Mohamed Salah di Persimpangan: Apakah Ia Masih Layak di Skuad Inti Liverpool?

Richard Andreas | 24 Oktober 2025 12:11
Mohamed Salah di Persimpangan: Apakah Ia Masih Layak di Skuad Inti Liverpool?
Aksi Mohamed Salah di laga Liverpool vs Atletico Madrid di Liga Champions di Anfield, Kamis (18/9/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Bola.net - Mohamed Salah meninggalkan lapangan dengan cepat, nyaris tanpa senyum. Usai kemenangan besar Liverpool 5-1 atas Eintracht Frankfurt di Liga Champions, bintang asal Mesir itu sekadar menepuk tangan ke arah suporter tandang sebelum berjalan lurus menuju lorong stadion.

Bahasa tubuhnya bicara banyak: frustrasi, kecewa, dan mungkin tersingkir dari pusat panggung yang dulu selalu miliknya.

Advertisement

Di saat rekan-rekannya berpesta merayakan kemenangan perdana setelah empat kekalahan beruntun, Salah justru menatap kosong. Bukan karena timnya kalah, tetapi karena ia sadar, malam itu Liverpool tampil brilian tanpa dirinya.

Arne Slot, manajer baru yang dikenal berani mengambil risiko, meninggalkannya di bangku cadangan untuk dua laga Eropa berturut-turut. Sebuah hal yang tak pernah terjadi sepanjang delapan tahun kariernya di Anfield.

Ketika akhirnya dimasukkan pada menit ke-74 menggantikan Hugo Ekitike, Salah justru mempertegas alasan kenapa ia tersisih. Dua peluang besar datang, dan dua-duanya terbuang.

Dalam satu momen, ia memilih menembak dari sudut sempit alih-alih memberi umpan mudah ke Florian Wirtz, keputusan yang mencerminkan tekanan seorang pemain yang sedang berusaha keras membuktikan dirinya.

1 dari 4 halaman

Ketika Sang Raja Kehilangan Sentuhan

Ketika Sang Raja Kehilangan Sentuhan

Selebrasi Mohamed Salah dalam laga Liverpool vs Atletico Madrid di Liga Champions 2025/2026, Kamis (18/9/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Dengan hanya tiga gol di seluruh kompetisi, satu di antaranya dari penalti, ini menjadi start terlemah Salah sejak datang dari AS Roma pada 2017.

Kepercayaan diri yang dulu memancar kini tampak memudar. Sentuhan pertamanya kerap lepas, keputusannya di depan gawang tampak ragu, dan ekspresi frustrasi sering terlihat di wajahnya.

Namun, menyimpulkan bahwa Salah telah habis jelas berlebihan. Ia memang sudah 33 tahun, tapi musim baru berjalan tiga bulan.

Slot masih bereksperimen dengan sistem, dan Salah kehilangan dua rekan kreatif utama: Luis Diaz yang pindah ke Bayern Munchen dan Trent Alexander-Arnold yang kini membela Real Madrid. Akibatnya, suplai umpan ke dirinya menurun drastis.

Cody Gakpo kini menjadi pemberi peluang terbanyak untuk Salah, tetapi koneksi itu belum berjalan mulus. Padahal, baru musim lalu, Salah menutup kompetisi dengan 57 kontribusi gol, 34 gol dan 23 assist, serta mendapatkan perpanjangan kontrak dua tahun bernilai 400 ribu pounds per pekan.

Kala itu, banyak yang menganggap ia masih tak tergantikan. Kini, situasinya berbalik: Salah justru menjadi bagian dari masalah yang coba dipecahkan Slot.

2 dari 4 halaman

Luka, Duka, dan Perubahan

Tak bisa diabaikan pula sisi emosional di balik penurunan ini. Kepergian tragis Diogo Jota pada Juli lalu menjadi pukulan berat bagi ruang ganti Liverpool, terutama bagi Salah.

