Di Balik Pesta Skotlandia, Ada Andy Robertson yang Menyembunyikan Tangisan Soal Diogo Jota

Di Balik Pesta Skotlandia, Ada Andy Robertson yang Menyembunyikan Tangisan Soal Diogo Jota
Andrew Robertson (kiri depan) dan Lawrence Shankland (kanan depan) bersama pemain Skotlandia merayakan kelolosan mereka setelah mengalahkan Denmark pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Glasgow, Selasa (18/11/2025) (c) Jane Barlow/PA via AP

Bola.net - Andy Robertson menjadi sorotan utama saat Skotlandia memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya sejak 1998. Kapten tim itu mengaku sangat emosional sebelum laga karena terus teringat mantan rekannya di Liverpool, Diogo Jota.

Kemenangan dramatis 4-2 atas Denmark di Hampden Park menjadi tiket emas bagi skuad asuhan Steve Clarke menuju Amerika Utara. Namun, di balik euforia tersebut, Robertson justru berjuang melawan gejolak batin yang hebat menjelang kick-off.

Pemain berposisi bek kiri itu terkenang percakapannya dengan mendiang Jota yang meninggal dunia dalam kecelakaan mobil pada musim panas lalu. Bayang-bayang sahabatnya itu membuat persiapan mental Robertson sedikit terganggu.

Situasi ini menjadi sangat personal bagi Robertson mengingat ini mungkin kesempatan terakhirnya tampil di panggung dunia. Rasa kehilangan dan ambisi besar bercampur aduk menjadi satu dalam benaknya sepanjang hari.

1 dari 4 halaman

Kenangan Pilu Bersama Diogo Jota

Kenangan Pilu Bersama Diogo Jota

Para pemain dan staf pelatih Skotlandia merayakan kelolosan mereka usai menaklukkan Denmark pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Hampden Park, Glasgow, Rabu (19/11/2025) dini hari WIB (c) Andrew Milligan/PA via AP

Robertson mengaku dirinya merasa hancur berantakan sebelum pertandingan dimulai meski terlihat tegar di luar. Ia menyadari faktor usia membuatnya harus memanfaatkan peluang emas ini sebaik mungkin.

Pikirannya tidak bisa lepas dari sosok Diogo Jota yang selama ini menjadi teman diskusinya soal turnamen akbar tersebut. Keduanya memang memiliki kedekatan emosional yang kuat semasa bermain bersama.

"Saya menyembunyikannya dengan baik, tapi hari ini saya hancur berkeping-keping. Saya tahu usia saya saat ini, ini bisa jadi kesempatan terakhir saya untuk pergi ke Piala Dunia," ujar Robertson kepada BBC.

"Saya tidak bisa mengeluarkan teman saya, Diogo Jota, dari kepala saya hari ini. Kami bicara sangat banyak tentang Piala Dunia," sambungnya.

2 dari 4 halaman

Janji Piala Dunia yang Sempat Tertunda

Janji Piala Dunia yang Sempat Tertunda

Scott McTominay berselebrasi bersama rekan-rekannya setelah Kenny McLean mencetak gol keempat Skotlandia dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Denmark. (c) Andrew Milligan/PA via AP

Kenangan Robertson melayang pada nasib kurang beruntung yang pernah menimpa mereka berdua di edisi sebelumnya. Jota harus absen karena cedera, sementara Robertson gagal membawa negaranya lolos kualifikasi.

Mereka sering berdiskusi dan membayangkan bagaimana rasanya bisa tampil di ajang sekelas Piala Dunia. Hal inilah yang membuat Robertson sempat mengalami momen sulit saat berada sendirian di kamarnya.

"Dia melewatkannya terakhir kali karena cedera, saya melewatkannya karena Skotlandia tidak lolos dan kami selalu membahas bagaimana rasanya pergi ke Piala Dunia. Saya sedikit bermasalah di kamar saya sebelumnya," tutur Robertson.

"Saya pikir saya menyembunyikannya dengan baik dari para pemain lain," tambah Andy Robertson.

3 dari 4 halaman

Keyakinan Akan Kehadiran Jota

Meski dirundung kesedihan, Robertson meyakini bahwa sahabatnya itu tetap melihat perjuangannya dari tempat yang berbeda. Keyakinan inilah yang kemudian menjadi salah satu kekuatan mentalnya di lapangan.

Wajah Diogo Jota terus berputar di kepalanya sepanjang hari yang bersejarah itu. Ia merasa sang sahabat ikut tersenyum melihat keberhasilan Skotlandia mematahkan kutukan 28 tahun.

"Saya tahu dia akan berada di suatu tempat tersenyum pada saya malam ini. Saya tidak bisa mengeluarkannya dari kepala saya sepanjang hari," ucap Robertson dengan haru.

"Itu benar-benar menggambarkan skuad ini. Jangan pernah menyerah, kami terus melaju sampai akhir," tegasnya mengomentari semangat juang tim.

4 dari 4 halaman

Pidato Pelatih dan Malam Terindah

Pertandingan sendiri berjalan sangat gila dengan Skotlandia sempat dua kali disamakan oleh Denmark yang bermain dengan 10 orang. Namun, gol Kieran Tierney dan gol indah Kenny McLean memastikan kemenangan tuan rumah.

Robertson menyebut keberhasilan ini tak lepas dari pidato luar biasa manajer Steve Clarke sebelum laga. Sang pelatih mengingatkan kembali momen-momen besar yang telah mereka lalui bersama.

"Satu dari pertandingan sepak bola paling gila. Kami tentu saja membuat negara ini menderita, tapi saya yakin itu sepadan, kami pergi ke Piala Dunia dan saya tidak bisa mempercayainya," kata Robertson.

"Dia (pelatih) membahas momen-momen besar yang kami miliki. Dia berkata, 'mari buat satu lagi'. Melakukannya untuk dia, untuk semua staf, semua keluarga, ini adalah salah satu malam terhebat dalam hidup saya," pungkas Andy Robertson.