Penghormatan Timnas Wanita Portugal untuk Diogo Jota di Laga Euro 2025

Penghormatan Timnas Wanita Portugal untuk Diogo Jota di Laga Euro 2025
Pemain Timnas Portugal menundukkan kepala dalam hening untuk mengenang Diogo Jota, penyerang Liverpool dan Portugal, yang wafat dalam kecelakaan mobil di Spanyol. (c) AP Photo/Martin Meissner

Bola.net - Duka adalah tamu yang tak diundang, ia datang tanpa mengenal waktu dan tempat. Bahkan di tengah hingar bingar pesta sepak bola sekelas Euro Wanita 2025, duka bisa hadir menyelimuti hati.

Laga pembuka antara dua raksasa Iberia, Portugal dan Spanyol, seharusnya menjadi panggung rivalitas. Namun takdir mengubahnya menjadi sebuah kanvas untuk melukiskan rasa kehilangan yang sama.

Ini bukan lagi sekadar pertandingan, melainkan sebuah prosesi penghormatan dari sebuah bangsa. Sebuah pesan tulus untuk salah satu putra terbaik mereka, Diogo Jota, yang telah berpulang.

Dari keheningan yang magis di lapangan hingga spanduk cinta dari tribun, laga ini menjadi bukti. Sebuah bukti bahwa dalam sepak bola, memori dan kemanusiaan adalah juara yang sesungguhnya.

1 dari 3 halaman

Saat Rivalitas Melebur dalam Keheningan

Saat Rivalitas Melebur dalam Keheningan

Pemain dan suporter mengheningkan cipta untuk mengenang Diogo Jota, yang meninggal dalam kecelakaan mobil, jelang laga Euro 2025 antara Spanyol vs Portugal di Stadion Wankdorf, Kamis, 3 Juli 2025. (c) AP Photo/Til Buergy

Untuk sekitar dua puluh detik yang terasa abadi, warna-warni kebesaran Portugal dan Spanyol seakan melebur menjadi satu. Warna duka yang diwakili oleh pita hitam yang melingkar di lengan setiap pemain.

Peluit wasit yang biasanya menjadi penanda pertarungan, kali ini menjadi penanda dimulainya sebuah keheningan. Sebuah bahasa universal yang dimengerti semua orang untuk menyampaikan rasa hormat dan kehilangan.

Tepuk tangan yang pecah setelahnya bukanlah untuk sebuah gol atau aksi gemilang. Melainkan sebuah apresiasi tulus untuk sebuah kehidupan yang telah memberikan banyak hal, yang kini harus berakhir terlalu cepat.

2 dari 3 halaman

Sebuah Kenangan Bernama Diogo Jota

Bagi pelatih Timnas Wanita Portugal, Francisco Neto, kehilangan ini terasa begitu personal. Ini bukan hanya kehilangan seorang pahlawan nasional, tapi kehilangan sosok yang ia kenal baik.

Dalam suaranya yang bergetar, Neto melukiskan sosok Jota bukan sebagai superstar yang jauh di atas sana. Melainkan sebagai seorang patriot sejati yang rendah hati dan begitu peduli.

"Diogo mengikuti tim kami karena dia mencintai negaranya," ungkap Neto, mengenang bagaimana Jota selalu tahu hasil pertandingan tim wanita. Sebuah kenangan manis tentang pemuda yang ia kenal sejak masih berseragam tim U-19.

3 dari 3 halaman

Warisan yang Tak Akan Pernah Padam

Gema penghormatan tidak hanya datang dari sebelas pemain di lapangan. Di sudut-sudut tribun, untaian kata cinta dibentangkan oleh para suporter dalam spanduk-spanduk sederhana.

"Terima kasih, Diogo. Terima kasih, Andre. Sepak bola menjadi lebih miskin... begitu pula kami. Kalian tak akan pernah terlupakan," begitu bunyi pesan tulus dari mereka yang mencintainya.

Bahkan, penghormatan ini akan diabadikan oleh negara secara resmi. Presiden Parlemen Portugal, Jose Aguiar Branco, menegaskan bahwa warisan Jota dan adiknya akan dihormati selamanya dalam sejarah olahraga nasional.