Lamine Yamal dan Malam Penuh Cemoohan di Santiago Bernabeu

Gia Yuda Pradana | 27 Oktober 2025 11:42
Lamine Yamal dan Malam Penuh Cemoohan di Santiago Bernabeu
Lamine Yamal dari Barcelona berjalan di lapangan dalam pertandingan La Liga melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Bola.net - Lamine Yamal datang ke Santiago Bernabeu bukan hanya untuk bermain sepak bola, tetapi juga untuk menghadapi badai emosi dari puluhan ribu suporter Real Madrid. Dalam laga El Clasico pekan ke-10 La Liga 2025/2026 yang berakhir dengan kekalahan Barcelona 1-2, pemain muda berusia 18 tahun itu menjadi pusat perhatian – bukan karena gol atau assist, melainkan karena sambutan buruk yang diterimanya.

Suasana tegang sudah terasa sejak pemanasan dimulai. Setiap langkah Yamal disambut dengan siulan panjang, tanda bahwa publik Bernabeu belum melupakan komentar-komentarnya di luar lapangan. Apa yang semula dianggap bumbu rivalitas, berubah menjadi amarah kolektif yang terdengar hingga peluit akhir.

Advertisement

Bagi Yamal, malam di Madrid itu menjadi ujian mental. Ia tidak hanya harus berhadapan dengan lini belakang Real Madrid, tetapi juga ribuan suara cemoohan yang seolah ingin menelan setiap sentuhannya terhadap bola.

1 dari 3 halaman

El Clasico: Api Rivalitas yang Menyala Lewat Kata-kata Yamal

Sumber dari kebisingan itu bukan semata performanya di lapangan, melainkan juga pernyataannya dalam ajang hiburan Kings League. Dalam sebuah sesi obrolan, Yamal sempat berkata, “Mereka mencuri, mereka mengeluh, dan mereka melakukan hal-hal…” serta menambahkan, “Terakhir kali saya ke Bernabeu, apa? 4-0.”

Ucapan tersebut dengan cepat menyebar di media sosial dan memicu reaksi keras dari pendukung Real Madrid. Komentar itu dianggap melewati batas persaingan sehat, membuat Yamal menjadi simbol “arogansi muda Barcelona” di mata publik Bernabeu. Sejak saat itu, setiap postingan, wawancara, atau bahkan foto dirinya di dunia maya menjadi sasaran kritik dan olok-olok.

Ketika nama “Lamine Yamal” diumumkan lewat pengeras suara stadion malam itu, cemoohan membahana. Siulan panjang menggema, seolah menjadi pengingat bahwa Madrid tidak melupakan kata-kata yang pernah ia ucapkan. Dalam hitungan detik, atmosfer pertandingan berubah menjadi medan psikologis yang menguji ketenangan pemain muda tersebut.

2 dari 3 halaman

Pelajaran buat Yamal

Pelajaran buat Yamal

Winger Barcelona, Lamine Yamal. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Reaksi keras dari pendukung tuan rumah memperlihatkan bahwa status Yamal di Barcelona kini membawa beban tersendiri. Ia bukan lagi sekadar pemain muda berbakat, tetapi simbol kebanggaan klub yang menjadi musuh abadi Real Madrid. Popularitasnya di media sosial, ditambah reputasinya sebagai “wajah baru” Barcelona, menjadikannya sasaran empuk untuk tekanan mental di laga sebesar El Clasico.

Setiap kali bola menyentuh kakinya, siulan kembali terdengar. Meski begitu, Yamal tetap berusaha bermain seperti biasa—dribel, mengatur tempo, dan menekan pertahanan Madrid. Namun, jelas terlihat bahwa atmosfer Bernabeu membuatnya sulit tampil lepas.

Di luar hasil pertandingan, malam itu menandai babak baru dalam perjalanan kariernya. Ia telah merasakan bagaimana popularitas bisa menjadi pedang bermata dua—membawa sorotan dan dukungan, tetapi juga cemooh dan tekanan. Bagi Lamine Yamal, pengalaman di Bernabeu bukan sekadar kekalahan di lapangan, melainkan pelajaran berharga tentang harga yang harus dibayar seorang bintang muda di dunia sepak bola modern.

Sumber: Barca Universal

LATEST UPDATE