Raheem Sterling: Dari Golden Boy ke Pemain yang Dilupakan

Raheem Sterling: Dari Golden Boy ke Pemain yang Dilupakan
Pemain Chelsea, Raheem Sterling (c) AP Photo/Rui Vieira

Bola.net - Kerap kali dalam sepak bola muncul kisah yang mengundang rasa penasaran: bagaimana pemain yang semula digadang-gadang jadi bintang besar, kemudian terjerembap jauh dari sorotan. Kisah seperti itulah yang kini mengitari Raheem Sterling.

Iaa mengawali kariernya dengan kilau di Liverpool, lalu membentuk trio yang menakutkan bersama Luis Suarez dan Daniel Sturridge. Ketiganya nyaris membawa The Reds juara Premier League pada musim 2013/2024.

Penampilannya yang gemilang membuatnya memenangkan penghargaan Golden Boy pada tahun 2014, sebuah penghargaan tahunan yang diberikan oleh jurnalis olahraga Eropa kepada pemain muda terbaik di Eropa. Sterling menerima penghargaan tersebut berkat penampilan gemilangnya dalam perebutan gelar Premier League dan penampilannya di Piala Dunia 2014. Ia menjadi pemain Inggris kedua yang memenangkan penghargaan tersebut setelah Wayne Rooney pada tahun 2004.

Meski meraih penghargaan individu bergengsi, Sterling enggan melanjutkan kariernya di Liverpool dan memilih cabut dari Anfield pada tahun 2015. Ia pergi karena berharap bisa meraih trofi Premier League, hal yang dirasa sulit akan ia raih jika terus memakai seragam merah The Reds.

1 dari 4 halaman

Masa Keemasan di Manchester City

Masa Keemasan di Manchester City

Raheem Sterling (c) MCFC

Sterling bergabung ke Manchester City pada tahun 2015 dan langsung menjadi bagian penting dari tim elite Inggris tersebut. Data statistik menunjukkan bahwa selama di Manchester City, ia tampil dalam 339 pertandingan dan mencetak 131 gol plus 86 assist.

Di sana, Sterling bukan hanya pencetak gol, tetapi juga pemain yang rutin menjadi pilihan starter dan mendapatkan kepercayaan tinggi. Ia menikmati era di mana Manchester City mendominasi Liga Inggris dengan meraih empat gelar juara dan bersaing di level Eropa.

Kariernya naik pesat, ia pun menjadi bagian dari skuad yang memiliki ambisi besar. Pindah ke Manchester City seolah menjadi langkah logis untuk meraih prestasi tertinggi. Kecepatan dan kemampuan dribling-nya menjadi senjata utama dalam mendulang kemenangan demi kemenangan.

Namun, seperti halnya semua karier cepat naik, kadang hal tersebut diikuti oleh tantangan yang tak terduga pula. Meskipun masa keemasannya di Manchester City terbukti sukses, benih kegelapan perlahan muncul ketika ia memutuskan untuk pindah ke Chelsea.

Pertandingan Selanjutnya
Premier League Premier League | 22 November 2025
Burnley Burnley
19:30 WIB
Chelsea Chelsea
Premier League Premier League | 22 November 2025
Liverpool Liverpool
22:00 WIB
Nottingham Forest Nottingham Forest
2 dari 4 halaman

Penurunan Karier di Chelsea dan Gagal di Arsenal

Penurunan Karier di Chelsea dan Gagal di Arsenal

Raheem Sterling mencoba mencetak gol melewati kiper Walter Benitez dalam laga Arsenal vs PSV Eindhoven di Liga Champions, Kamis (13/3/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Alastair Grant

Setelah ditransfer ke Chelsea pada Juli 2022, harapan besar melekat pada Sterling. Awalnya semuanya terlihat baik-baik saja.

Di dua musim pertamanya ia masih sering tampil bersama skuad Chelsea. Namun setelah itu kariernya di Stamford Bridge menukik tajam.

Ia mulanya dipinjamkan ke Arsenal musim 2024/25. Di sana, Sterling tampil dalam sekitar 28 pertandingan namun hanya mencetak satu gol. Hal ini jelas jauh di bawah ekspektasi yang melekat kepadanya sebagai pemain top.

Arsenal sendiri tak punya niatan meminjamnya lagi. Mereka juga tak berusaha mempermanenkannya di Emirates Stadium.

3 dari 4 halaman

Nasib Terbaru di Chelsea: Terlupakan dan Tak Pasti

Nasib Terbaru di Chelsea: Terlupakan dan Tak Pasti

Pemain Chelsea Raheem Sterling. (c) AP Photo/David Cliff

Saat ini Sterling menghadapi fase yang sangat sulit. Di Chelsea musim 2025/26, ia belum tampil sekalipun dan bahkan tidak masuk dalam skuad utama. Pelatih Enzo Maresca secara terang menyatakan bahwa Sterling dan beberapa pemain lainnya “tidak masuk rencana tim” dan kini dipaksa harus menjalani latihan terpisah.

Bukan hanya itu, Chelsea dilaporkan siap untuk melepas Sterling dengan nilai transfer sekitar 20 juta pounds (atau bisa jadi lebih murah lagi), padahal dua tahun sebelumnya mereka membelinya dengan biaya jauh lebih besar.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah karier Sterling akan benar-benar berakhir di titik ini atau masih tersisa secercah peluang untuk bangkit? Dengan kontraknya yang masih berjalan hingga 2027, namun tanpa jaminan bermain, situasi Sterling layak mendapat perhatian khusus.

Sterling pernah berada di puncak, kini berada di tepi. Cerita ini mengingatkan bahwa dalam sepak bola, masa kejayaan bisa datang cepat—dan bisa pula hilang dengan cepat. Bagi Sterling, pertanyaan terbesarnya bukan hanya soal kapan ia bisa kembali gemilang, tapi juga apakah ia punya cukup waktu dan kesempatan untuk melakukannya.