EDITORIAL: Kaka dan Memori Indah Milan Tujuh Tahun Silam
Editor Bolanet | 5 Januari 2014 03:21
Bola.net - Oleh: Gia Yuda Pradana
Pada musim 2006/07, AC Milan menggoreskan sebuah memori indah dalam buku sejarah mereka. Dengan skema Christmas Tree racikan Carlo Ancelotti, dibentengi Alessandro Nesta dan Paolo Maldini, dimotori Andrea Pirlo serta diinspirasi , meski kecewa di ranah lokal, Rossoneri sukses merajai Eropa.
Musim itu sejatinya bukan musim yang sempurna bagi Milan. Mengawali Serie A dengan penalti delapan poin sebagai buntut dari skandal Calciopoli, Milan finis peringkat empat dengan selisih satu poin dari Lazio, 14 di bawah AS Roma dan terpisah 36 angka dari sang rival sekota Inter Milan di tempat teratas.
Di ajang Coppa Italia, langkah Milan hanya sampai semifinal setelah disingkirkan Roma dengan agregat 3-5. Musim itu, Milan benar-benar tak sanggup berbicara banyak di Italia. Namun, di Eropa, kisahnya sungguh berbeda. Milan berjaya serta meraih titel Liga Champions mereka yang ketujuh, yang terakhir dan belum pernah mereka menangi lagi hingga sekarang.
Diundi jadi satu dengan Lille, AEK Athena dan Anderlecht, Milan melenggang relatif mudah sebagai juara Grup H. Setelah itu, berturut-turut Milan menyingkirkan Celtic (agregat 1-0), Bayern Munich (4-2) dan Manchester United (5-3) untuk kemudian menapakkan kaki di final. Pada partai puncak di Athena, Milan bertemu Liverpool, lawan yang membuat mereka sakit hati dalam perebutan juara di Istanbul dua edisi sebelumnya.
Di Istanbul, keunggulan 3-0 Milan pada babak pertama bisa disamakan oleh Liverpool pada paruh kedua dan dipaksa menyerah 2-3 lewat adu tendangan 12 pas. Di Athena, Milan berhasil membalaskan dendam mereka.
Dengan lini belakang solid yang digalang kapten Maldini dan Nesta, didukung duet full-back Marek Jankulovski-Massimo Oddo yang penuh energi untuk naik-turun sepanjang 90 menit, barisan tengah yang diotaki Pirlo bersama Massimo Ambrosini dan Gennaro Gattuso sebagai 'satelit' serta Clarence Seedorf dan di belakang goal getter Filippo Inzaghi, Milan menjinakkan The Reds 2-1.
Milan juara. Musim itu pula, menunjukkan sinarnya yang paling terang. Bintang Brasil tersebut, yang merancang satu dari dua gol Inzaghi di final, menyabet gelar top scorer (10 gol) sekaligus pemain terbaik Liga Champions.
Berkat kontribusi besarnya membawa Milan menjuarai kompetisi paling elit antarklub Eropa itu, Kaka pun memenangi ajang penghargaan bergengsi Ballon d'Or 2007. Lewat voting majalah France Football, dia mendapatkan 444 poin, mengalahkan winger Manchester United dan Portugal Cristiano Ronaldo (277 poin) serta bintang Barcelona dan Argentina Lionel Messi (255 poin).
Fast forward ke tahun 2009, karena alasan finansial, Milan terpaksa melepas Kaka ke Real Madrid dengan biaya transfer sekitar €70 juta. Namun, sebagian besar akibat cedera, kariernya menurun drastis. Sosok pemain hebat pencipta 95 gol dan 46 assist dalam 270 penampilan selama enam musim bersama Milan sejak direkrut dari Sao Paulo itu seolah hilang tak berbekas.
Kaka tenggelam di Santiago Bernabeu. Dia hanya bermain 120 kali untuk Madrid selama tiga musim di Spanyol hingga akhirnya Los Blancos setuju 'mengembalikan' sang pemain ke Milan pada awal 2013/14.
Ya, Milan 'memulangkan' Kaka ke San Siro dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan ketika melepas dia beberapa tahun sebelumnya. Kaka tak lagi muda. Di usia yang sudah 31, performanya tentu telah menurun cukup drastis, tetapi Milan dan para Milanisti tak kehilangan rasa cinta mereka terhadap Kaka.
Musim 2013/14 ini, situasi Milan di Serie A hampir mirip dengan 2006/2007, bahkan bisa dibilang lebih berantakan. Hingga giornata 17, pasukan Massimiliano Allegri masih terdampar di peringkat 13. Namun, di Liga Champions, Rossoneri lolos mendampingi Barcelona dari grup neraka yang juga dihuni Celtic dan Ajax.
Ada ungkapan yang sangat populer: Form is Temporary, Class is Permanent. Itu cukup tepat untuk mendeskripsikan Kaka, yang bermimpi bisa menjadi bagian skuat di Piala Dunia 2014 mendatang.
