Lassana Diarra Gugat FIFA Rp1 Triliun Lebih: Asal Mula Konflik, Dasar Tuntutan, dan Perbandingan dengan Bosman Ruling

Gia Yuda Pradana | 20 Agustus 2025 20:29
Lassana Diarra Gugat FIFA Rp1 Triliun Lebih: Asal Mula Konflik, Dasar Tuntutan, dan Perbandingan dengan Bosman Ruling
Logo FIFA terpasang bersama lambang klub peserta menjelang laga pembuka Club World Cup 2025 di Miami, Florida (c) AP Photo/John Raoux

Bola.net - Mantan gelandang ternama, Lassana Diarra, telah mengajukan tuntutan hukum signifikan terhadap FIFA dan Federasi Sepak Bola Belgia. Tuntutan ini bernilai fantastis, mencapai €65 juta, atau setara dengan sekitar Rp1,16 triliun. Pengacara Diarra menyatakan bahwa klaim ini merupakan kompensasi atas kerugian besar yang disebabkan oleh aturan transfer FIFA.

Konflik ini berakar pada perselisihan kontrak Lassana Diarra dengan Lokomotiv Moscow pada tahun 2014. Akibat keputusan FIFA, Diarra dijatuhi denda besar dan skorsing yang membuatnya tidak bisa bermain sepak bola selama 11 bulan. Situasi ini secara langsung menghambat kelanjutan kariernya di level tertinggi.

Advertisement

Kasus hukum Lassana Diarra ini berpotensi menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah sepak bola modern. Banyak pihak membandingkannya dengan Bosman Ruling yang mengubah lanskap transfer pemain secara drastis pada tahun 1995. Putusan pengadilan dalam kasus ini akan sangat dinantikan oleh seluruh dunia sepak bola.

1 dari 4 halaman

Asal Mula Konflik dan Kerugian Karier Lassana Diarra

Asal Mula Konflik dan Kerugian Karier Lassana Diarra

Lassana Diarra (c) PSG

Konflik yang melatarbelakangi tuntutan Lassana Diarra bermula dari perselisihan kontraknya dengan Lokomotiv Moscow pada tahun 2014. Diarra menandatangani kontrak empat tahun dengan klub Rusia tersebut pada Agustus 2013. Lokomotiv Moscow kemudian mengklaim Diarra melanggar kontrak karena perselisihan gaji, lalu memutuskan kontraknya pada Agustus 2014.

FIFA, melalui Kamar Penyelesaian Sengketa (DRC), memutuskan Lassana Diarra bersalah dalam kasus ini. FIFA memerintahkannya membayar kompensasi sebesar €10 juta kepada Lokomotiv Moscow, sebuah keputusan yang kemudian dikuatkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Akibat keputusan tersebut, Diarra juga menerima skorsing 15 bulan yang berlaku surut.

Klub Belgia, Charleroi, yang sempat tertarik merekrut Diarra, akhirnya membatalkan niatnya. Mereka khawatir harus ikut menanggung sebagian denda sesuai peraturan FIFA. Hal ini menyebabkan Lassana Diarra tidak dapat bermain sepak bola profesional selama 11 bulan, mengakibatkan kerugian karier yang signifikan.

2 dari 4 halaman

Dasar Hukum Tuntutan dan Putusan CJEU

Tuntutan Lassana Diarra didasarkan pada putusan penting Pengadilan Kehakiman Uni Eropa (CJEU) pada Oktober 2024. CJEU memutuskan bahwa aturan FIFA menghambat pergerakan bebas pemain secara tidak proporsional. Aturan tersebut memaksakan risiko hukum dan finansial yang besar pada pemain serta klub yang ingin merekrut mereka.

CJEU menemukan bahwa aturan FIFA, termasuk yang mengakibatkan penolakan Sertifikat Transfer Internasional (ITC) untuk Diarra pindah ke Charleroi, membatasi kebebasan bergerak. Pengadilan juga menyatakan peraturan FIFA melanggar hukum persaingan Uni Eropa. Aturan ini dinilai bertujuan untuk membatasi kompetisi lintas batas yang dapat dilakukan oleh klub-klub di Uni Eropa.

Putusan CJEU ini secara jelas menyatakan bahwa beberapa aspek aturan transfer FIFA tidak sesuai dengan hukum ketenagakerjaan dan persaingan Uni Eropa. Setelah negosiasi penyelesaian damai dengan FIFA tidak berhasil, Lassana Diarra kembali ke pengadilan Belgia untuk mencari ganti rugi. Ia bertekad untuk mendapatkan keadilan atas kerugian yang ia alami.

3 dari 4 halaman

Perbandingan dengan Bosman Ruling dan Implikasi Masa Depan

Kasus Lassana Diarra memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu putusan paling berpengaruh dalam dunia transfer sepak bola sejak Bosman Ruling pada tahun 1995. Bosman Ruling berfokus pada kebebasan pemain yang kontraknya telah berakhir untuk pindah klub tanpa biaya transfer. Kasus Diarra membahas pemutusan kontrak lebih awal serta implikasi finansial dan pembatasan pergerakan pemain.

Beberapa analis membandingkan putusan Diarra dengan keputusan ECJ tahun 1995 tentang Jean-Marc Bosman. Putusan tersebut menghapus pembatasan pada pesepakbola asing Uni Eropa dalam liga nasional. Keputusan itu juga memungkinkan pemain di blok tersebut untuk pindah ke klub lain secara gratis ketika kontrak mereka berakhir.

Kasus Lassana Diarra mempertanyakan kontrak aktif dan penalti untuk pemutusan tanpa alasan yang sah. Hal ini bisa mengarah pada negosiasi kolektif antara klub, liga, dan serikat pekerja untuk aturan yang lebih adil. Putusan Diarra, seperti Bosman, menegaskan supremasi hukum Uni Eropa atas peraturan internal badan pengatur sepak bola.

4 dari 4 halaman

Dukungan dan Dampak Lebih Luas Kasus Lassana Diarra

Tuntutan Lassana Diarra mendapat dukungan penuh dari serikat pemain global FIFPRO. Divisi Eropa FIFPRO dan serikat anggota nasional mereka di Prancis turut memberikan dukungan. Ini menunjukkan bahwa kasus Diarra memiliki relevansi yang luas di kalangan pemain profesional.

Setelah putusan CJEU, FIFA mengumumkan pada Desember 2024 bahwa mereka telah mengadopsi “kerangka peraturan sementara” mengenai transfer pemain. Namun, Diarra mengklaim bahwa amandemen tersebut masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pengadilan. Perubahan yang dilakukan FIFA belum cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang ia gugat.

Kasus ini juga memicu gugatan class action oleh kelompok pemain Belanda, Justice for Players (JfP). JfP menuntut kompensasi atas hilangnya pendapatan akibat aturan transfer yang restriktif. Diarra menyatakan ia berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk pemain-pemain muda yang tidak memiliki sarana finansial dan psikologis untuk menantang FIFA. Putusan pengadilan Belgia diharapkan dalam 12 hingga 15 bulan ke depan.

LATEST UPDATE