, justru memperlihatkan frustrasi yang tidak terkendali. Ia bahkan mendapat kartu kuning karena menendang bola ke arah tribun penonton.

Reaksi emosional tersebut mencerminkan tekanan psikologis luar biasa yang dialami seluruh tim. Ketidakmampuan mengelola emosi menjadi cermin ketidaksiapan mental menghadapi laga besar.

Bagi Alonso, pengalaman pahit ini menjadi pelajaran berharga yang tidak bisa diabaikan. Intensitas tinggi, mentalitas juara, dan kedewasaan adalah fondasi mutlak sebelum sistem taktik yang rumit dapat berfungsi dengan baik.

4 dari 4 halaman

Jalan Panjang Menuju Kesempurnaan Proyek Alonso

Empat bulan sejak ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti, Alonso kini menghadapi kenyataan keras tentang besarnya tantangan di Santiago Bernabeu. Ia datang dengan membawa ide-ide besar: pressing yang agresif, permainan kolektif yang indah, dan kepercayaan penuh pada generasi muda.

Namun ujian pertama melawan tim berpengalaman dan bermental baja seperti Atletico menunjukkan bahwa proses transformasi masih jauh dari selesai. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam waktu yang tidak singkat.

Madrid memang sedang dalam fase regenerasi besar-besaran dengan melepas banyak pemain senior. Namun untuk bisa bersaing di level tertinggi secara konsisten, mereka membutuhkan keseimbangan antara semangat muda dan jiwa kepemimpinan yang matang.

Alonso masih memegang teguh keyakinan bahwa visi jangka panjangnya akan berhasil membuahkan hasil. Akan tetapi, ia kini menyadari sepenuhnya bahwa perjalanan menuju kesuksesan tidaklah akan mudah dan penuh rintangan.

Derby di Metropolitano kali ini akan dikenang bukan hanya sebagai kekalahan besar dalam catatan sejarah. Lebih dari itu, ini menjadi momen pembelajaran penting dalam proses pembentukan wajah baru Real Madrid di era Alonso.

LATEST UPDATE