Dengan seragam merah-hitam bernomor 22 yang pernah melambungkan namanya, Kaka kembali menunjukkan kelasnya. Dengan gaya permainan yang tak lagi terlalu mengandalkan speed seperti bertahun-tahun lalu namun lebih mengutamakan passing, Kaka menjelma jadi salah satu kunci keberhasilan Milan lolos ke babak 16 besar, di mana mereka diundi bertemu Atletico Madrid.
Sejauh ini, Kaka menempati peringkat lima setelah Francesco Totti, Antonio Cassano, Alessandro Diamanti dan Andrea Cossu untuk statistik key passes per game (2,5) di Serie A 2013/14. Itu adalah bukti bahwa peran pengoleksi satu assist dan tiga gol liga serta sebuah gol dan assist di Eropa tersebut masih tergolong krusial bagi Milan.
Di tengah kedigdayaan Bayern Munich, Real Madrid, Barcelona maupun para wakil Premier League, mungkin hampir tak ada yang berani menjagokan Milan untuk bisa meraih prestasi seperti di Athena. Namun, kita tahu bahwa tak ada yang mustahil dalam sepak bola.
Jika memang Milan sanggup mengangkat trofi kompetisi bergengsi ini di Lisbon pada 24 Mei mendatang sekaligus mengulangi memori indah tujuh tahun silam, kesuksesan itu pasti tak bisa dilepaskan dari kontribusi signifikan salah seorang pemainnya.
Ya, pemain itu adalah Kaka. [initial]
Baca Juga:
- 5 Senjata Terkuat Cristiano Ronaldo
- Peringkat Klub La Liga 2013/14 Dari Akurasi Tembakan
- Peringkat Klub EPL 2013/14 Dari Akurasi Tembakan
- Peringkat Klub Serie A 2013/14 Dari Akurasi Tembakan
- 5 Transfer Terbaik La Liga 2013/14
- 5 Transfer Terbaik Serie A 2013/14
- 20 Dribbling Master di 16 Besar UCL 2013/14
- 8 Pertanyaan Untuk Babak 16 Besar UCL 2013/14
- EDITORIAL: 12 Januari 2014, Barca Turun Takhta?
- EDITORIAL: Batistuta, Teladan, Profesional, Legenda
- EDITORIAL: Panenka, Teknik 'Pembunuh' Dari Titik 12 Pas
- EDITORIAL: AC Milan, Kontradiksi Kreativitas dan Ketajaman
- EDITORIAL: Hilangnya Barisan Tembok Baja Italia di Serie A
- 10 Pertandingan Terbaik 2013
- Barisan Spesialis Tendangan Bebas di Serie A
- 10 Momen Hebat Dalam Sejarah AC Milan
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Gabung AC Milan, David Odogu Tak Pernah Bayangkan Bisa Satu Tim dengan Luka Modric
Liga Italia 5 September 2025, 05:55 -
Apa Alasan Liverpool Coret Federico Chiesa Dari Skuad yang Berlaga di Liga Champions?
Liga Champions 4 September 2025, 23:42 -
Skuad Arsenal di Liga Champions: Max Dowman Bikin Kejutan, Gabriel Jesus Absen
Liga Inggris 4 September 2025, 23:03 -
Ayah Santiago Gimenez Sentil AC Milan Yang Ingin Tukar Putranya Dengan Striker Roma
Liga Italia 4 September 2025, 22:59
LATEST UPDATE
-
Prediksi Inggris vs Andorra 6 September 2025
Piala Dunia 5 September 2025, 19:14 -
Bye AC Milan! Ismael Bennacer Putuskan Hengkang ke Klub Kroasia Ini
Liga Italia 5 September 2025, 19:08 -
Jadwal Timnas Indonesia vs Chinese Taipei: Jam Berapa, Tayang di Mana?
Tim Nasional 5 September 2025, 18:16 -
Menang Tak Meyakinkan, Irak Cemas Jelang Lawan Timnas Indonesia
Tim Nasional 5 September 2025, 18:07 -
Tidak Dipanggil Kluivert, Ivar Jenner Doakan Timnas Indonesia Menang atas Chinese Taipei
Tim Nasional 5 September 2025, 17:44 -
Prediksi Armenia vs Portugal 6 September 2025
Piala Dunia 5 September 2025, 17:44 -
Mees Hilgers Mundur dari Timnas Indonesia, Kepala Pemandu Bakat PSSI Angkat Bicara
Tim Nasional 5 September 2025, 17:12 -
Miliano Jonathans Disorot Media Vietnam usai Resmi Bela Timnas Indonesia
Tim Nasional 5 September 2025, 17:03 -
Maarten Paes, Setahun Debut Timnas Indonesia dan Malam Tak Terlupakan di Jeddah
Tim Nasional 5 September 2025, 16:56 -
Hasil FP1 MotoGP Catalunya 2025: Pedro Acosta dan Johann Zarco Memimpin
Otomotif 5 September 2025, 16:42
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24