Enzo Maresca Terus Tertekan di Chelsea: Euforia Hilang, Proyek Tim Mulai Diragukan?

Enzo Maresca Terus Tertekan di Chelsea: Euforia Hilang, Proyek Tim Mulai Diragukan?
Pelatih Chelsea, Enzo Maresca memberikan instruksi kepada para pemain saat melawan Bayern Munchen di Liga Champions, 18 Sept 2025 lalu. (c) AP Photo/Martin Meissner

Bola.net - Euforia setelah menjuarai Conference League, kualifikasi Liga Champions, dan kemenangan di Piala Dunia Antarklub kini terasa seperti kenangan jauh bagi Chelsea.

Klub London Biru yang sempat digadang akan bangkit di bawah Enzo Maresca, kini justru mulai menghadapi gejolak di awal musim 2025/26.

Kekalahan 1-3 dari Brighton di Stamford Bridge menjadi puncak dari kekecewaan. Chelsea sempat unggul, tapi kartu merah Trevoh Chalobah mengubah segalanya.

Dua gol di masa tambahan waktu membuat publik Stamford Bridge bereaksi dingin, dengan siulan dan sorakan kecewa mengiringi langkah para pemain keluar lapangan.

Di tengah hasil buruk ini, posisi Maresca mulai disorot. Target manajemen jelas: kualifikasi Liga Champions musim ini, namun performa dengan hanya delapan poin dari enam laga membuat tekanan semakin terasa.

1 dari 3 halaman

Manajemen Turun Tangan, Maresca Santai Menanggapi

Ketegangan makin tampak ketika lima pejabat klub, termasuk dua direktur olahraga Paul Winstanley dan Laurence Stewart, serta co-owner Behdad Eghbali, masuk ke ruang ganti usai kekalahan dari Brighton.

Maresca mencoba meredam isu dengan menyebut kunjungan itu sebagai hal biasa.

“Mereka memang selalu masuk ke ruang ganti setelah laga. Kami punya ruang rapat di sana untuk membahas pertandingan. Tidak ada yang berbeda,” ujarnya.

Namun, di balik pernyataan tenang itu, tanda-tanda ketidakharmonisan mulai muncul. Dalam beberapa pekan terakhir, Maresca telah melontarkan komentar yang terkesan menyindir kebijakan klub, terutama soal transfer dan komposisi skuad.

2 dari 3 halaman

Ketegangan Soal Skuad dan Transfer

Ketegangan Soal Skuad dan Transfer

Bek Chelsea Trevoh Chalobah (kanan) dan Moises Caicedo merayakan gol ke gawang Manchester United di Old Trafford. (c) AP Photo/Dave Thompson

Sumber ketegangan pertama muncul pada pertengahan Agustus, ketika Levi Colwill cedera jangka panjang.

Maresca menginginkan bek pengganti dengan kemampuan membangun serangan dari belakang, namun klub memintanya bekerja dengan opsi yang ada: Chalobah, Badiashile, Fofana, Acheampong, dan rekrutan muda Jorrel Hato.

Komentarnya kepada media cukup tegas: “Klub tahu persis apa yang saya pikirkan,” ucapnya, sebelum menambahkan bahwa hanya sedikit pemain yang bisa menggantikan peran Colwill dalam penguasaan bola.

Chelsea justru mengalihkan fokus transfer ke depan dengan mendatangkan Alejandro Garnacho dari Manchester United senilai 40 juta pounds, pemain yang sejauh ini baru tampil sekali sebagai pemain pengganti di liga.

Keputusan lain seperti memanggil kembali Marc Guiu dari Sunderland tak banyak membantu. Penyerang muda itu belum sekali pun dimainkan, dan Acheampong, produk akademi yang dijanjikan kesempatan, nyaris tak tersentuh.

3 dari 3 halaman

Isyarat Ketidakpuasan yang Mulai Terlihat

Dalam konferensi pers sebelum kemenangan di Carabao Cup atas Lincoln, Maresca sempat memuji Liverpool sebagai contoh klub dengan strategi rekrutmen yang jelas.

“Jika mereka terus seperti ini, mustahil mengejar mereka, bukan hanya kami, tapi semua klub,” ujarnya.

Pernyataan itu kontras dengan komentarnya setelah kalah dari Brighton, ketika ia menyebut minimnya pengalaman skuad sebagai penyebab kesalahan yang fatal.

Lebih jauh, ia juga menyinggung soal Axel Disasi, bek yang masuk “bomb squad” alias daftar pemain tersisih.

“Klub tidak memberi kabar apa pun, jadi tidak ada berita baru,” katanya.

Maresca memang menghadapi badai cedera serius. Empat bek tengah utama absen, disusul Cole Palmer dan Liam Delap. Krisis ini membuat rotasi menjadi terbatas dan memaksa penggunaan pemain muda tanpa pengalaman.