Lassana Diarra Gugat FIFA Rp1 Triliun Lebih: Asal Mula Konflik, Dasar Tuntutan, dan Perbandingan dengan Bosman Ruling
Gia Yuda Pradana | 20 Agustus 2025 20:29
Bola.net - Mantan gelandang ternama, Lassana Diarra, telah mengajukan tuntutan hukum signifikan terhadap FIFA dan Federasi Sepak Bola Belgia. Tuntutan ini bernilai fantastis, mencapai €65 juta, atau setara dengan sekitar Rp1,16 triliun. Pengacara Diarra menyatakan bahwa klaim ini merupakan kompensasi atas kerugian besar yang disebabkan oleh aturan transfer FIFA.
Konflik ini berakar pada perselisihan kontrak Lassana Diarra dengan Lokomotiv Moscow pada tahun 2014. Akibat keputusan FIFA, Diarra dijatuhi denda besar dan skorsing yang membuatnya tidak bisa bermain sepak bola selama 11 bulan. Situasi ini secara langsung menghambat kelanjutan kariernya di level tertinggi.
Kasus hukum Lassana Diarra ini berpotensi menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah sepak bola modern. Banyak pihak membandingkannya dengan Bosman Ruling yang mengubah lanskap transfer pemain secara drastis pada tahun 1995. Putusan pengadilan dalam kasus ini akan sangat dinantikan oleh seluruh dunia sepak bola.
Asal Mula Konflik dan Kerugian Karier Lassana Diarra
Konflik yang melatarbelakangi tuntutan Lassana Diarra bermula dari perselisihan kontraknya dengan Lokomotiv Moscow pada tahun 2014. Diarra menandatangani kontrak empat tahun dengan klub Rusia tersebut pada Agustus 2013. Lokomotiv Moscow kemudian mengklaim Diarra melanggar kontrak karena perselisihan gaji, lalu memutuskan kontraknya pada Agustus 2014.
FIFA, melalui Kamar Penyelesaian Sengketa (DRC), memutuskan Lassana Diarra bersalah dalam kasus ini. FIFA memerintahkannya membayar kompensasi sebesar €10 juta kepada Lokomotiv Moscow, sebuah keputusan yang kemudian dikuatkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Akibat keputusan tersebut, Diarra juga menerima skorsing 15 bulan yang berlaku surut.
Klub Belgia, Charleroi, yang sempat tertarik merekrut Diarra, akhirnya membatalkan niatnya. Mereka khawatir harus ikut menanggung sebagian denda sesuai peraturan FIFA. Hal ini menyebabkan Lassana Diarra tidak dapat bermain sepak bola profesional selama 11 bulan, mengakibatkan kerugian karier yang signifikan.
Dasar Hukum Tuntutan dan Putusan CJEU
Tuntutan Lassana Diarra didasarkan pada putusan penting Pengadilan Kehakiman Uni Eropa (CJEU) pada Oktober 2024. CJEU memutuskan bahwa aturan FIFA menghambat pergerakan bebas pemain secara tidak proporsional. Aturan tersebut memaksakan risiko hukum dan finansial yang besar pada pemain serta klub yang ingin merekrut mereka.
CJEU menemukan bahwa aturan FIFA, termasuk yang mengakibatkan penolakan Sertifikat Transfer Internasional (ITC) untuk Diarra pindah ke Charleroi, membatasi kebebasan bergerak. Pengadilan juga menyatakan peraturan FIFA melanggar hukum persaingan Uni Eropa. Aturan ini dinilai bertujuan untuk membatasi kompetisi lintas batas yang dapat dilakukan oleh klub-klub di Uni Eropa.
Putusan CJEU ini secara jelas menyatakan bahwa beberapa aspek aturan transfer FIFA tidak sesuai dengan hukum ketenagakerjaan dan persaingan Uni Eropa. Setelah negosiasi penyelesaian damai dengan FIFA tidak berhasil, Lassana Diarra kembali ke pengadilan Belgia untuk mencari ganti rugi. Ia bertekad untuk mendapatkan keadilan atas kerugian yang ia alami.
Perbandingan dengan Bosman Ruling dan Implikasi Masa Depan
Kasus Lassana Diarra memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu putusan paling berpengaruh dalam dunia transfer sepak bola sejak Bosman Ruling pada tahun 1995. Bosman Ruling berfokus pada kebebasan pemain yang kontraknya telah berakhir untuk pindah klub tanpa biaya transfer. Kasus Diarra membahas pemutusan kontrak lebih awal serta implikasi finansial dan pembatasan pergerakan pemain.
Beberapa analis membandingkan putusan Diarra dengan keputusan ECJ tahun 1995 tentang Jean-Marc Bosman. Putusan tersebut menghapus pembatasan pada pesepakbola asing Uni Eropa dalam liga nasional. Keputusan itu juga memungkinkan pemain di blok tersebut untuk pindah ke klub lain secara gratis ketika kontrak mereka berakhir.