Dalam laga melawan Bournemouth di awal musim, air matanya pecah ketika lagu untuk mendiang Jota menggema dari tribune Kop. Rasa kehilangan itu nyata, dan bisa jadi ikut memengaruhi fokus serta energinya di lapangan.

Di sisi lain, dinamika tim juga berubah. Slot datang membawa pendekatan baru: pressing lebih rapat, formasi fleksibel, dan rotasi agresif.

Dalam kemenangan atas Frankfurt, Liverpool memainkan pola 4-4-2 yang berubah menjadi 4-2-2-2 ketika bertahan, lalu melebar ke 2-4-4 saat menyerang. Dalam sistem ini, pemain sayap dituntut untuk ikut menekan dan menutup ruang, hal yang bukan keahlian utama Salah.

“Sulit membayangkan Salah mengisi peran kanan seperti Wirtz,” tulis laporan pertandingan tersebut. Wirtz tampil luar biasa dengan dua assist dan mobilitas tinggi, sementara Ekitike tampil sebagai ancaman utama di lini depan.

3 dari 4 halaman

Ekitike Naik, Salah Tersingkir

Ekitike Naik, Salah Tersingkir

Bek Chelsea, Marc Cucurella berebut bola dengan winger Liverpool, Mohamed Salah di Stamford Bridge pada lanjutan Liga Inggris 2025-2026. (c) AP Photo/Ian Walton

Hugo Ekitike menjadi simbol perubahan di Anfield. Mantan penyerang Frankfurt itu tampil eksplosif, mencetak gol, dan bahkan menolak selebrasi sebagai bentuk hormat terhadap mantan klubnya.

“Saya mencintai hidup saya di Liverpool,” ujarnya seusai laga. “Saya punya rekan yang hebat dan staf yang luar biasa. Saya hanya ingin terus melakukan hal saya.”

Kata-kata sederhana itu mencerminkan ketenangan pemain yang sedang naik daun. Sementara Salah berjuang mengembalikan kepercayaan diri, Ekitike justru menanjak menjadi pilihan utama.

Ia kini menjadi penyerang paling berpengaruh di sistem Slot, cepat, kuat, dan disiplin taktis. Di belakangnya, Florian Wirtz dan Cody Gakpo menambah dinamika dengan mobilitas tinggi.

Curtis Jones tampil luar biasa di lini tengah dengan 122 operan sukses, rekor tertinggi pemain Liverpool di Liga Champions, sementara Dominik Szoboszlai menutup laga dengan gol spektakuler dari luar kotak penalti. Dalam konteks ini, tak ada alasan kuat untuk mengubah komposisi.

Slot bahkan memilih memainkan Federico Chiesa lebih dulu ketimbang Salah. Jika Isak absen di laga berikutnya, pilihan realistis Slot hanyalah dua: Chiesa atau Salah, dan performa saat ini membuat nama pertama lebih layak.

4 dari 4 halaman

Slot, Keputusan Sulit, dan Masa Depan Sang Legenda

Bagi Slot, keputusan meninggalkan Salah di bangku cadangan bukan sekadar langkah taktis, tapi simbol perubahan kultur. Ia ingin membangun Liverpool yang bermain kolektif, bukan bergantung pada satu bintang. Kemenangan besar di Frankfurt memberinya pembenaran: tim bisa menang besar tanpa Salah.

Namun, menyingkirkan sosok sebesar itu bukan perkara mudah. Salah masih ikon, pemain dengan 200 gol dan status legenda hidup Anfield. Ia pantas mendapatkan respek dan waktu untuk menemukan kembali ritmenya. Tapi Slot tak bisa menunggu terlalu lama di tengah tekanan hasil dan jadwal padat Premier League.

Apakah Salah akan kembali ke starting XI saat melawan Brentford? Semua tergantung keberanian Slot untuk melanjutkan formasi barunya.

Jika performa Ekitike, Wirtz, dan Gakpo terus menyala, maka tempat Salah di tim utama mungkin benar-benar terancam untuk pertama kalinya sejak 2017.