Antara Sabar dan Panik: Realitas Proyek Panjang Ruben Amorim di Manchester United

Antara Sabar dan Panik: Realitas Proyek Panjang Ruben Amorim di Manchester United
Pelatih Manchester United, Ruben Amorim. (c) AP Photo/Bernat Armangue

Bola.net - Tidak ada tempat di sepak bola modern yang lebih penuh tekanan daripada kursi manajer Manchester United. Setiap kemenangan dirayakan bak kebangkitan, sementara setiap kekalahan segera memunculkan seruan perubahan.

Ruben Amorim kini berada di tengah pusaran itu, seorang pelatih muda dengan visi besar, namun dihadapkan pada ekspektasi publik yang sering kali tak mengenal waktu.

Sejak mengambil alih tim yang tengah mencari arah, Amorim berusaha menanamkan identitas baru: sepak bola proaktif, berbasis data, dan fokus pada regenerasi skuad.

Namun perjalanan menuju stabilitas jarang berjalan mulus. Naik-turun performa di awal musim membuat emosi para pendukung terus berayun, dari optimisme ke kekecewaan hanya dalam hitungan pekan.

Yang kini dipertanyakan bukan hanya hasil, tetapi juga arah. Apakah proyek Amorim cukup kuat untuk bertahan di tengah badai? Ataukah tekanan demi tekanan akan memaksa klub kembali pada siklus lama, mencari solusi instan dan melupakan rencana besar yang baru dimulai?

1 dari 3 halaman

Antara Ekspektasi dan Realitas

Dua puluh tahun lalu, finis di peringkat ketiga dianggap kegagalan bagi Manchester United. Kini, finis di enam besar sudah dianggap kemajuan.

Penurunan ekspektasi ini bukan karena fans menyerah, tapi karena mereka mulai menerima kenyataan: klub sedang membangun ulang. Target musim ini sederhana tapi signifikan, tiket Eropa musim depan.

Dengan hanya 42 poin musim lalu, United tertinggal jauh dari Aston Villa yang finis di peringkat keenam dengan 66 poin. Perbedaannya bukan pada pertahanan, tapi serangan. United mencetak gol lebih sedikit dari hampir semua tim di atas zona degradasi.

Karena itu, Amorim mendatangkan tiga penyerang baru: Benjamin Sesko, Matheus Cunha, dan Bryan Mbeumo. Ketiganya dipandang sebagai fondasi serangan baru, meski adaptasi mereka masih berjalan.

Para pelatih melihat potensi besar di latihan, berharap performa itu segera tercermin di pertandingan. Jika United mampu menambah 20-25 poin dibanding musim lalu, setara tujuh kemenangan tambahan, target Eropa bukan mimpi kosong.

2 dari 3 halaman

Logika di Balik Pembangunan dan Tantangan Waktu

Logika di Balik Pembangunan dan Tantangan Waktu

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim dan para pemain MU usai laga melawan Arsenal di Old Trafford, 17 Agustus 2025 lalu. (c) AP Photo/Dave Thompson

Proyek Amorim bukan sekadar reaksi jangka pendek. Rekrutmen dilakukan dengan visi jangka panjang. Namun, waktu adalah musuh. United belum mencatatkan dua kemenangan beruntun di liga musim ini, statistik yang mencemaskan untuk klub sebesar ini.

Rencana selanjutnya jelas: memperkuat lini tengah dan pertahanan. Tapi untuk saat ini, Amorim diminta memaksimalkan apa yang ada. Para pemain baru butuh waktu untuk menyatu, dan kesalahan akan terjadi, seperti halnya di era manajer sebelumnya.

Fans pun harus mengingat: tidak ada protes besar ketika nama-nama seperti McTominay, Antony, atau Rashford dilepas.

Jadwal awal musim ini juga tidak membantu. Lima laga pertama diisi lawan-lawan berat, membuat posisi klasemen tampak lebih buruk dari kenyataan.

Dalam skenario tertentu, United bisa saja bersaing di papan atas bila hasil di laga berikut berpihak. Namun setiap kekalahan kini dibesar-besarkan, menciptakan siklus emosi yang tidak sehat.

3 dari 3 halaman

Tantangan Mental dan Kesabaran Publik

Manchester United selalu menjadi magnet pemberitaan, kegagalan mereka sama menariknya dengan kemenangan. Namun, di balik sorotan media, ada fakta bahwa klub-klub lain pun sedang berjuang.

Aston Villa, Brighton, Newcastle, bahkan Chelsea juga belum tampil konsisten. Artinya, posisi United belum seburuk yang dibayangkan sebagian publik.

Meski tersingkir dari Carabao Cup terasa menyakitkan, manajemen melihatnya sebagai bagian dari proses. Kekalahan itu memang mengurangi kesempatan bermain dan peluang trofi, tapi fokus kini bergeser ke stabilitas di liga.

Finis di peringkat enam akan menjadi tanda bahwa fondasi mulai kokoh, meski jalan menuju sana masih penuh rintangan.

Ruben Amorim kini berada di titik krusial. Manajemen masih percaya pada visinya, tapi setiap hasil buruk bisa menggerus kepercayaan publik.