
Bola.net - Sindiran pedas terhadap keputusan Komdis PSSI yang mendiskualifikasi PSIS Semarang dan PSS Sleman dari delapan besar Divisi Utama musim ini, terus mengalir. Kali ini, datang dari Ketua Asprov PSSI Kalimantan Timur Yunus Nusi.
Menurutnya Komdis PSSI telah membunuh klub, dan bukan melakukan pembinaan. Seharusnya, Komdis PSSI bisa memberikan pengertian kepada klub. Namun dengan mendiskualifikasi, sama saja membunuh klub yang sudah berjuang mulai awal dan mengeluarkan biaya besar.
"Keputusan Komdis aneh. Bila memberikan sanksi kepala klub, seharusnya didahului dengan investigasi oleh seluruh elemen PSSI. Ingat, kasus ini tidak hanya menyangkut hukum yang menjadi wewenang Komdis saja. Tetapi ada indikasi-indikasi yang memengaruhi," ujarnya.
Keputusan tersebut, dinilai Nusi tidak memikirkan faktor-faktor lain. Seperti, manajemen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pendanaan. Padahal, uang itu dicari sendiri, tidak pemberian dari PSSI atau bahkan uang pemerintah daerah setempat.
Sedangkan klub, terdiri dari banyak elemen, mulai dari manajemen, pelatih, pemain, ofisial, bahkan suporter. Dengan memberi sanksi klub, masih dikatakannya, sama saja mematikan seluruh elemen tersebut.
Karenanya, sanksi didiskualifikasi dinilainya sangat berat. Apalagi Ketua Komdis PSSI, Hinca IP Panjaitan, sudah menegaskan tidak ada banding.
"Sudah seperti Mahkamah Agung saja, setiap keputusan tidak boleh banding," tukasnya.
Menurutnya Komdis PSSI telah membunuh klub, dan bukan melakukan pembinaan. Seharusnya, Komdis PSSI bisa memberikan pengertian kepada klub. Namun dengan mendiskualifikasi, sama saja membunuh klub yang sudah berjuang mulai awal dan mengeluarkan biaya besar.
"Keputusan Komdis aneh. Bila memberikan sanksi kepala klub, seharusnya didahului dengan investigasi oleh seluruh elemen PSSI. Ingat, kasus ini tidak hanya menyangkut hukum yang menjadi wewenang Komdis saja. Tetapi ada indikasi-indikasi yang memengaruhi," ujarnya.
Keputusan tersebut, dinilai Nusi tidak memikirkan faktor-faktor lain. Seperti, manajemen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pendanaan. Padahal, uang itu dicari sendiri, tidak pemberian dari PSSI atau bahkan uang pemerintah daerah setempat.
Sedangkan klub, terdiri dari banyak elemen, mulai dari manajemen, pelatih, pemain, ofisial, bahkan suporter. Dengan memberi sanksi klub, masih dikatakannya, sama saja mematikan seluruh elemen tersebut.
Karenanya, sanksi didiskualifikasi dinilainya sangat berat. Apalagi Ketua Komdis PSSI, Hinca IP Panjaitan, sudah menegaskan tidak ada banding.
"Sudah seperti Mahkamah Agung saja, setiap keputusan tidak boleh banding," tukasnya.
Dipaparkan Nusi lagi, sejak awal PSSI juga kurang terbuka tentang aturan FIFA. Selama ini, fokus rules of the game hanya kepada wasit dan perangkat pertandingan. Padahal dalam sepak bola dan kompetisi, masih ada klub-klub, pemain, manajemen, pelatih.
"Kalau sudah terjadi kejadian seperti ini, siapa yang disalahkan? Jangan selalu memberi kesalahan dan sanksi kepada klub. Bila terus begitu, sepak bola Indonesia tidak akan maju. Harusnya, ada hubungan yang baik antara manajemen persepakbolaan dalam hal ini PSSI dengan pelaku sepak bola (klub)," tutupnya. (esa/dzi)
Advertisement
Berita Terkait
-
Bola Indonesia 26 September 2025 02:46
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 30 September 2025 05:50
-
Liga Spanyol 30 September 2025 05:35
-
Liga Champions 30 September 2025 05:30
-
Liga Inggris 30 September 2025 05:30
-
Liga Spanyol 30 September 2025 05:25
-
Liga Champions 30 September 2025 05:20
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- Tak Selalu Sempurna, Ini 5 Penalti Terburuk Lionel...
- 10 Kuda Hitam Liga Champions yang Bisa Bikin Kejut...
- 5 Pemain Muda yang Bisa Jadi Kejutan di Liga Champ...
- Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Am...
- 6 Pemain Top yang Gabung Klub Liga Arab Saudi Musi...
- Deretan Pemain dengan Gaji Fantastis di La Liga 20...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...