Revolusi Senyap Luis Enrique: Ubah PSG Jadi Monster Tak Terkalahkan
Richard Andreas | 30 Mei 2025 11:45
Bola.net - Paris Saint-Germain (PSG) pernah dikenal sebagai tim bertabur bintang yang ironisnya seringkali gagal berbicara banyak di kompetisi Eropa. Kini, klub ibu kota Prancis itu tampil dengan identitas baru yang lebih kolektif dan tangguh. Di balik perubahan fundamental ini, ada sosok pelatih yang tenang namun revolusioner: Luis Enrique.
Mantan pelatih Barcelona ini tiba pada musim panas 2023 dengan misi besar. Ia tidak hanya diminta untuk mengakhiri kutukan Liga Champions, tetapi juga untuk mengubah DNA tim yang selama ini terlalu bergantung pada nama-nama besar individu. Hasilnya, PSG kini tampil lebih rapi, lebih muda, dan jauh lebih menakutkan sebagai sebuah kesatuan tim.
Luis Enrique menyuntikkan filosofi baru yang berbasis pada kerja sama tim dan intensitas tinggi. PSG tidak lagi bermain demi satu bintang, melainkan untuk satu tujuan bersama. Perjalanan mereka menuju final Liga Champions musim 2024/2025 menjadi bukti nyata dari perubahan tersebut.
Mengakhiri Obsesi, Membangun Tim dengan Pondasi Kuat

Luis Enrique sejak awal menegaskan bahwa obsesi bukanlah cara yang tepat untuk membangun sebuah tim juara. Ia menyatakan bahwa ambisi itu penting, tetapi jika sudah berubah menjadi obsesi, hasilnya cenderung kontraproduktif. Pernyataan ini terasa seperti kritik halus bagi PSG yang selama ini terlalu terobsesi dengan trofi Liga Champions.
Sejak kegagalan menyakitkan di final 2020, PSG terus-menerus berganti pelatih dan merekrut pemain-pemain bintang. Namun, kehadiran nama-nama besar seperti Messi, Neymar, hingga Ramos justru gagal memberikan keseimbangan yang diharapkan. Klub seolah terjebak dalam ilusi bahwa popularitas semata dapat menggantikan proses pembangunan tim yang sebenarnya.
Luis Enrique menghapuskan ilusi itu sejak hari pertamanya. Ia melepas sejumlah pemain senior dan merekrut 13 pemain muda, sebagian besar berusia di bawah 26 tahun. Filosofinya sederhana: membeli pemain muda, berkualitas, dan jika memungkinkan, yang memiliki paspor Prancis.
Evolusi Taktikal: Dari Kekacauan Menuju Keseimbangan

Dulu, PSG dikenal sebagai tim yang bertabur talenta ofensif, namun memiliki kelemahan di lini pertahanan. Kini, mereka telah menjelma menjadi tim yang kompak, disiplin, dan sangat agresif dalam melakukan pressing. Musim ini, mereka mencatatkan lima tekel lebih banyak per pertandingan dibandingkan dua musim sebelumnya.
Luis Enrique secara bertahap menginstal sistem pressing yang terstruktur dan efisien. Ia berani mengubah pendekatan taktik, dari man-to-man marking menjadi skema hybrid seperti 3-2-4-1 yang terbukti sangat fungsional di laga-laga besar. Pergeseran ini membuat PSG menjadi tim yang sulit ditembus, bahkan oleh tim sekelas Manchester City.
Keberhasilan ini tidak lepas dari kontribusi para pemain depan yang bersedia bekerja keras tanpa bola. Enrique menyebut bahwa salah satu kunci utamanya adalah perubahan mentalitas para penyerang. "Mereka kini bekerja sebagai tim, dan itu sulit untuk ditanamkan," ujarnya dalam media day UEFA.
Era Baru Tanpa Mbappe dan Kekuatan Baru di Lini Serang

Kylian Mbappe meninggalkan PSG tiga hari setelah kekalahan dari Dortmund di semifinal musim lalu. Ironisnya, kepergiannya justru membuat tim ini tumbuh menjadi lebih seimbang. Luis Enrique tidak lagi bergantung pada satu sosok untuk memecah kebuntuan.
Ousmane Dembele, yang sebelumnya dikenal sebagai winger inkonsisten, muncul sebagai solusi tak terduga. Ia mencetak 33 gol musim ini, melampaui semua ekspektasi dan mengisi lubang besar yang ditinggalkan Mbappe. Permainannya yang terintegrasi dengan sistem tim menjadi senjata baru PSG.
Kombinasi Dembele dengan Achraf Hakimi di sisi kanan kini menjadi motor serangan yang sulit diprediksi. Bahkan, golnya ke gawang Arsenal di semifinal memiliki kemiripan dengan gol saat melawan Liverpool—bukti konsistensi dalam skema dan eksekusi. PSG kini menyerang sebagai unit, bukan sebagai individu.
Fondasi Baru di Lini Tengah PSG

