Cerita yang Tak Terungkap dari Alessandro Nesta: Menolak Real Madrid, Pahit Manis di Milan, Hingga Sempat Depresi Usai Pensiun

Cerita yang Tak Terungkap dari Alessandro Nesta: Menolak Real Madrid, Pahit Manis di Milan, Hingga Sempat Depresi Usai Pensiun
Serie A 2024/2025: Pelatih Monza, Alessandro Nesta (c) Paola Garbuioi/LaPresse via AP

Bola.net - Alessandro Nesta membuka lembaran sejarah kariernya dengan beragam kisah menarik. Mantan bek Lazio dan AC Milan, yang kini menjadi pelatih Monza ini mengungkapkan momen-momen tak terlupakan, termasuk penolakannya terhadap Real Madrid.

Nesta juga menceritakan pengalaman pahit dan manis di Milan, terutama saat menghadapi Liverpool di final Liga Champions. Kini, ia menjalani peran baru sebagai pelatih Monza di Serie A.

Tak hanya soal sepak bola, Nesta berbagi pengalaman pribadinya menghadapi depresi usai pensiun. Ia mengaku butuh waktu untuk beradaptasi sebelum akhirnya kembali ke dunia sepak bola sebagai pelatih.

1 dari 5 halaman

Nesta Pernah Menolak Real Madrid

Alessandro Nesta mengungkapkan bahwa dirinya pernah mendapat tawaran dari Real Madrid sebelum akhirnya bergabung dengan AC Milan. Saat itu, ia memilih bertahan di Lazio karena kecintaannya pada klub ibu kota Italia tersebut.

Namun, situasi berubah ketika Lazio mengalami krisis finansial. Nesta akhirnya pindah ke Milan pada 2002 dan langsung meraih kesuksesan dengan memenangkan Liga Champions dan Coppa Italia di musim pertamanya.

"Sebelum ke Milan, Real Madrid pernah menghubungi saya, tapi saya menolak karena ingin tetap di Lazio," ungkap Nesta.

"Ketika Milan datang, situasi di Lazio sudah kacau. Di tahun pertama saya di San Siro, kami langsung juara Liga Champions dan Coppa Italia," lanjutnya.

"Empat bulan pertama, saya sangat buruk, karena saya berjuang untuk melepaskan diri dari Roma, tetapi begitu saya menyadari di mana saya berada, saya mulai bekerja keras."

Pertandingan Selanjutnya
Serie A Serie A | 15 September 2025
AC Milan AC Milan
01:45 WIB
Bologna Bologna
Serie A Serie A | 14 September 2025
Sassuolo Sassuolo
23:00 WIB
Lazio Lazio
2 dari 5 halaman

Momen Manis Juara Champions League 2003

Final Liga Champions 2003 antara Milan dan Juventus menjadi momen yang penuh tekanan bagi Nesta. Ia mengaku timnya sempat kesulitan tidur karena besarnya beban psikologis menghadapi rival sekota.

Meski mengaku tidak tampil maksimal, Nesta dan kawan-kawan akhirnya keluar sebagai pemenang lewat adu penalti. Ia sendiri menjadi salah satu eksekutor yang berhasil mengecoh Gianluigi Buffon.

"Tidak ada yang bisa tidur malam sebelumnya. Kalau kalah dari Manchester United, mungkin tidak masalah, tapi kalah dari Juventus? Itu berat," kenangnya.

"Saya hanya pernah mengambil satu penalti sebelumnya, yakni saat bermain di Italia U-21. Beberapa pemain pincang, yang lain tidak merasa siap, pelatih berpura-pura tidak melihat saya pada awalnya, tetapi melihat begitu banyak pemain lain yang mengundurkan diri, akhirnya saya," lanjutnya.

"Saya mengejutkan Buffon, karena saya menendangnya dengan jari kaki saya. Saya bersiap untuk menunggu hingga detik terakhir dan kemudian menendang ketika Buffon bergerak. Tetapi Buffon tidak bergerak. Jadi saya tidak punya Rencana B dan saya agak mengabaikannya, tetapi untungnya berhasil."

3 dari 5 halaman

Tragedi Istanbul

Nesta menyangkal kabar bahwa Milan merayakan kemenangan di kamar ganti saat istirahat babak pertama final 2005. Ia justru mengungkapkan bahwa suasana saat itu tegang karena timnya menyadari pertandingan masih panjang.

Liverpool berhasil membalikkan skor dari 0-3 menjadi 3-3 sebelum akhirnya menang lewat adu penalti. Nesta memuji performa Steven Gerrard yang disebutnya sebagai "binatang" di lapangan saat itu.

"Tidak benar kami merayakan keunggulan di kamar ganti saat jeda pertandingan. Itu omong kosong. Beberapa orang idiot dari tim lawan mengatakan itu, saya bahkan tidak tahu namanya. Sebenarnya itu cukup menegangkan, kami tahu masih ada jalan panjang yang harus ditempuh," tegas Nesta.

"Gerrard adalah pemain yang luar biasa. Dia ada di mana-mana dan dia yang menyelamatkan Liverpool," kenangnya.

4 dari 5 halaman

Pembalasan Dendam di Athena 2007

Milan akhirnya membalas kekalahan mereka dengan mengalahkan Liverpool 2-1 di final Liga Champions 2007. Nesta mengaku timnya lebih percaya diri sejak awal laga karena merasa "takdir" berada di pihak mereka.

Meski permainan Milan dinilainya tidak sebaik final 2005, mereka tampil lebih solid. Nesta juga memuji keputusan Carlo Ancelotti memainkan Filippo Inzaghi meski sang striker tidak dalam kondisi fit.

"Itu adalah takdir. Kami yakin akan menang karena tidak mungkin kalah lagi. Kami sebenarnya bermain lebih buruk dari final yang kami dikalahkan sebelumnya, tetapi kami lebih solid dan memiliki keyakinan itu, sejak awal," terangnya.

“Pippo Inzaghi hampir tidak bisa berdiri karena masalah otot, Alberto Gilardino dalam performa yang luar biasa, tetapi pelatih memiliki intuisi yang membuat Anda memenangkan Liga Champions. Dia tahu Pippo bahkan dalam kondisi yang buruk bisa mencetak gol. Kami yakin kami akan menang. Bahkan Liverpool tahu itu, Anda bisa melihatnya," tambahnya.

5 dari 5 halaman

Pensiun dan Pertarungan Melawan Depresi

Nesta memutuskan pensiun pada 2015 setelah merasakan betapa tubuhnya sudah tidak mampu lagi menahan beban fisik. Ia menolak perpanjangan kontrak dari Milan karena sadar performanya sudah menurun.

"Saya butuh dua obat penghilang rasa sakit per hari. Tubuh saya sudah 'habis'. Saya seorang bek, saya harus mengejar lawan," akunya.

Setelah gantung sepatu, Nesta mengaku mengalami depresi karena kehilangan adrenalin kompetisi. Ia pun memutuskan kembali ke sepak bola dengan menjadi pelatih untuk mengisi kekosongan itu.

“Setiap hari terasa sama saja, istri saya adalah orang yang sabar dalam menghadapi saya. Saya kekurangan adrenalin dan butuh kompetisi, jadi saya harus kembali bermain sepak bola dan satu-satunya cara adalah menjadi pelatih.

“Bermain memang lebih menyenangkan, tetapi begitu adrenalin muncul, mentalitas Anda berubah," tutupnya.

Sumber: Wawancara eksklusif dengan Luca Toni di Amazon Prime Video Italia