
Bola.net - Kejadian Gianluca Zambrotta mengalami cedera jelang Piala Dunia 2006, menjadi berkah tersendiri bagi Fabio Grosso. Eks Palermo dan Juventus ini langsung dipercaya Marcello Lippi sebagai starter pada partai pembuka Grup E, melawan Ghana.
Setelahnya, pos bek sayap kiri menjadi miliknya dan Zambrotta setelah pulih dari cedera digeser oleh Lippi ke bek kanan. Kombinasi keduanya, membuat Gli Azzurri tampil begitu mengerikan di kejuaraan yang diselenggarakan di Jerman ini.
Penampilan Grosso menjadi buah bibir ketika menghadapi Der Panzer di semifinal Piala Dunia 2006. Kala itu, satu golnya saat babak tambahan menjadi pemecah kebuntuan Italia dan kemudian gol dari Del Piero memastikan langkah Azzurri ke babak final.
Puncaknya, Grosso juga berkontribusi di partai final saat menghadapi Prancis dan turut mengantarkan Italia meraih trofi Piala Dunia keempatnya.
Menjadi Pahlawan di Final Piala Dunia
Ketika skor berakhir imbang 1-1 berarti jawara dunia mesti ditentukan via adu penalti. Di sinilah terlihat tim mana yang lebih haus akan titel juara Piala Dunia berdasarkan tingkat keberhasilan masing-masing dalam mengeksekusi lima tendangan.
Grosso tampil sebagai eksekutor terakhir saat adu penalti yang berhasil menyarangkan bola ke gawang Prancis, melengkapi keberhasilan empat penendang sebelumnya: Andrea Pirlo, Marco Materazzi, Daniele de Rossi, dan Alessandro Del Piero.
“Kami tidak tahu siapa pemenangnya jika laga final berlanjut ke babak adu penalti. Satu hal yang pasti, seluruh pemain Italia siap menjadi eksekutor,” ujar penendang kelima sekaligus penentu kemenangan Italia, Fabio Grosso, selepas laga.
Musuh Publik Australia
Italia berhadapan dengan Australia pada babak 16 besar. Satu kejadian penting di pertandingan ini membuat Grosso menjadi musuh publik Negeri Kanguru.
Kala itu, Grosso terjatuh (namun terlihat diving) di kotak penalti Australia pada menit ketiga injury time. Kedudukan masih 0-0 saat itu. Wasit Luis Medina Cantalejo memberi penalti penting, penalti yang layak diperdebatkan, kepada Italia.
Pelatih Socceroos, Guus Hiddink sampai meradang kala itu, "Tidak ada keraguan bahwa itu bukan penalti, pahit sekali melihatnya terjadi di detik-detik terakhir. Namun ketika emosi mereda, kami bisa merasa bangga.” ucapnya.
Menjadi Pelatih
Setelah memutuskan pensiun dari dunia sepak bola, Grosso memilih terjun ke dunia kepelatihan. Sejumlah tim pun sudah pernah dibesutnya, termasuk Juventus Primavera, Bari, Hellas Verona, Brescia, dan FC Sion.
Sayangnya, kariernya sebagai pelatih tidak sebaik kariernya sebagai pemain, bahkan bisa dibilang sangat buruk. Semuanya berakhir dengan pemecatan.
Klub terakhir yang diasuh oleh Grosso adalah Frosinone pada musim 2020/21.
(Bola.net/Yoga Radyan)
Baca Juga:
- Mengenang Gol Thierry Henry yang Buyarkan Impian Brasil Jadi Juara Back to Back di Piala Dunia 2006
- Piala Dunia 2014: Setelah Dibantai Jerman 7-1, Brasil Dipermalukan Belanda 3-0!
- Semifinal Piala Dunia 2018: Gol Mario Mandzukic Saat Extra Time Bikin Timnas Inggris Tersungkur
- Piala Dunia 2014: Mengenang 4 Gol Robin van Persie untuk Timnas Belanda
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 18:09
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 17:44
-
Bola Indonesia 21 Oktober 2025 17:38
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 17:33
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 17:01
-
Tim Nasional 21 Oktober 2025 16:53
BERITA LAINNYA
-
piala dunia 20 Oktober 2025 09:56
-
piala dunia 17 Oktober 2025 04:19
-
piala dunia 16 Oktober 2025 14:28
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:58
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:46
-
piala dunia 16 Oktober 2025 10:39
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...