Pierluigi Collina dan Cerita Pahit dari Kolega: Dari Kekaguman Menjadi Kekecewaan

Pierluigi Collina dan Cerita Pahit dari Kolega: Dari Kekaguman Menjadi Kekecewaan
Ketua Komite Wasit FIFA, Pierluigi Collina. (c) dok.FIFA

Bola.net - Nama Pierluigi Collina selama ini melekat erat dengan citra sempurna seorang wasit: tegas, berwibawa, dan dihormati di seluruh dunia. Ia dianggap sebagai wajah ideal perwasitan internasional—ikon yang tak tergantikan sejak gantung peluit. Namun, di balik penghormatan itu, tersimpan cerita yang tak selalu seindah tayangan kamera.

Jonas Eriksson, mantan wasit FIFA asal Swedia, membuka sisi lain Collina dalam sebuah wawancara. Pengadil yang pernah memimpin laga di Liga Champions, Piala Dunia 2014, hingga final Liga Europa 2016 itu mengungkap kekecewaan mendalam terhadap sosok yang dulu ia puja. “Saya rasa kita semua ingat dia sebagai wasit hebat,” ujarnya membuka kisah, dikutip dari talkSPORT.

Namun, seiring waktu, hubungan Eriksson dan Collina retak menjelang masa pensiun Eriksson pada 2018. Dalam pengakuannya, Collina adalah pribadi yang jauh berbeda ketika kamera tak lagi merekam. Dari sana, cerita ini bermula.

1 dari 4 halaman

Kekaguman yang Tak Bertahan Lama

Jonas Eriksson awalnya mengakui kekagumannya terhadap Collina sebagai wasit. Namun, kekaguman itu tak bertahan lama. “Sebagai pemimpin wasit, sebagai atasan, dialah orang terburuk yang bisa Anda miliki,” katanya tegas tanpa basa-basi.

Menurut Eriksson, di balik senyum dan wibawa yang sering ditampilkan di hadapan publik, Collina justru menunjukkan sikap bertolak belakang di ruang tertutup. “Saat kamera menyorot, dia tersenyum dan segalanya tampak bahagia. Begitu kamera mati, dia membalikkan badan,” ungkapnya.

Ia juga mengungkap bahwa banyak kolega merasa tidak nyaman, tapi memilih diam. “Ketika orang menyampaikan pendapat yang tidak dia suka, mereka langsung ‘dilempar ke bawah bus’,” kata Eriksson, merujuk pada sikap menyingkirkan orang yang dianggap mengganggu narasi tunggal.

2 dari 4 halaman

Komunikasi yang Gagal Total

Dalam kesaksiannya, Eriksson menyoroti betapa buruknya komunikasi yang dibangun oleh Collina. Menurutnya, Collina kerap mengajak berdiskusi, tapi reaksi yang muncul saat ada pendapat berbeda justru mematikan ruang dialog. “Cara dia berkomunikasi—atau tidak berkomunikasi—sangat bermasalah,” ucap Eriksson.

Situasi semakin mengecewakan ketika Eriksson tidak terpilih menjadi wasit di Piala Dunia 2018. Pengumuman resmi keluar pada 17 November 2017, tapi ia baru mengetahuinya lewat daftar di media The Guardian. Tidak ada kabar, tidak ada penjelasan dari Collina.

Eriksson pun mencoba menghubungi langsung. “Saya menelepon, dia menekan tombol sibuk. Saya kirim pesan, ‘Tolong telepon, saya perlu bicara.’” Namun, menurutnya, tak pernah ada tanggapan. Komunikasi di antara mereka terputus sejak saat itu.

3 dari 4 halaman

Integritas yang Dipertanyakan

Tak hanya soal komunikasi, Eriksson juga mempertanyakan integritas Collina ketika menerima jabatan konsultan di Ukraina dengan bayaran £500.000 per tahun—sekitar Rp10 miliar—di tengah larangan FIFA bagi wasit aktif menerima pekerjaan luar. “Hukum permainan tampaknya berbeda untuk orang lain dibanding untuknya,” sindir Eriksson.

Kekecewaan itu mencapai puncaknya saat namanya benar-benar tak masuk ke daftar Piala Dunia 2018. “Karier saya berakhir, mungkin Anda pikir saya pahit. Ini sudah enam, tujuh tahun lalu,” ujarnya. Namun, ia menekankan bahwa perasaannya lebih condong pada kecewa, bukan kemarahan.

Menurut Eriksson, hal yang paling menyakitkan bukan keputusan itu, melainkan sikap Collina yang menghindar. “Dia menghindar karena tak sanggup mengatakan yang sebenarnya,” ujarnya. Bagi Eriksson, diamnya Collina justru terasa lebih menyakitkan dibanding keputusan apa pun.

4 dari 4 halaman

Tidak akan Ada Rekonsiliasi

Ketika ditanya apakah ia masih ingin berbicara lagi dengan Collina, Eriksson menjawab singkat. “Saya berjanji pada diri sendiri, kalau bertemu dia, saya akan berjalan lurus saja,” ujarnya. Sikap tegas ini menjadi sinyal bahwa hubungan mereka benar-benar telah usai.

Sebenarnya, momen bertemu sempat terbuka saat Piala Dunia Wanita 2023 di Australia dan Selandia Baru. Saat itu, Eriksson hadir sebagai tamu Federasi Sepak Bola Swedia di ruang VIP. Ia sempat membayangkan pertemuan kembali dengan sang mantan bos. “Saya pikir, mari lihat apakah saya akan bertemu dia,” kenangnya.

Dalam satu momen, Sekjen FIFA asal Swedia, Mattias Grafstrom, sempat bercanda. “Grafstrom bertanya, ‘Kita foto lalu kirim ke Collina?’ Saya jawab, ‘Tidak, jangan,’” ucap Eriksson sambil tersenyum. Bagi Eriksson, bab tentang Collina sudah ditutup rapat. Tak perlu foto. Tak perlu lagi bicara. Tak perlu ada akhir bahagia.

Sumber: talkSPORT