Shinji Okazaki Diekspor ke Jerman

- Penyerang tim nasional Shinji Okazaki menjadi pemain Jepang keenam yang bergabung di Liga Jerman semenjak berakhirnya Piala Dunia Afrika Selatan 2010 setelah ia menandatangani kontrak dengan Stuttgart pada awal bulan ini.

Infiltrasi sejumlah pemain Jepang ke Jerman menandai suatu era dimana Jepang telah sangat diperhitungkan sebagai suatu kekuatan sepak bola dunia sehingga pemain-pemain terbaik mereka layak mendapat tempat di klub-klub besar dunia. Hal itu sekaligus menghapus persepsi sempit tentang ketidakmampuan pemain-pemain Asia untuk bermain di liga-liga Eropa.

Meskipun demikian "ekspor" para pemain itu ke Eropa memang belum memberi manfaat finansial yang besar bagi klub-klub sepak bola Jepang, sebab kebanyakan dari mereka pindah saat berstatus bebas sehingga mereka dapat "dikantongi" oleh klub-klub dunia itu dengan sedikit atau bahkan tanpa "transfer fee" sama sekali.

Kagawa contohnya, pemain yang bertalenta tinggi itu diperoleh Dortmund hanya dengan harga 350.000 euro, bandingkan dengan nilainya sekarang yang sebesar 12 juta dollar, bahkan klub raksasa seperti Atletico Madrid dan Manchester United diyakini berani menawar Kagawa dua kali lipat nilai itu.

Melonjaknya harga Kagawa tak terlepas dari performanya yang luar biasa di Dortmund, semenjak kedatangannya pada Juli 2010, Kagawa yang masih berumur 21 tahun itu telah mencetak delapan gol yang membuat posisi Borussia Dortmund melesat ke puncak klasemen sementara Bundesliga saat ini.

Kurangnya manfaat finansial yang bisa diperoleh klub-klub Jepang berkaitan dengan kepindahan pemain mereka ke Eropa tengah disoroti oleh sebuah majalah olahraga terkenal Jepang "Number" yang menulis tentang strategi klub-klub Jerman dalam mendapatkan pemain-pemain berbakat Jepang tanpa harus mengeluarkan "transfer fee".

Tercatat nama-nama pemain seperti Atsuto Uchida, Kisho Yano, Tomoaki Makino dan Hajime Hosogai yang telah berada di Jerman untuk "mengabdi" kepada klub-klub mereka masing-masing.

Stuttgart, misalnya, klub ini menunggu kontrak Okazaki dengan Shimizu S-Pulse berakhir pada akhir bulan Januari sebelum menangguknya dengan gratis di awal bulan ini. Di sisi pemain, mereka senang-senang saja, malah sangat gembira karena terpilih dari sekian banyak pemain sepakbola Asia untuk bermain di klub Eropa.

"Saya sangat gembira dan yakin bisa bermain dengan baik di Stuttgart nanti. Rasa senang hati saya mengalahkan rasa gamang yang mungkin juga saya rasakan," kata Okazaki sebelum meninggalkan bandara Narita Tokyo, Jumat (4/2).

"Pelatih Stuttgart telah memberi saya resep bagaimana bermain di Bundesliga, saya harus berada di belakang pemain bertahan lawan dan bergerak dengan cepat dan efektif untuk kemudian mencetak gol-gol ke gawang mereka," kata pemain berumur 25 tahun itu.

Okazaki, pemain dengan naluri menyerang yang hebat itu pada Piala Asia bulan lalu mencetak tiga gol Jepang ke gawang Arab Saudi di babak penyisihan grup. Dia juga telah membukukan tiga kali hattrick semenjak bermain sebagai pemain tim nasional Jepang.

Demikian juga halnya dengan Makino yang sekarang bermain untuk FC Koln, dan Hosogai yang disambar Bayer Leverkusen, serta Makoto Hasebe yang dicomot oleh Wolfsburg, ketiganya berada di klub baru mereka dengan gratis setelah kontrak-kontrak mereka berakhir dengan klub Liga Jepang masing-masing.

Hanya Schalke yang harus membayar sebesar 150 juta yen ($1,8 juta) untuk mendapatkan Uchida, itupun bukan "transfer fee", tetapi uang ganti rugi yang harus dibayar pemain bertahan itu karena dianggap telah melanggar kontrak.

Adalah Thomas Kroth, seorang pemilik biro jasa agen pemain, Pro Profil, yang juga mantan pemain Dortmund, yang menjadi aktor kunci dalam gelombang transfer pemain Jepang ke Jerman, tulis majalah Number. Kroth jugalah yang pada 1993 pernah "mengimpor" mantan pemain internasional Jerman Pierre Littbarski untuk bermain bagi Kashiwa Reysol pada masa-masa awal Liga Jepang.

Sejak saat itu Kroth malah "mengekspor" talenta-talenta Jepang ke luar negeri, seperti Naohiro Takahara, Junichi Inamoto, Shinji Ono dan Yoshito Okubo.  (ant/mac)

Berita Terkait