Luis Enrique tidak hanya mengubah lini depan dan belakang, tetapi juga menyentuh jantung permainan: lini tengah. Ia menggantikan Manuel Ugarte dengan Fabian Ruiz untuk menambah kekuatan fisik dan ketahanan tim saat ditekan. Perubahan ini membuka ruang bagi playmaker seperti Vitinha untuk berkembang secara optimal.
Kedatangan Joao Neves dari Benfica juga menambah dimensi baru dengan kemampuan distribusi bola dan menjaga keseimbangan. Musim ini, jumlah umpan terobosan PSG meningkat, dan mereka tidak lagi terlalu bergantung pada crossing. Gaya main mereka menjadi lebih vertikal dan cepat.
Khvicha Kvaratskhelia yang datang pada Januari juga membawa perbedaan signifikan. Keahliannya dalam membawa bola memaksa lawan menggandakan penjagaan, yang pada gilirannya membuka ruang bagi pemain lain. Efek domino ini memberikan keuntungan besar, terutama dalam pertandingan-pertandingan Eropa di mana ruang sempit sangat menentukan.
Ketika Akhir yang Sempurna Dimulai di Munchen
Final Liga Champions musim ini akan digelar di Munchen—tempat di mana PSG terakhir kali gagal mengangkat trofi setelah dikalahkan Bayern. Namun, kali ini, mereka datang dengan identitas baru, bukan sekadar tim dengan ambisi mahal. Ini adalah PSG yang dibangun melalui proses, bukan hanya popularitas.
Hanya Marquinhos dan Presnel Kimpembe yang tersisa dari skuad final 2020. Bahkan dari 11 pemain yang tampil di pertandingan pertama Liga Champions di bawah Luis Enrique, hanya lima yang masih menjadi pilihan reguler. Proses regenerasi yang cepat namun terukur ini menjadi kunci perubahan wajah PSG.
Presiden klub, Nasser Al-Khelaifi, menyebutnya sebagai "perubahan budaya" dan memperpanjang kontrak Enrique hingga 2027. Pelatih asal Spanyol itu menjawab diplomatis mengenai peluang juara. "Kami sampai sejauh ini dengan cara bermain kami sendiri. Sekarang tinggal melanjutkan itu untuk mewujudkan mimpi," ujarnya.
Jadwal Final Liga Champions
Final UCL 2024/2025
- Pertandingan: PSG vs Inter Milan
- Stadion: Allianz Arena
- Hari: Minggu, 1 Juni 2025
- Kick off: 02:00 WIB
- Siaran langsung: SCTV
- Live streaming: Vidio >>> (((klik di sini)))
Jangan Lewatkan!
- Jadwal Final Liga Champions Pekan Ini Live di SCTV, 1 Juni 2025
- Mesin Gol di Final Liga Champions: Ousmane Dembele vs Lautaro Martinez
- Mau Juara Liga Champions? Mungkin PSG dan Inter Milan Harus Dengarkan Nasihat Iniesta Ini
- Jadwal Final Liga Champions 2024/2025
- Begitu Besarnya Tekad Balas Dendam Inter Milan di Final Liga Champions, Ada Apa?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
- 
    Prediksi Lorient vs PSG 30 Oktober 2025 Liga Eropa Lain 28 Oktober 2025, 10:58 
- 
    8 Detik, 4 Sentuhan, 1 Gol: Seni Serangan Balik yang Buat Dunia Terpana Liga Champions 24 Oktober 2025, 12:08 
LATEST UPDATE
- 
    Sudah Minta Maaf, Vinicius Junior Masih Saja Kena Kecam Liga Spanyol 31 Oktober 2025, 14:54 
- 
    Prediksi Hellas Verona vs Inter Milan 2 November 2025 Liga Italia 31 Oktober 2025, 14:51 
- 
    Onadio Leonardo Ditangkap karena Narkoba, Polisi Temukan Ganja dan Bekas Boks Ekstasi News 31 Oktober 2025, 14:42 
- 
    Artis Onadio Leonardo Ditangkap karena Dugaan Penyalahgunaan Narkoba News 31 Oktober 2025, 14:41 
- 
    Prediksi Real Madrid vs Valencia 2 November 2025 Liga Spanyol 31 Oktober 2025, 14:26 
- 
    5 Pemain Juventus yang Mengecewakan Igor Tudor hingga Berujung Pemecatan Liga Italia 31 Oktober 2025, 13:54 
- 
    Prediksi Liverpool vs Aston Villa 2 November 2025 Liga Inggris 31 Oktober 2025, 13:34 
LATEST EDITORIAL
- 
    10 Pemain dengan Total Transfer Paling Gila di Dunia, Neymar Tembus Rp7,68 Triliun! Editorial 31 Oktober 2025, 15:01 
- 
    4 Klub yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Vinicius Junior Jika Hengkang dari Real Madrid Editorial 29 Oktober 2025, 14:17 
- 
    6 Alasan Mengapa Manchester United Bisa Jadi Penantang Gelar Premier League Musim Ini Editorial 29 Oktober 2025, 14:06 
- 
    Arne Slot di Ujung Tanduk? 5 Pelatih Premier League yang Terancam Dipecat Editorial 28 Oktober 2025, 14:36 










