
Bola.net - Sebuah tanggapan dilontarkan Dito Arief terkait tidak diakuinya PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menurut mantan CEO Persema Malang ini, pembekuan PSSI bukanlah masalah politik yang harus diselesaikan secara politik juga.
"Sepakbola bukan perkara dukung mendukung Koalisi Merah Putih atau Koalisi Indonesia Hebat, melainkan dukung mendukung terciptanya sepakbola Indonesia yang berprestasi, kompetisi fair yang dikelola oleh federasi dan operator liga secara profesional dan akuntabel," papar Dito.
"Sepakbola bukan sekadar menang atau kalah, benar atau salah, melainkan bagaimana menempatkan nilai-nilai universal sportivitas, equality dan fairplay sebagai landasan utama," sambung aktivis salah satu partai politik ini.
Sebelumnya, terhitung Jumat (17/04) lalu, Kemenpora menegaskan tak mengakui seluruh kegiatan PSSI. Keputusan ini dituangkan melalui surat bernomor 01307 yang ditandatangani langsung Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Dalam surat tersebut, dijelaskan bahwa Kemenpora akan membentuk tim transisi usai pembekuan tersebut.
Selain dukungan, pembekuan PSSI ini juga mengundang sejumlah suara sumbang. Bahkan ada yang mengaitkan hal ini sebagai upaya pemerintah menyingkirkan orang-orang yang berasal dari parpol oposisi dari PSSI.
PSSI sendiri juga menempuh sejumlah langkah politis. Selain mengadu ke Wakil Presiden Jusuf Kalla, mereka juga mengadu ke Komisi X DPR-RI. Bahkan, Komisi X sudah menebar ancaman bakal memanggil Kemenpora dan mengevaluasi keberadaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Menurut Dito, politisasi adalah hal yang membuat sepakbola Indonesia jalan di tempat. Pasalnya, sistem organisasi dan pembinaan yang dilakukan PSSI cenderung menggunakan pendekatan politik dan kepentingan.
"Dimulai hegemoni Nurdin Halid, Ketum PSSI yang juga pesakitan kasus korupsi, munculnya dualisme liga, dualisme federasi hingga akhirnya terjadi "kudeta kembali" PSSI oleh orang-orang lama yang berkolaborasi dengan kepentingan politik," tukasnya.
Lebih lanjut, Dito mengajak agar masyarakat terus kritis terhadap pemerintahan Jokowi-JK. Namun, dia menegaskan, akan terus mendukung hal baik yang dilakukan pemerintah, termasuk pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
"Mari dukung pembekuan PSSI, dukung tata kelola sepakbola Indonesia yang lebih baik untuk membentuk federasi baru, bersih dari mafia sepakbola. Jangan terpancing isu, opini dan dagelan yang sengaja dibentuk seolah-olah sanksi FIFA adalah kiamat bagi sepakbola Indonesia," tandasnya. [initial]
(den/pra)
"Sepakbola bukan perkara dukung mendukung Koalisi Merah Putih atau Koalisi Indonesia Hebat, melainkan dukung mendukung terciptanya sepakbola Indonesia yang berprestasi, kompetisi fair yang dikelola oleh federasi dan operator liga secara profesional dan akuntabel," papar Dito.
"Sepakbola bukan sekadar menang atau kalah, benar atau salah, melainkan bagaimana menempatkan nilai-nilai universal sportivitas, equality dan fairplay sebagai landasan utama," sambung aktivis salah satu partai politik ini.
Sebelumnya, terhitung Jumat (17/04) lalu, Kemenpora menegaskan tak mengakui seluruh kegiatan PSSI. Keputusan ini dituangkan melalui surat bernomor 01307 yang ditandatangani langsung Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Dalam surat tersebut, dijelaskan bahwa Kemenpora akan membentuk tim transisi usai pembekuan tersebut.
Selain dukungan, pembekuan PSSI ini juga mengundang sejumlah suara sumbang. Bahkan ada yang mengaitkan hal ini sebagai upaya pemerintah menyingkirkan orang-orang yang berasal dari parpol oposisi dari PSSI.
PSSI sendiri juga menempuh sejumlah langkah politis. Selain mengadu ke Wakil Presiden Jusuf Kalla, mereka juga mengadu ke Komisi X DPR-RI. Bahkan, Komisi X sudah menebar ancaman bakal memanggil Kemenpora dan mengevaluasi keberadaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Menurut Dito, politisasi adalah hal yang membuat sepakbola Indonesia jalan di tempat. Pasalnya, sistem organisasi dan pembinaan yang dilakukan PSSI cenderung menggunakan pendekatan politik dan kepentingan.
"Dimulai hegemoni Nurdin Halid, Ketum PSSI yang juga pesakitan kasus korupsi, munculnya dualisme liga, dualisme federasi hingga akhirnya terjadi "kudeta kembali" PSSI oleh orang-orang lama yang berkolaborasi dengan kepentingan politik," tukasnya.
Lebih lanjut, Dito mengajak agar masyarakat terus kritis terhadap pemerintahan Jokowi-JK. Namun, dia menegaskan, akan terus mendukung hal baik yang dilakukan pemerintah, termasuk pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
"Mari dukung pembekuan PSSI, dukung tata kelola sepakbola Indonesia yang lebih baik untuk membentuk federasi baru, bersih dari mafia sepakbola. Jangan terpancing isu, opini dan dagelan yang sengaja dibentuk seolah-olah sanksi FIFA adalah kiamat bagi sepakbola Indonesia," tandasnya. [initial]
Jangan Lewatkan!
- 'Pembekuan PSSI, Awal Era Baru Sepakbola Nasional'
- Dibekukan, PSSI Ingin Kembali Bertemu Jusuf Kalla dan AFC
- PSSI Dibekukan, Persipura Harap QNB League Tetap Berjalan
- PSSI Dibekukan, Andik Malah Jadi Bintang di Negeri Orang
- PSSI Dibekukan, Jokowi Diminta Turun Tangan
- Suporter Madura Bersatu Dukung Pembekuan PSSI
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:07
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:06
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:05
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:04
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:03
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 01:02
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...