Ismed Sofyan Pimpin Persma 1960, Dapat Dukungan dari Gubernur Sulut

Ismed Sofyan Pimpin Persma 1960, Dapat Dukungan dari Gubernur Sulut
Ismed Sofyan (c) Istimewa

Bola.net - Persma 1960 Manado akan berkiprah di kancah sepak bola nasional berkat gebrakan besar dari Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus Komaling atau YSK.

Yulius Selvanus Komaling resmi meresmikan kebangkitan Persma 1960 melalui sebuah acara di Manado, Kamis (30/10). Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa kebangkitan "Badai Biru" tidak akan bergantung pada dana APBD, melainkan gotong royong dari masyarakat dan dukungan pihak swasta.

"Persma bukan sekadar klub sepak bola, tetapi simbol sejarah dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara. Saya ingin Persma kembali menjadi wadah pembinaan dan tempat lahirnya talenta-talenta muda yang mengharumkan nama daerah di kancah nasional," ujar Yulius Selvanus Komaling.

Langkah ini menunjukkan kepedulian besar Yulius Selvanus Komaling terhadap masa depan olahraga di Sulawesi Utara. Ia bahkan telah meninjau langsung Stadion Klabat, markas Persma 1960, yang pernah menjadi saksi laga internasional saat Ronaldo Nazario memperkuat PSV Eindhoven pada 1995.

"Saya minta pengurus Persma nantinya benar-benar bekerja dengan hati, profesional, dan fokus untuk menggerakkan kembali gairah sepak bola di Sulawesi Utara. Kita ingin melihat Stadion Klabat kembali bergemuruh oleh dukungan masyarakat," katanya.

1 dari 2 halaman

Mencari Pemain

Untuk memperkuat langkah tersebut, Yulius Selvanus Komaling menggandeng Ismed Sofyan, legenda Persija Jakarta. Ismed akan membantu mengelola klub melalui pendekatan profesional, berbekal pengalaman sebagai pemain, pelatih, direktur klub Liga 3, dan pencari bakat.

"Kami tidak main-main. Persma 1960 akan dikelola secara profesional, tanpa menggunakan APBN maupun APBD. Semua murni dari sistem profesional dan dukungan pihak swasta. Syukur juga Pak Gubernur Yulius Selvanus Komaling sangat mendukung penuh bersama semua elemen. Ini langkah baik untuk sepak bola Manado," ucap Ismed Sofyan.

Ismed menilai momentum ini sebagai titik balik bagi sepak bola Manado untuk kembali melahirkan bintang-bintang muda potensial. Ia berharap Persma 1960 menjadi wadah pengembangan pemain lokal yang dapat bersaing di level nasional.

"Sejarah sepak bola Manado itu besar. Kita dulu punya pemain-pemain nasional, seperti Firman Utina, Francis Wewengkang, Stanley Mamuaya, dan Adrian Rippitoy. Ini harus menjadi inspirasi bagi generasi muda," tuturnya.

Dalam waktu dekat, manajemen Persma 1960 akan menggelar seleksi terbuka. Tahap pertama akan difokuskan untuk pemain asal Manado, sebelum menjaring talenta dari luar daerah.

"Seleksi tahap pertama akan dibuka untuk masyarakat Manado. Kami ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi putra daerah yang punya potensi dan kemauan. Yang terpenting, prioritas utama tetap pemain asal Manado," beber Ismed.

2 dari 2 halaman

Target Tembus Liga 3

Selain membangun skuad dengan pemain lokal, manajemen juga berencana merekrut beberapa pemain luar daerah agar tim semakin kompetitif. Langkah ini menjadi bagian dari target jangka menengah klub untuk menembus Liga 3.

"Kami tidak menutupi ambisi kami. Target kami jelas, naik ke Liga 3. Namun, bukan sekadar naik kasta, kami ingin membangun fondasi yang kuat agar tim bisa berkembang setiap tahun," tegas Ismed.

Persma 1960 merupakan salah satu klub legendaris Indonesia yang sempat berjaya di era 1990-an. Klub yang kini dikenal dengan sebutan Persatuan Sepak Bola Manado 1960 itu pernah menjadi kekuatan besar di kawasan Timur Indonesia bersama PSM Makassar dan Persipura Jayapura.

Pada musim 1995/96, Persma tampil di Divisi Utama dan diperkuat pemain asing asal Cile seperti Rodrigo Araya, Juan Rubio, dan Nelson Sanchez. Saat itu, mereka bahkan sempat menghadapi PSV Eindhoven yang diperkuat bintang Brasil, Ronaldo Nazario.

Musim berikutnya, Persma mendatangkan trio Kamerun, Onana Jules Denis, Ebongue Ernest, dan Jean Pierre Fiala, yang membawa klub itu menembus babak 12 besar Divisi Utama. Persma sempat menahan imbang Persib Bandung dengan skor 0-0, hasil yang menegaskan kualitas mereka di masa itu.

Namun, krisis moneter dan perubahan politik pada 1998 membuat kiprah Persma terhenti. Klub itu perlahan tenggelam karena masalah finansial dan kini hanya berkompetisi di Liga 4.

"Badai Biru harus kembali bergemuruh, tidak hanya di lapangan, tetapi juga di hati seluruh masyarakat Sulawesi Utara," imbuh Yulius Selvanus Komaling.

(Bola.net/Fitri Apriani)