
Bola.net - Cerita menarik datang dari Hakan Sukur. Legenda sepak bola Turki tersebut kini bernasib jauh berbeda dengan saat ia masih berada dalam puncak kariernya.
Pada masa jayanya, Sukur dikenal sebagai salah satu penyerang paling berbahaya di Eropa. Sosok yang kini berusia 48 tahun itu selalu menyumbang banyak gol dalam tiga kali periode bersama Galatasaray.
Sukur pernah berkelana ke Italia untuk memperkuat klub raksasa Serie A, Inter Milan. Tak hanya itu, Sukur juga sempat bermain untuk Torino, Parma, dan Blackburn Rovers.
Di level internasional, Sukur mengoleksi 112 caps bersama tim nasional Turki dengan mencetak 51 gol. Sukur menjadi salah satu aktor utama dalam tim Turki yang tampil luar biasa di pentas Euro 2000 dan Piala Dunia 2002 silam.
Terjun ke Politik
Selepas pensiun pada 2008 silam, Sukur sempat bekerja sebagai komentator di televisi sebelum kemudian memilih terjun ke dunia politik di negaranya.
Pada 2011 silam, Sukur terpilih menjadi Anggota Parlemen Turki dari Provinsi Istanbul. Masalah mulai timbul pada 2013 ketika ia diketahui memiliki hubungan dengan organisasi ekstrimis Islam, Gulen.
Setelah tetap menjadi Anggota Parlemen dengan status independen, Sukur terlibat masalah pada 2016 ketika ia dituduh menghina Presiden Recep Tayyip Erdogan di Twitter. Baru-baru ini Sukur mencurahkan isi hatinya dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, Welt am Sonntag.
"Saya tak punya apa pun, Erdogan mengambil semuanya: hak saya untuk bebas, kemerdekaan dalam berekspresi dan hak bekerja saya," keluh Sukur.
Perjuangan di Amerika Serikat
Sukur pun sempat menjadi buronan karena dianggap menjadi anggota Gulen yang kini disebut sebagai organisasi teroris. Sukur akhrirnya memilih mengasingkan diri ke Amerika Serikat pada November 2017 lalu.
Namun, perjuangan di Negeri Paman Sam rupanya tak berjalan mulu. Sukur pun kini terpaksa mengais rezeki dari bekerja sebagai supir angkutan online Uber.
"Tak seorang pun bisa menjelaskan apa peran saya dalam pergerakan ilegal ini. Saya tak pernah melakukan segala sesuatu yang ilegal, saya bukanlah seorang pengkhianat atau teroris," tutur Sukur.
"Saya mungkin menjadi musuh dari Pemerintah, tapi bukan musuh negara Turki. Saya mencintai negara saya. Setelah konflik dengan Erdogan, saya mulai menerima ancaman. Toko milik istri saya diserang, anak saya dilecehkan, ayah saya dipenjara dan semua aset saya disita," lanjutnya.
"Jadi saya pindah ke Amerika Serikat, awalnya untuk membuka kafe di California, tapi orang-orang aneh terus berdatangan ke bar. Sekarang saya menjadi supir Uber dan saya menjual buku," ungkapnya.
Sumber: Welt am Sonntag
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 18:40
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 17:44
Union SG vs Inter Milan: Improvisasi di Lini Depan sang Wakil Italia
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 17:33
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 05:23
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 04:59
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 04:47
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 04:35
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 04:26
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 04:14
BERITA LAINNYA
-
bolatainment 21 Oktober 2025 15:47
-
bolatainment 17 Oktober 2025 17:38
-
bolatainment 17 Oktober 2025 15:14
-
bolatainment 17 Oktober 2025 14:41
-
bolatainment 17 Oktober 2025 10:57
-
bolatainment 15 Oktober 2025 14:55
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...