Kasus Lassana Diarra mempertanyakan kontrak aktif dan penalti untuk pemutusan tanpa alasan yang sah. Hal ini bisa mengarah pada negosiasi kolektif antara klub, liga, dan serikat pekerja untuk aturan yang lebih adil. Putusan Diarra, seperti Bosman, menegaskan supremasi hukum Uni Eropa atas peraturan internal badan pengatur sepak bola.
Dukungan dan Dampak Lebih Luas Kasus Lassana Diarra
Tuntutan Lassana Diarra mendapat dukungan penuh dari serikat pemain global FIFPRO. Divisi Eropa FIFPRO dan serikat anggota nasional mereka di Prancis turut memberikan dukungan. Ini menunjukkan bahwa kasus Diarra memiliki relevansi yang luas di kalangan pemain profesional.
Setelah putusan CJEU, FIFA mengumumkan pada Desember 2024 bahwa mereka telah mengadopsi “kerangka peraturan sementara” mengenai transfer pemain. Namun, Diarra mengklaim bahwa amandemen tersebut masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pengadilan. Perubahan yang dilakukan FIFA belum cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang ia gugat.
Kasus ini juga memicu gugatan class action oleh kelompok pemain Belanda, Justice for Players (JfP). JfP menuntut kompensasi atas hilangnya pendapatan akibat aturan transfer yang restriktif. Diarra menyatakan ia berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk pemain-pemain muda yang tidak memiliki sarana finansial dan psikologis untuk menantang FIFA. Putusan pengadilan Belgia diharapkan dalam 12 hingga 15 bulan ke depan.
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Yang Dikalahkan Timnas Indonesia U-17 Ternyata Bukan Uzbekistan yang Sebenarnya
- Starting XI Pemain-pemain yang Tak Diinginkan di Klub: Dari Donnarumma, Garnacho, hingga Nkunku
- Jual, Jual, Jual! Rp3 Triliun Lebih Masuk Kas AC Milan di Bursa Transfer Musim Panas
- AC Milan, Fleksibilitas Sistem Permainan, dan Transformasi Taktik 3-2-5
- Messi, Pemain Rival yang Paling Membuat Mourinho Berkembang Sebagai Pelatih
- Musim Panas Hemat ala Barcelona: Dari Jual Pemain sampai Pangkas Beban Gaji Skuad
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Juventus Cari Formula Baru Tanpa Conceicao di Derby d'Italia vs Inter Milan
Liga Italia 10 September 2025, 13:29 -
Kabar Buruk untuk Juventus Jelang Duel vs Inter Milan
Liga Italia 10 September 2025, 12:52 -
Derby d'Italia: Juventus atau Inter Milan, Sulit Menebak Pemenangnya
Liga Italia 10 September 2025, 12:34
LATEST UPDATE
-
Prediksi Superkomputer: Liverpool Bakal Juara Liga Inggris Lagi
Liga Inggris 11 September 2025, 01:01 -
Dibekukan MU, Tyrell Malacia Bakal Gabung Klub Gurem Turki?
Liga Inggris 11 September 2025, 00:49 -
Tinggalkan MU, Christian Eriksen Akhirnya Dapat Klub Baru
Bundesliga 11 September 2025, 00:43 -
Pengakuan Mengejutkan Kylian Mbappe: Tak Akan Menang Ballon d'Or
Liga Spanyol 11 September 2025, 00:27 -
Gaji Selangit dan Bonus Fantastis, Hidup Mewah Gianluigi Donnarumma Bersama Manchester City
Liga Inggris 10 September 2025, 23:20 -
Profil Rafaela Pimenta: Wanita Tangguh di Balik Megahnya Karier Bintang Sepak Bola Dunia
Liga Inggris 10 September 2025, 23:17 -
Reaksi Emosional Andre Onana: Maki dan Tampar Fans Usai Kekalahan Kamerun dari Tanjung Verde
Liga Inggris 10 September 2025, 23:05 -
Derby Manchester: Haaland Paceklik Lawan Man United, Tapi Datang dengan Modal Gol Gila
Liga Inggris 10 September 2025, 22:10 -
Lamine Yamal dan Mimpi Besarnya Mengikuti Jejak Sang Legenda Barcelona, Lionel Messi
Liga Spanyol 10 September 2025, 21:09 -
Usai Antarkan Portugal Sikat Hungaria, Ronaldo Tuai Pujian Dari Martinez
Piala Dunia 10 September 2025, 19:14
LATEST EDITORIAL
-
5 Target Manchester United yang Gagal Direkrut pada Musim Panas 2025
Editorial 10 September 2025, 13:34 -
3 Kandidat Pengganti Robert Lewandowski di Barcelona
Editorial 10 September 2025, 13:01 -
Siapa Suksesor Mohamed Salah di Liverpool? Ini 5 Kandidatnya
Editorial 8 September 2025, 14:06 -
7 Transfer Musim Panas 2025 yang Langsung Meledak: Ekitike Gak Percuma Dibeli Mahal
Editorial 8 September 2025, 13:20