Final Munchen 2025: Tiga dekade setelah Marseille menggulingkan AC Milan

Gia Yuda Pradana | 30 Mei 2025 16:52
Final Munchen 2025: Tiga dekade setelah Marseille menggulingkan AC Milan
Trofi Liga Champions (c) AP Photo/Francisco Seco

Bola.net - Munchen kembali jadi simpul takdir antara Prancis dan Italia. Tiga dekade setelah Marseille menggulingkan AC Milan di Olympiastadion, kini giliran PSG dan Inter Milan yang bersua di Allianz Arena, Minggu dini hari, 1 Juni 2025.

Final Liga Champions ini lebih dari sekadar perebutan trofi. Ini tentang sejarah, warisan, dan penebusan antara dua negara dengan akar sepak bola yang dalam. Di tempat yang sama, cerita lama dipanggil ulang untuk diberi akhir baru.

Advertisement

Dari Basile Boli ke Lautaro Martinez, dari sundulan emas ke tekel dan pressing modern. PSG dan Inter akan menuliskan bab baru di panggung yang pernah mengabadikan momen abadi.

1 dari 5 halaman

Jalan Sunyi dari Paris

Parc des Princes bergetar saat peluit panjang dibunyikan pada 8 Mei 2025. PSG baru saja menyingkirkan Arsenal dengan agregat 3-1, menegaskan langkah menuju final dengan kepala tegak.

Fabian Ruiz dan Achraf Hakimi mencetak gol penting dalam laga leg kedua, menenggelamkan perlawanan The Gunners yang sempat bangkit lewat aksi Bukayo Saka. PSG tampil penuh kontrol dan ketenangan.

Tak ada letupan emosi berlebihan dari pasukan Luis Enrique. Dengan keunggulan sejak leg pertama, mereka tampil dewasa. Kini, harapan sepak bola Prancis kembali ditumpukan pada klub ibu kota itu.

2 dari 5 halaman

Bayang-bayang Masa Lalu dan Misi Baru

Kenangan 1993 tak pernah benar-benar hilang dari ingatan publik Prancis. Marseille memang juara, tapi bayangan skandal membuat kemenangan mereka tak pernah sepenuhnya utuh di hati para pecinta sepak bola.

Satu sundulan dari Basile Boli menjungkalkan Milan kala itu. Namun, euforia cepat berubah jadi ironi saat skandal pengaturan skor mengguncang reputasi klub. Sejarah mencatat mereka sebagai juara, tapi dengan asterisk yang tak bisa dihapus.

Kini, PSG datang dengan wajah dan niat baru. Mereka ingin trofi itu kembali ke Prancis, tapi kali ini tanpa noda. Lawannya? Inter Milan—klub dari sisi lain kota Milan yang takluk di kaki Marseille tiga dekade silam.

3 dari 5 halaman

Kematangan dari Kegagalan

PSG bukan lagi tim penuh bintang, tapi minim arah, seperti beberapa tahun lalu. Sejak kekalahan di final 2020 dari Bayern Munchen, mereka membangun ulang visi dan struktur.

Luis Enrique membawa ketenangan dan ketepatan ke dalam skuad. Gol Dembele di London jadi titik balik, dan aksi Ruiz serta Hakimi di Paris jadi penegas langkah mereka. Semua dieksekusi dengan kepala dingin.

Kini, mereka bukan hanya peserta, tapi penantang yang sadar akan tujuan. PSG datang ke final bukan cuma untuk menebus masa lalu, tapi untuk menciptakan sejarah baru—dengan tangannya sendiri.

4 dari 5 halaman

Nerazzurri dan Jalan Terjal ke Puncak

Inter Milan tiba di final dengan cara yang dramatis, penuh nyali dan determinasi. Menyingkirkan Barcelona lewat agregat 7-6 membuktikan bahwa mereka bukan hanya bermain, tapi juga bertarung.

Simone Inzaghi membangun tim yang harmonis, menggabungkan pengalaman dan semangat muda. Inter tak hanya hidup dari taktik, tapi juga dari keberanian menghadapi tekanan dalam setiap laga.

Dua tahun sejak kegagalan melawan Manchester City di Istanbul, Inter kembali ke titik tertinggi. Mereka mengusung semangat Mourinho 2010 dan mencoba mengulang keajaiban di kota yang berbeda, tapi dengan mimpi yang sama.

5 dari 5 halaman

Munchen, Panggung Pengakuan

Allianz Arena kini menjadi pusat dunia untuk satu malam. Kota ini telah melihat segalanya—kemenangan, kejatuhan, hingga akhir tragis karier seorang Marco van Basten.

Kini, giliran Dembele dan Lautaro yang menulis takdir mereka di sana. PSG membawa harapan sebuah negara yang menunggu kejayaan bersih. Inter datang sebagai penjaga warisan yang tak pernah mati.

Tiga puluh dua tahun setelah duel Boli dan Milan, Prancis dan Italia kembali bertemu di kota yang sama. Kali ini, ceritanya berbeda. Apakah trofi prestisius akan menuju Paris untuk pertama kalinya, atau kembali ke tangan Italia lewat Nerazzurri? Dunia menunggu jawabannya.

LATEST UPDATE