Harga Minyak Anjlok Lagi, Kenapa?

Editor Bolanet | 19 September 2025 09:36
Harga Minyak Anjlok Lagi, Kenapa?
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai. (c) ilustrasi dibuat ai

Bola.net - Harga minyak dunia kembali bergerak di zona merah pada penutupan perdagangan Kamis waktu setempat. Pelemahan ini terjadi di tengah rilis sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat.

Tercatat, harga minyak mentah Brent untuk kontrak berjangka terkoreksi 0,9% ke level USD 67,32 per barel. Sementara itu, patokan West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 1,0% menjadi USD 63,39 per barel.

Advertisement

Koreksi harga ini terjadi meskipun bank sentral AS, The Federal Reserve, baru saja memangkas suku bunga acuannya. Padahal, kebijakan moneter yang lebih longgar biasanya menjadi sentimen positif bagi harga komoditas.

Para pelaku pasar ternyata lebih fokus pada kekhawatiran mengenai prospek ekonomi AS yang melambat. Sentimen negatif ini terbukti lebih kuat daripada optimisme dari stimulus moneter yang digulirkan The Fed.

Sebagai informasi, The Fed telah memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase pada hari Rabu. Bank sentral tersebut juga mengindikasikan adanya potensi penurunan lanjutan hingga akhir tahun ini.

Namun, langkah The Fed ini justru dibaca pasar sebagai konfirmasi bahwa ekonomi AS sedang tidak baik-baik saja. Berbagai data fundamental dari sektor riil pun semakin memperkuat kekhawatiran tersebut.

1 dari 2 halaman

Stimulus The Fed Gagal Angkat Pasar

Langkah The Fed memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya tahun ini ternyata tidak direspons positif oleh pasar minyak. Kebijakan ini justru ditafsirkan sebagai sinyal adanya masalah mendasar pada perekonomian AS.

Menurut Direktur Pelaksana Onyx Capital Group, Jorge Montepeque, langkah tersebut adalah bukti nyata bahwa ekonomi sedang melambat. The Fed dinilai sedang dalam posisi reaktif untuk mencoba memulihkan kembali pertumbuhan.

"Mereka melakukan ini sekarang karena jelas ekonomi sedang melambat," kata Jorge Montepeque seperti dikutip dari CNBC, Jumat (19/9/2025).

"The Federal Reserve sedang berusaha memulihkan pertumbuhan."

2 dari 2 halaman

Tekanan dari Sisi Fundamental

Selain sentimen makro, tekanan juga datang dari fundamental pasar minyak itu sendiri. Data menunjukkan adanya kelebihan pasokan yang berkelanjutan serta permintaan bahan bakar yang lesu di Amerika Serikat.

Laporan terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan kenaikan stok sulingan AS sebanyak 4 juta barel. Angka ini jauh melampaui ekspektasi pasar yang hanya memprediksi kenaikan sebesar 1 juta barel.

Lonjakan stok sulingan tersebut secara langsung meningkatkan kekhawatiran mengenai tingkat permintaan riil di negara konsumen minyak terbesar dunia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor utama yang menekan pergerakan harga.

Di sisi lain, data dari sektor perumahan juga turut memperlemah sentimen. Pembangunan rumah keluarga tunggal di AS dilaporkan anjlok ke level terendah dalam hampir 2,5 tahun pada bulan Agustus lalu.

TAG TERKAIT

LATEST UPDATE